Sudah hampir tiga jam lebih Lea tidak kunjung bergeming dari tempatnya duduk, malam ini begitu sunyi seolah-olah membuat dia dilahap oleh kesunyian itu sendiri. Ini sudah hari kedua Lea tidak makan, badannya juga terlihat begitu kurus dan lesu. Dia tidak makan bukan karna tidak ada uang untuk membeli makanan tapi dasar dirinya saja yang hobi sekali menyiksa diri. Lantas ini memang terlihat bodoh tapi percayalah beratnya pikiran dan dalamnya rasa sakit yang dia tahan membuat dia tidak bisa meloloskan diri dari semua ini.
Orang-orang bilang hidup Lea terlampau sempurna, punya apa yang dia mau bahkan dijjodohkan dengan lelaki yang begitu sempurna. Jika hanya dilihat dari konteks pandangan mata hidup Lea memang terlihat sempurna, meski dari sudut kacamata yang beda-beda tetapi yang Lea alami jauh berbalik dari kata bahagia. Awalnya memang Lea bahagia, sangat-sangat bahagia malahan memiliki suami seperti seorang Park Jimin. Meski mereka dijodohkan, awal pernikahan memang terasa canggung tapi Lea tidak menyesal saat itu karna Jimin menjalankan perannya menjadi suami yang baik, penuh perhatian, romantis, penuh canda dan sangat-sangat menghargainya.
Tapi memang lebih baik harusnya dia tidak menerima perjodohan itu.
Ini bukan perihal Lea yang labil dengan sejuta egonya. Sikap Lea memang masih terhitung seperti bocah baru puber. Ya, meski pernikahan muda yang dialami gadis berusia 19 tahun ini harus memaksanya untuk bersikap dewasa dari remaja seusianya.
Benar kata orang-orang, tidak ada yang baik-baik saja dalam rumah tangga. Meski tidak ada masalah sekalipun tapi masalah bisa datang kapan saja, masalah selalu hadir disetiap orang dan rumah tangga—baik itu berat atau ringan, masalah yang datang dari dalam maupaun memang sengaja diundang untuk masuk.
Lea benci Jimin tapi dia juga sangat mencintai lelaki itu, rasanya begitu menyakitkan kenapa bisa rasa benci dan cinta berdiri dalam satu garis lurus. Wajar tidak sih jika Lea mewajarkan hal yang tidak masuk akar sebetulnya? seperti mewajarkan kenapa Jimin bisa berselingkuh? Mungkin Jimin tidak bisa mencintainya karna perjodohan ini, Lea juga sangat cerewet, manja dan begitu menyebalkan. Makanya Jimin mencari wanita lain yang lebih dewasa dan lebih cantik darinya.
Tetesan air mata lolos jatuh kepipi kecil Lea, rasanya dia begitu menyesali kenapa dia harus kepo sekali dengan isi hp suaminya itu. Jimin terlihat asik sekali cekikikan sambil menatap layar ponsel, usul punya usul ternyata suaminya itu sedang chatan dengan wanita selingkuhannya. Sesak sumpah sampai Lea. dibuat menangis tidak bisa berhenti, dadanya seperti tertimpa gajah sampai membuatnya kesusahan untuk bernafas. Saat itu Lea hampir saja lepas kendali membanting ponsel suaminya yang berjarak 6 tahun darinya itu. Lea menemukan rekaman dimana mereka sedang berhubungan badan. Tangisan Lea semakin deras mengingat itu, ternyata hubungan Jimin dan seketarisnya sudah lebih jauh dari yang Lea kira.
Tidak, Lea tidak mau membayangkan itu lagi, rasanya sakit dia tidak kuat. Apalagi membayangkan Jimin menghianatinya melakukan sex dengan wanita lain. Mungkin ini adalah alasan Jimin kenapa mengabaikannya selama beberapa bulan ini, sering pergi ke luar kota dan pulang malam agar bisa bersenang-senang bersama kekasihnya itu.
Jiminnya yang begitu baik kenapa bisa berubah sebejat itu?
Selama ini Jimin bukan menunggu kesiapan Lea untuk disentuh tapi memang pria itu saja yang tidak mau menyentuh Lea. Bulan lalu Lea bahkan sampai menawarkan diri seperti wanita murahan yang ingin sekali disentuh tapi ditolak mentah-mentah oleh Jimin. Alasannya dia bilang Lea tidak sepenuhnya siap, tapi nyatanya Jimin memang tidak sudi melakukan itu. Lea merasa menggelikan sampai dia memakai lingeria sexy malam itu namun ditolak, "tidak Lea aku tidak bisa, kau masih tidak siap untuk aku sentuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐚𝐦𝐚𝐠𝐞
Fanfiction((❗️)) ➪[𝙬𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜 21+]シ Tidak ada yang perlu disesali, kau tau disini aku pasti akan terlupakan. Publish : 13 Desember 2020 Copyright ©Skylightzv