Lima tahun Ateng sahabatan sama Disha, baru kali ini liat Disha perdana berangkat ke sekolah dianterin cowok selain bapak-bapak gojek yang setiap harinya berbeda.
"Psstt, Dis!" panggil Ateng berbisik.
Disha yang baru turun dari motor maticnya Saddam langsung menyipitkan matanya, mencoba mencari sumber suara yang memanggil dirinya tapi nggak ketemu.
"Makasih, Dam." pamit Disha seraya menepuk pangkal lengan lelaki itu dua kali.
"Pulang sekalian nggak?" tawar Saddam sambil menghadap ke kaca spion, membenarkan rambut bagian depannya yang sedikit berantakan.
Gadis itu mengeratkan tas punggungnya lalu menoleh ragu untuk mengiyakan tawaran emas dari Saddam.
"Gausah, gue langsung jurnal soalnya." tolak Disha.
"Oke." tutup Saddam, kemudian Disha melangkahkan tungkainya menjauh dari parkiran.
"Dis!" panggil Ateng lagi, kali ini sambil melambaikan tangannya. Tapi Disha masih belum sadar.
Akhirnya disamperin.
"Bolot bener sih, kuping dibersihin." celetuknya.
Disha terperanjat, menoleh ke sebelah kanan dan mendapati gadis berambut pendek dengan permen hot pop di mulutnya, Athena Jemima Nasution, yang biasa dia panggil Ateng.
"Lucu lo begitu?" respon Disha sarkas.
"Lagian," Ateng menyenggol bahu Disha, "Ada acara apaan lo sama Saddam?"
"Nggak ada."
"Terus kok lo bisa-bisanya berangkat bareng sama buku tulis??" tanyanya seraya mengeluar-masukkan permen ke mulutnya.
Disha mengernyitkan dahinya, menatap Ateng bingung. "Buku tulis?"
"Ya itu, rambut dia 'kan belah tengah mulu kayak buku tulis." jawab Ateng lancar.
"Siapa?"
"Pak Dadang."
"Kok?"
"Skip ah ada orang tolol."
"Serius, anjing." umpat Disha.
"Saddam lah pinter."
"Ohh, hehehe." jawabnya cengengesan.
"Kemarin lo kemana? kok bisa dispen tiba-tiba?" Ateng mengubah nada bicaranya seperti menginterogasi.
"Bayar utang gua." papar Disha asal.
"Hah, utang ke siapa?" kagetnya.
"Saddam." singkat Disha.
"Dia sekarang jadi debt collector?"
"Ah males, ceritanya panjang. Nanti aja di kelas."
ㅡ
"Sekarang kemana tuh sepatunya?" tanya Ateng setelah mendengar penjabaran sahabatnya mengenai insiden hilangnya sepatu futsal.
Disha mengangkat bahunya. "Gatau gua juga."
"Udah coba cari?"
"Udahlah, anjrit. Asal lu tau, gue udah denger kata-kata yang sama kayak gitu berkali-kali." keluh Disha.
"Bahkan tadi gue baru mau naik motornya Saddam aja ditanyain, Udah ketemu belom? gitu." cerocosnya.
"Kalo tuh sepatu udah ketemu nih, palingan gue lempar ke depan mukanya." sambung Disha percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROBBERS
Short Story[DISCONTINUE] [PG-15] Tentang sepatunya sang kapten futsal yang katanya dicuri. written in bahasa, semi-lokal. © DAYINPARIS, 2020.