"Tidak bisa."
Risa dan Bella menatap heran seorang petugas polisi. Keduanya bingung sebab laporan mereka ditolak. Padahal pagi-pagi sekali mereka bersiap dan datang secepat mungkin. Bella menatap tajam perut bulat milik polisi paruh baya. Akan sangat menyenangkan bila perut itu meledak, pikirnya. Kemudian Bella melirik Risa. Sahabatnya tampak lesu karena perkataannya tidak digubris.
"Kenapa gak bisa?!" tanya Bella dan menaikkan suara. Pagi-pagi sekali mereka bersiap dan membawa harapan besar kemari, tapi polisi buncit itu justru membuang muka.
"Kalian aja udah mencurigakan, gimana saya mau percaya. Kamu bilang anak ini kesasar? Mana mungkin. Kalian mesti sengaja mau ninggalin anak ini."
"Maksudnya ap—"
"Kamu sebagai temennya, harusnya kamu kasih tahu temenmu supaya nggak buang anak. Dan kamu, tega banget mau ninggalin anak sekecil ini."
Mata Risa melebar. "Saya cuma nemu anak ini, Pak. Saya bukan ibunya," bantahnya.
"Halah. Dari mukamu aja, udah ketahuan kalo kamu ibunya. Udahlah, balik sana. Cari bapaknya anak ini. Suruh dia tanggung jawab." Polisi mengibaskan tangan kemudian melipat tangan di dada. Pagi ini dirinya berharap akan menangani kasus yang masuk akal, tapi ternyata harapannya tidak dikabulkan.
Bella berdiri. Tuduhan barusan benar-benar tidak masuk akal.
"Mommy Atul."
Di depan kantor polisi, dua perempuan menunduk lesu. Harapan mereka kandas begitu diusir karena membuat keributan. Bella menghela napas lalu melirik anak di pelukan Risa. "Agak mirip sih," lirihnya.
"Apa yang mirip?" Risa langsung menoleh.
"Lo sama Arthur."
"Gak lucu, Bel."
Bella mengangguk. "Ya udah, kita ke gang itu," ajaknya.
Arthur memperhatikan Risa dan Bella. Dahi anak itu berkerut. Dua perempuan di dekatnya memiliki tampilan yang berbeda satu sama lain. "Mommy," panggilnya sambil menepuk pelan pipi Risa.
"Eh, Arthur. Kenapa? Arthur mau digendong Kak Bella? Oke, ayo sini." Bella sudah merentangkan tangan dan ingin membawa anak itu ke pelukannya. Anak itu sangat tampan, mirip dengan seseorang yang Bella kenal.
"Moh!"
"Bella, kok lo manggil Arthur? Bukannya anak ini namanya Atul?" tanya Risa tiba-tiba.
Bella berdecak. Gadis itu tersenyum angkuh. "Makanya, Risa, rajinlah literasi. Gue pernah baca buku. Di buku itu ada anak namanya Eyon, tapi ternyata namanya Leon. Dari sana gue belajar untuk nyari nama asli Atul, dan ketemu deh. Ini bocah namanya Arthur. Iya, kan, Tul?"
Arthur membuang muka. Pada waktu bersamaan, mata kecilnya menemukan jajaran makanan yang amat disukainya. "Pelmen, pelmen!" jeritnya antusias.
"Nanti pelmennya, sekarang kita ke gang. Mama sama Papa Arthur lagi nyariin di sana lho," sahut Bella.
"Moh!"
🍬🍬🍬
Bella mendorong troli. Wajahnya malas, tapi kemudian ceria ketika menemukan camilan kesukaannya. Tanpa ragu tangannya mengambil seluruh stok yang tersedia. Berjalan maju beberapa langkah, gadis itu menemukan barang-barang yang ia butuhkan. Sama seperti tadi, Bella mengambil semuanya. Di sisi lain, Risa sedang menunggu Arthur memilih susu. Ia bahkan tidak kelelahan meski sudah menggendong Arthur sejak dari rumah. Setelah Arthur menemukan pilihannya, Risa juga mengambil botol susu. Lalu tibalah waktu membayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Mommy (Revisi) - Open Pre-Order
RomanceNolong balita, malah dapet duda?! Risa tidak menyangka pertolongannya kepada balita yang tersesat membuatnya terjebak dalam permasalahan rumah tangga Aiden Davies. Kemiripan wajahnya oleh seseorang menjadi penyebab dirinya dipanggil ibu sekaligus is...