03. Off We Go

1.3K 345 53
                                    

"Nggak ada 'kan?? udah gue bilang." papar Saddam.

Melihat loker Saddam yang kosong, Disha juga bingung kenapa bisa hilang. Jelas-jelas dirinya udah melempar boxnya masuk ke dalam lokernya waktu itu.

"Masa iya gue nggak jadi ikut seleksi timnas..." keluh Saddam yang sukses membuat Disha merasa paling bersalah, apalagi tiap liat raut wajahnya Saddam yang udah loyo.

"Dam, jangan gitu." Disha menyangkal kemungkinan terburuk yang barusan Saddam lontarkan.

"Pasti ikut kok." ujarnya seraya memegang lengan Saddam, menyakinkannya.

"Ya terus gue pake apa dong?"

"Sepatu sekolah lo emang nggak bisa?" tanya Disha yang langsung menatap sepasang kaki Saddam yang mengenakan sepatu converse low yang pinggirannya sudah hampir terbuka.

"Yakali, Dis???"

Disha terkekeh. "Bisa kok, Dam. Asal lo niat aja lakuinnya, optimis lah."

Saddam terdiam, menatap kedua kakinya ragu.

Kemudian bel berbunyi, menandakan bahwa mata pelajaran pertama sudah habis dan telah menempati jam delapan.

Kini waktunya Saddam meyakinkan keputusannya dengan bulat.

"Udah ya, gue ke kelas." singkat Disha.

"Dis, tunggu dulu."

"Apalagi?"

"Karena sepatu gue masih belom ketemu, tandanya lo tetep harus berurusan sama gue sampe sepatunya balik."

"Okay, nevermind asal gue nggak disuruh ganti aja dah." jujur Disha. "I'm broke af, you know."

"Yaudah kalo gitu gue mau lo jadi saksi pencapaian seleksi gue. Ambil kamera lo di loker, ikut gue dispen sekarang." papar Saddam enteng.

"Hah?? hari ini gue ada ulangan sosio sama geografi anjrit."

"Gampang, nanti susulan sama gue berdua." ucapnya. "Anggep aja ini tuh cara nebus kesalahan lo karena udah ilangin sepatu futsal gue."

"Ih, tapi ya Dam.. barusan gue abis kena semprot Pak Gio gara gara telat." Disha menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Masa sekarang gue minta surat dispen ke dia tiba-tiba banget. Yang ada dia curiga, terus gue dapet SP 2." cerocosnya.

"Nanti gue yang mintain, tenang. Tunggu disini, gue mau ke ruang kesiswaan." ujar Saddam.

Disha menatap punggung lebar Saddam yang mulai menjauh, berjalan turun lewat tangga.

Gadis itu sekarang hanya berdiri dalam diam, menunggu Saddam kembali dengan dua surat dispensasi yang sudah lengkap di tandatangani guru kesiswaan dan wali kelas.

Lima belas menit, lelaki itu kembali dengan cengiran lebarnya.

"Udah?" tanya Disha.

"Udah beres," angguknya, "ayo!"

Sekarang Saddam tiba-tiba berubah jadi Saddam yang semangat.

"Bentar, gue belom ambil kamera."

"Yaudah ambil, gue temenin." ujar Saddam yang membuat Disha deja vu.

Disha menukar isi lokernya dengan tas berisi buku cetak dan buku tulis mata pelajarannya yang Ia bawa hari ini. Kini gadis itu menyelempang tas khusus yang berisi kamera mirrorless favoritenya di bahu.

"Bawa itu doang?" tanya Saddam yang lagi senderan di samping pintu loker setelah gadis itu menutup rapat lokernya.

"Mm, iya. Sebenarnya bawa note sama spidol juga sih, udah kebiasaan ada di kantong." jawab Disha sambil menepuk nepuk kantong yang ada di rok abu abunya.

Saddam mengangguk paham, terus narik tangan Disha spontan. "Ayo, Dis. Nanti gue telat."

Disha berusaha keras menyeimbangkan langkah besarnya Saddam yang turun tangga dengan cepat tanpa melepas tangannya.

"Dam, sabar."

Bukannya pelan, Saddam malah makin mempercepat langkahnya, membuat Disha kewalahan.

"Duh, anjing. Saddam!" keluh Disha sambil sesekali memegang pinggiran tangga dengan hati hati menggunakan tangannya yang lain, mencoba menyetabilkan langkahnya.

Saddam melirik gadis disebelahnya yang mengumpat, "Shussh." lalu ketawa.

Sampai di lantai dasar, gadis itu dituntun oleh Saddam ke luar gerbang, berjalan ke arah parkiran sekolah.

"Kita kesana naik apa, Dam?" tanyanya seraya sedikit mendongak.

"Keliatannya naik apa?" kata Saddam sambil sengaja menggerakkan kunci motornya.

Nanya serius ujung-ujungnya malah dibalikin sama Saddam.

"Eh, tapi gue nggak ada helm dua, deh." terang Saddam sebelum gadis disebelahnya komplain. Alhasil, Ia membuka tasnya, mengeluarkan topi hitam yang biasa dirinya pakai tiap selesai latihan futsal.

"Lo pake topi gue aja ya."

"Kalo ditilang gimana?" tanya Disha lagi, tapi kali ini Disha beneran harus dongak biar bisa ngeliat Saddam karena lelaki itu bener bener berdiri di depan pas dirinya sambil memakaikan topinya ke kepala Disha.

"Ya, kita hadepin bareng bareng lah." tutur Saddam lembut. "Ayo, naik."

Disha bengong.

Dengan sengaja Saddam memukul lidah topi yang Disha pakai agar lamunannya buyar.

"Ayo, naik." ulang Saddam. "Kita berangkat."

[]

Tbc.

udah atur jadwal oleng belum?hari ini oleng ke gue ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah atur jadwal oleng belum?
hari ini oleng ke gue ya. ㅡsungchan

ROBBERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang