🐯 1. Anak hilang 🐯

238K 14K 1.1K
                                    

Senja mulai datang. Hiruk pikuk kota semakin ramai, jalan penuh dengan orang-orang yang ingin segera pulang ke rumah. Di antara gedung-gedung tinggi yang memenuhi kota, sebuah mobil hitam berhenti di jalanan yang sepi. Setelah pintu mobil terbuka, seorang pria keluar diikuti seorang anak berjaket. Keduanya berjalan berdampingan masuk ke gang.

"Mommy mana?"

Pria dengan setelan serba hitam berhenti melangkah. Tubuh tingginya membungkuk. "Mommy di sana," jawabnya dan menunjuk gang yang sepi.

Anak Kecil melihat ke gang. Ia mengamati jalan sempit di depannya. Kalau Mommy memang ada di sana, dirinya bisa membuat Daddy berhenti menangis, pikirnya. Dengan mantap, anak itu melangkah masuk ke gang. Ia sudah tidak memandang pria yang mengantarnya. Di pikirannya hanya menemukan Mommy lalu mengajaknya pulang. Kaki pendeknya terus melangkah.

Pria yang sama tersenyum miring. Di gang itu penuh dengan hewan liar. Kalaupun anak itu selamat, pasti dalam keadaan tidak baik-baik saja. "Dengan begini, satu tugas selesai," gumamnya kemudian masuk ke mobil.

"Mommy, Mommy Atul."

Gumaman pelan membangunkan sekelompok anjing. Berbondong-bondong mereka keluar dari sudut gang untuk mengendus jalan. Pencarian mereka berhenti di belakang tubuh pendek berjaket.

Gonggongan yang bersahutan membuat Anak Kecil menoleh ke belakang. Wajah bulatnya tersenyum melihat dirinya memiliki teman. "Guk, guk!" serunya.

Kumpulan anjing menggonggong. Mereka mulai mendekati Anak Kecil dan mengendus.

Beberapa lama kemudian, sekelompok kucing muncul dari atap bangunan. Anak Kecil mendongak lalu bertepuk tangan. Ada banyak teman di sini. "Guk, guk. Aum, aum!"

Melihat saingan, kumpulan anjing dan kucing saling meneriaki. Mereka merasa Anak Kecil harus menjadi milik salah satu kelompok. Perkelahian pun tidak terelakkan.

"Atul cuka. Atul cuka." Anak Kecil menonton sambil bertepuk tangan. Tawanya surut saat perkelahian berakhir. Ia menatap sendu kelompok hewan yang meninggalkan lokasi.

"Ndak cuka! Ndak cuka! Daddy!"

Langit berubah gelap. Tampak dari jauh lampu-lampu gedung berkilauan dan keramaian kota masih berlanjut. Dalam gang, di bawah lampu jingga, seorang balita duduk. Tubuhnya bersandar pada dinding di belakangnya. Ia sudah lelah dan mengantuk, tapi orang yang dicari belum ditemukan. Ia pun hanya bisa menangis. "Hiks, Mommy. Hiks, Daddy," lirihnya dengan air mata berjatuhan.

"Eh, itu apaan?"

Di trotoar dengan penerangan temaram, Risa menoleh ke arah yang ditunjuk Bella. Pencahayaan yang remang-remang menjadikan objek yang dilihat tidak begitu jelas. Risa memicing.

"Tuyul, Ris. Ih, ngeri. Puter aja yuk." Bella di samping Risa mencengkram kuat lengan sahabatnya. Cobaan apa ini? Mengapa ada hal yang menganggunya? Dia kan anak yang baik hati, hemat, dan suka cogan.

Perempuan berkardigan putih di sisi Bella berdecak. Matanya terus tertuju pada sosok kecil. "Apaan sih? Kita cek."

"Gak!" pekik Bella tertahan. Wajahnya pucat pasi dengan kedua tangan yang merangkul lengan yang tersedia. Bella menjerit keras saat mereka semakin dekat dengan tong sampah.

"Tuyul, Ris. Itu tuyul. Puter balik yuk," rengek Bella dan menarik sahabatnya ke arah yang berlawanan.

Risa tidak mendengarkan. Tangannya bergerak melepaskan pelukan Bella. Sekian lama berusaha, Bella tetap menempel padanya. Akhirnya Risa melangkah maju bersama Bella yang seperti lintah. Siluet tadi semakin terlihat. Rupanya tubuh seorang anak yang sedang duduk.

"Lo minum apaan dah. Bisa-bisanya berani. Huu," tukas Bella.

Tiba di depan tong sampah, Mata Risa melebar. Ternyata siluet tadi adalah anak kecil. Sepertinya sedang menangis. "Adek," panggilnya pelan.

Anak Kecil langsung mendongak. Wajahnya yang basah oleh air mata tersenyum lebar. "Mommy!" jeritnya. Segera ia memeluk kaki Risa.

Bella yang semula ketakutan, terperanjat hingga jatuh ke samping. Efek ketakutan ditambah kejutan. Ia beringsut ke lampu jalan yang menyala. Gadis itu menatap horor ke tubuh kecil yang memeluk sahabatnya.

"Mommy Atul!"

Risa terdiam. Penampilan anak ini layaknya dari keluarga berada. Selain itu tidak ada anak kecil di kawasan ini. Sepertinya anak ini tersesat. Risa berjongkok. Jarinya menyeka pelan air mata di wajah Anak Kecil. "Adek kok bisa di sini? Mama sama Papa mana?" tanyanya.

"Huwaa! Mommy! Mommy Atul!"

Bella tersentak sehingga menabrak tiang listrik. Jeritan itu benar-benar menyakiti telinganya.

Risa kembali diam. Sambil menunggu ia memastikan kondisi sekitar. Malam sudah terlalu larut untuk mencari orang tua anak ini. Selain itu Risa lelah bekerja seharian. "Nama kamu Atul ya?" tanyanya setelah tangisan reda.

Anak Kecil mengangguk senang. Senyumnya begitu lebar hingga deretan gigi susu terlihat. "Atul! Atul! Tayang Mommy!" sahutnya.

"Atul mau ikut Kakak? Besok kita cari Mama sama Papa Atul, ya?"

"Risa! Lo jangan sembarangan!" Masih di tempat yang sama, Bella memperingati sahabatnya. Risa begitu berani menggendong tubuh pendek itu dan memeluknya erat layaknya ibu.

"Risa, lo jangan sembarangan mungut."

Mengabaikan ocehan Bella, Risa melangkah keluar gang. Risa kira Bella akan berhenti bicara karena dirinya diam, ternyata tidak. Sepanjang perjalanan Bella terus mengomel tentang hal-hal mengerikan yang mungkin terjadi di jalan.

"Rumahnya Atul di mana?" tanya Risa asal.

"Ndak tau. Lumah Atul becal. Ada ngeng ngeng, ada Daddy."

Risa mengangguk-angguk. Sepertinya anak ini berasal dari keluarga berkecukupan. Alasannya bisa berada di tempat ini mungkin korban penculikan.

"Risa, dengerin gue. Kita nggak tau itu anak siapa. Kalo itu anak tuyul gimana? Habis tabungan gue."

"Ris, lo yakin ini anak beneran?" Bella menatap penuh selidik untuk balita di gendongan sahabatnya.

"Iyalah beneran. Lo nggak liat bayangannya?" balas Risa bertepatan dengan mereka yang sampai di depan sebuah rumah.

Tanpa pemberitahuan, Risa menyerahkan Atul ke Bella. Dengan santai perempuan itu merogoh kunci lalu membuka pintu. Sementara itu, Bella membeku. Dirinya sedang ditempeli oleh tubuh pendek yang gemuk, persis seperti tuyul yang ada di komik. Kaki Bella gemetaran.

Ketika Risa berbalik, ia tersenyum geli. "Cemen," ejeknya.

🍬🍬🍬

Di dapur, Risa sedang mencuci gelas. Saat selesai, perempuan itu masuk ke kamar untuk tidur. Di atas kasur, ada seorang balita yang tertidur pulas serta seorang yang tersenyum lebar. Risa berkacak pinggang. "Perasaan tadi ada yang ngomong Atul itu tuyul."

Bella melempar boneka. "Mana ada tuyul seganteng ini! Lucu banget. Kiyod! Atul, Atul, Atul." Bella sibuk dengan dunianya. Telunjuknya menusuk pipi bulat berisi mengakibatkan pemiliknya terganggu.

"Mommy …."

"Cup, sayang. Mommy di sini," balas Bella.

Risa menggeleng. Ia bergabung di kasur. Melihat wajah Atul, mengingatkannya kepada seseorang.

"Eh, Ris. Jadi mau ke mana lo cari rumahnya? Tapi entar dulu deh. Gue mau pdkt sama Atul. Ih, kiyod!" Bella kembali menusuk pipi bulat, tapi kali ini pelan.

"Belum tau. Di bajunya gak ada identitas. CCTV di gang itu juga lagi rusak. Bakal susah kalo gini."

Bella mengangguk-angguk. "Gimana kalo kita lapor polisi?" usulnya.

Sambil memejam, Risa mengangguk pelan. "Oke deh, besok kita pergi."

"Besok besoknya lah, Ris. Gue kan mau pdkt sama Atul. Atul juga mau kenalan sama Kak Bella, kan?"

What Kind of Mommy (Revisi) - Open Pre-Order Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang