6

10 2 0
                                    

Sebuah motor sport berhenti mendadak di depan pagar hitam yang menjulang tinggi, dari balik helm full face, terdengar suara decak seorang cowok ketika melihat pagar sudah tertutup rapat.
Sosok pengendara motor itu lalu melirik jam yang melingkar di tangannya. Jam menunjukkan pukul 07.45 pagi.

Menyerah. Cowok itu kembali menjalankan motor menuju ke sebuah warung yang berada tak jauh dari area sekolah. Tempat yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya. Tempat yang sering di sebut Waroteng: Warung orang ganteng, ia ke sana bermaksud menitipan motor dan masuk ke area sekolah lewat gerbang belakang.

Semoga aja gerbang itu tidak ditutup.
"Telat, Lang?" tanya seorang ketika cowok itu sampai di Waroteng. Yang ditanya melepas helmnya kemudian menatap seorang lelaki yang menyapanya. Lelaki itu berumur empat puluhan tahun yang tengah berdiri di depan warung seraya memegangi sapu. Lelaki itu biasa di panggil Pak De.

Langit yang turun dari motor seraya membenarkan rambutnya yang diatur sekeren mungkin.
"Pak De, titip motor," suara datar dan berat menjadi ciri khasnya.
"Siap!" ucap Pak De seraya mengacungkan jempol tidak lupa dengan senyum lebarnya.

Setelah memarkirkan motornya Langit mengendap-endap sambil melirik apakah gerbang belakang tertutup apa tidak. Alhasil keberuntungan sedang berpihak kepadanya.

Setelah melewati gerbang Langit sangat santai melewati koridor sekolah yang kini sudah sepi, tak heran. Karena pelajaran sudah dimulai sedari tadi.
Tak lupa Langit bertemu dengan siswi-siswi yang melewati koridor tersebut. Ia sangat tidak memperdulikannya menurutnya itu tidak penting. Sedangkan siswi-siswi tersebut sudah menahan teriakan, siapa yang tidak kenal seorang Langit Abishar, tidak hanya dengan ketampanannya dan sebagai ketua PASDIAN, Langit Abishar juga adalah cicit dari pemilik sekolah.

"Telat lagi, hm?" dengan sangat mengenal suara tersebut Langit sontak menghentikan langkahnya dan berbalik.
Ya, benar saja dia adalah guru yang berbadan gemuk dengan sanggul rambut yang menjulang tinggi tak lupa dengan lipstik merahnya, guru itu bernama Bu Sondang.
"Apa alasan kamu, Langit Abishar?". Tanya Bu Sondang.
"Macet." Jawaban singkat yang di berikan oleh Langit kepada guru itu.

Tidak menunggu lama, Langit langsung memutar balikkan badannya melanjutkan langkahnya dan meninggalkan guru itu begitu saja, tanpa sepatah kata pun.
"Heh, Langit! Saya belum selesai bicara sama kamu!". Tidak memperdulikan teriakan seorang guru itu, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kelas 12 IPS 3.

Sesampainya ia di depan pintu kaca yang tertera tulisan

12 IPS 3

Ia langsung mendorong pintu dan hendak menuju ke bangku nya.
Semua murid yang berada di dalam kelas yang sedang memperhatikan itu pun langsung beralih pandangan kepada Langit.
"Dari mana aja kamu?". Pertanyaan seorang guru yang sedang berdiri menghadap whiteboard.
"Macet." tak menunggu perintah Langit langsung menduduki bangkunya. Guru hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.


***

Jam istirahat pun tiba.
Geng black wolf sudah berada di salah satu meja di kantin.
"Eh liat deh..." ucap Akhwan.
Sontak ke empat temannya melihat ke Akhwan.
"Ada apa?" tanya Fano.
"Kaya nya tuh cewek ngeliatin kita terus deh" ucap Akhwan yang sambil menunjuk ke arah orang yang dimaksud.
"Gue rasa sih ya, dia kayanya liatin gue, apa dia kagum dengan kegantengan gue" ucap Akhwan lagi, dengan rasa percaya diri yang tinggi, dan langsung di balas dengan gelak tawa temannya.
"Dia liatin gue kali, kan gue yang paling ganteng" tambah Angga, yang membuat Fano dan Akhwan serasa ingin melipat lipat mukanya.
"Eh dia kesini tuh" sontak Angga dengan heboh dan langsung berdiri.

"Ha-hai, kak Langit" sapa cewek tersebut dengan keberanian yang entah dari mana ia dapatkan dan tanpa ada respon sedikit pun dari Langit.
Kedatangan cewek tersebut ke meja yang ditempati Langit membuat ia menjadi pusat perhatian, ada yang sedang berbisik-bisik karena tidak suka, ada juga yang sedang bingung dan menunggu apa yang akan dilakukan cewek tersebut.

Tak lama menunggu akhirnya cewek tersebut menyerah kan sebuah paper bag, "uhm, ini buat kak Langit". Kata cewek itu.
Hanya dibalas tatapan dingin oleh Langit yang sambil melihat ke arah paper bag.
"Yah, padahal yang paling gantengkan gue, kok si Boss sih yang fansnya banyak" keluh Angga dengan muka manyum yang langsung kembali terduduk.
"Ganteng dari mana lo" ledekan Akhwan hingga membuat yang lain tertawa.
"Aku udah lama suka sama kakak, kakak mau ga jadi pacar aku?". Ungkapan cewek itu yang membuat sekantin tertohok
"Sumpah ni cewe berani banget"
Waduh kalo di tolak malu nya sampai "bulu kaki tu"
"Gila sih parah, gue ga yakin tuh bakal di terima"
Nyinyiran dari beberapa siswi-siswi yang sedang menyaksikan kejadian tersebut.
"Tapi, Gue ga suka sama lo!" singkat, dingin dan menusuk, itulah kalimat yang di lontarkan seorang Langit kepada cewek tersebut tanpa ada rasa bersalah.
Dengan sakit hati ditambah malu, berlari lah si cewek tadi ke teman-temannya, tak lupa dengan tangis tersendu-sendu yang beriringan dengan gelak tawa dan sorakan murid yang sedang berada di kantin.

***


"Malam ini kerumah gue ya". Ucap fano.
yang di balas anggukan oleh ke empat temannya.


***

Fano:
Guys, jadi kan kerumah gue?

Akhwan:
Iya No, ntar lagi gue otw bareng boss.

Langit:
Lo bareng gue, Wan?

Akhwan:
Iya dong boss, tapi kita ke supermarket dulu beli cemilan.

Langit:
Semerdeka lo aja, Wan.

Read by: Akhwan, Zafrian, Angga, Fano.



bergegas Langit menggapai jaket jeans nya.
"Abang...". Panggil sesosok adik dari Langit. Yaitu Sesilia Abishar. Anak kecil berumur 5 tahun.
"Abang mau kemana?"
"Keluar"
"Sesil mau dong ikut abang"
"Ga boleh. Sesil masih kecil, ga boleh keluar malam"
"Tapi Sesil mau ikut". Dengan bibir manyum dan tetesan air mata mulai berjatuhan.

"MAMA"
"Duh jangan teriak mama dong" sambil berjongkok hingga tingginya sama dengan Sesil.
Dengan sigap sosok ibu dari Langit dan Sesil datang menghampiri gadis kecilnya. Yaitu Salma lina Abishar. 
"Kamu kenapa sayang" tanya Salma kepada anaknya seraya menghapus air mata Sesil.
"Sesil mau ikut abang, tapi abang engga izinin, ma. Abang jahat" Aduan Sesil kepada sang ibunda.
"Kamu mau kemana Langit?"
"Mau main"
"Pasti kamu mau balapan lagi ya?"
"Kerumah Fano doang"
"Malam-malam begini?"
"Masih jam 7 kok, Ma"
"Oh yauda jangan pulang kemalaman, entar Mama kunci pintunya biar kamu gabisa masuk"
Peringatan dari ibunda seraya membujuk Sesil.
"Dih, galak." ucapnya pelan tapi masih terdengar oleh Salma
"Apa?"
Langit hanya menggelengkan kepala nya
"Langit pergi dulu, Ma"














JIKA ADA KESALAHAN KATA MOHON DIMAAFKAN
JANGAN LUPA VOTE!!

#romance #fiksiremaja #school #bad

Ketika kenangan, hujan, dan angan berdampingan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang