11. Hair

1.2K 265 59
                                    

Karena sekarang hari minggu, pagi ini Saddam melakukan rutinitasnya buat lari keliling komplek. Selain berguna untuk menstabilkan kebugaran tubuh, hal ini juga sudah menjadi kewajiban Saddam sebagai atlet yang harus menjaga dan menyeimbangkan kesehatan tubuhnya lewat asupan makanan maupun cara Ia berolahraga.

Lantunan lagu berjudul Evaluasi milik Hindia kini mengisi gendang telinga Saddam lewat ponsel pintar yang terletak di holder handphone yang ada dipangkal lengannya.

Cucuran keringat yang jatuh saat memasuki putaran ke sebelas membuat dirinya mengadah langit yang mulai menampilkan matahari.

Saddam melepas gelang hitam yang selalu ada ditangan kirinya, berniat untuk mengikat rambutnya yang mulai basah karena keringat.

"Eh, Anaknya bu Eva ya? Rajinnya..." tegur salah satu ibu-ibu yang sedang membeli bahan makanan di tukang sayur yang suka mangkal depan komplek.

Yang dipanggil hanya mengangguk dan melontarkan senyum ramahnya. Saddam memelankan langkah kakinya, membiarkan dirinya berjalan sambil mengatur nafasnya yang naik turun.

Tepat disaat lelaki itu berjalan santai, netranya menangkap seseorang yang tidak asing sedang menenteng dua bungkus plastik berbeda ditangan kanannya.

Tampaknya gadis itu sedang berjalan pulang ke arah rumahnya yang tidak jauh dari sekitar dimana mereka berada.

"Saddam?"

Baru aja mau dipanggil, orangnya udah sadar duluan.

"Apaan tu? Nasi uduk ye." tanya Saddam penasaran.

Gadis yang masih lengkap dengan piyamanya itu mengangguk. "Lo abis ngapain?"

"Abis lari, nggak liat apa lepek begini." jawab Saddam jujur.

"Jahh, kirain abis diguyur satpam depan." canda Disha.

"Dis."

"Hm."

"Minta minum boleh nggak?" ucap Saddam ketika melihat Disha membuka pagar rumahnya.

"Hah."

"Minta minum." ulang Saddam seraya menyenderkan kepalanya di pagar rumah Disha, menatap gadis itu yang sedang berhenti, menunggu Saddam melanjutkan kalimatnya.

"Es teh manis enak tuh, eh tapi sirop marjan yang melon seger juga sih." pinta Saddam seenak jidat.

Disha cuma memandang lawan bicaranya datar dengan pandangan yang malas.

"Ngomong lagi, ayo. Ngomong lagi, Dam." tantang Disha. "Gue comot juga nih congor lo."

"Yaudah aer putih aja dah. Jangan nutrisari ya, gua batuk."

"Siapa juga yang mau ngasih nutrisari." sungut Disha saat masuk ke rumahnya. "Orang mau gue kasih sianida!"

Saddam terkekeh pelan seraya mengintip Disha lewat pagar rumahnya yang terbuka.

Kesel sih kesel, tapi nggak lama Disha beneran balik sambil membawa segelas air putih ditangannya.

"Nih." Ia menyodorkan minuman yang Saddam pinta.

"Makasiiiihh." papar Saddam sambil cengengesan.

"Ada sianidanya tuh." ledek Disha disaat menatap air mineral yang ada didalam gelasnya habis dengan satu tegukkan.

"Biarin."

Disha bergidik. "Dasar."

"Sianida 'kan singkatan dari Siap Nikahi Disha."

Dengan bebas Disha menoyor kepala Saddam. "Mulut lo, brengsek."

"Astagfirullah, Disha." Saddam tertawa kecil sambil mengusap bulir keringat yang jatuh di pelipisnya. "Bercanda, ih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROBBERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang