Setelah berkunjung ke Linia dan membujuk gadis itu, akhirnya gadis itu ikut ke Indonesia besok. Grac dan Linia kini tengah ada di kamar Grac.
Mereka sedang bercerita ria. Saling membagi rahasia kecil satu sama lain. Ingat, rahasia kecil. Bukan rahasia besar.
"Grac, gw takut kalo gue gapunya temen"
"Tenang, ada gue" Linia mengangguk. Dia beruntung sekali mempunyai teman seperti Grac.
"Dah tidur. Besok harus berangkat pagi"
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk tidur. Jika dipikir, wajah mereka berdua itu hampir mirip. Hampir sih.
°°°
"Grac, Linia. Turun" Teriak Viona dari bawah sana. Mamahnya pasti sudah ngoar ngoar menyuruh mereka makan.
"Ayo" Ajak Grac diangguki Linia.
Sesampainya di bawah, disana sudah ada Ale, Hendrick, Viona dan juga Ken. Wait, Ken? Sejak kapan pria itu ada dirumahnya.
"Ngapain lo kesini" Ketus Grac.
"Makan" Jawab pria itu seadanya.
"Dih. Pergi sono" Usir Grac.
"Heh Grac, gaboleh ngusir jodoh. Kualat nanti kamu" Saut Viona tiba tiba.
Ken dan Grac membulatkan matanya. Jodoh? Dih boro boro, ketemu aja cek cok. Kecuali kalo hal menurut mereka serius, mereka tidak akan cek cok. Ditunda dulu katanya.
"Dihhh apaan nggak!" Balas mereka berdua serentak. Lalu tersadar, mereka berdua saling tatap. Tatapan aura permusuhan lebih tepatnya.
"Cie ciee" Goda Ale. Grac semakin marah lalu dia membanting garpu dan sendoknya. Lalu berjalan ke kamarnya.
Saat Linia ingin menyusul, dirinya lebih dulu di hentikan oleh Viona. Viona hanya memberi isyarat dengan gelengan dan telunjuk di depan mulutnya yang artinya'diam'.
Linia hanya mengangguk lalu melanjutkan makannya. Disana, hanya ada dentingan sendok dan garpu. Serta piring mereka. Lain lagi di kamar Grac.
Dirinya sedang mencak mencak karena di goda seperti tadi. Grac sangat tidak suka jika di perlakukan seperti itu. Yang terkadang Hendrick membelanya, kini dia hanya diam saja. Mungkin mood papahnya itu sedang buruk.
"Satt, gue benci banget. Mamah lagi, ngapain coba gitu. Arghhh" Gadis itu berteriak frustasi. Bukan apa, tapi dia memang tidak suka digoda seperti itu walaupun dirinya suka. Tapi inget y, Grac gasuka sama Ken. Dia selalu nganggap kalo Ken itu sahabat cowo dia. Begitupun sebaliknya, Ken juga gitu.
_Tokk tokk tokk_
"Grac, lo didalem" Tanya Linia dari luar kamar.
"Yes Lin, gw didalem" Balas Grac dengan nada kencang.
Grac membuka pintu kamarnya, dan Linia segera masuk kekamar Grac. Dia duduk ditepi ranjang.
"Grac, bentar lagi ke indo. Kata Aunty Viona, lo siap siap" Ucap Linia diangguki Grac.
"Kok lo bisa bahasa indo Lin" Tanya Grac. Sebenarnya dia penasaran sekali. Karena dari wajah Linia, dia seperti bukan orang blasteran. Tapi, bahasanya seperti dia sudah pernah tinggal lama di Indonesia. Sangat fasih.
"Gue blasteran Indo Belanda Grac. Gue tau kok, lo penasaran. Gue tau juga kalo lo mesti nanya kenapa gue ada disini" Ucap Linia diangguki Grac.
"Gue, tinggal di London karena nyari kerja. Sebenarnya gue kesini pingin jadi desainer. Tapi, tau kan lo. Gara gara orang tua gue udah ga ada. Semua orang semena mena sama gue. Mereka mencaci maki gue karna gue miskin. Gue ga permasalahin kalo gue miskin. Tapi, kalo mereka udah nyangkutin orang tua gue. Gue ga akan tinggal diam Grac" Balas Linia panjang lebar.
Sekarang Grac mengerti, bagaimana rasanya menjadi Linia. Mendengarnya saja sudah emosi, apalagi mengalaminya seperti Linia. Bisa habis orang orang itu jika berurusan dengan Grac.
"Lin, ada gue. Gue pastiin orang orang yang ngehina lo akan musnah sama gue" Ucap Grac pelan, sangat pelan hingga Linia tidak mendengarnya.
°°°
Setelah berlama lama melow melowan. Akhirnya Grac, Ale, dan Linia sudah sampai di Indonesia.
"Nona Grac,Linia dan Den Ale" Tanya seorang pria saat dirinya sudah sampai di depan Bandara.
"Ya saya sendiri" Saut Grac.
"Ah saya sopir yang menjemput kalian. Mari saya antar kerumah dan ikuti saya ke mobil depan" Ucap sopir itu diangguki ketiganya.
"Bang, habis ini kita ke mall beli seragam buat Grac sama Linia ngga" Tanya Grac pada Ale.
"Ngga, seragam udah dibeliin sama nenek. Dan besok, kita udah aktivitas kaya biasa" Grac hanya mengangguk paham.
"Grac, gue boleh ganti nama ngga" Tanya Linia tiba tiba, membuat Grac berkerut kening bingung mendengar nya.
"Ganti nama" Tanya Grac memastikan dan diangguki Linia.
"Ganti apaan"
"Nanti aja pas udah sampe" Balas Linia. Grac hanya berdeham. Setelahnya, mereka masui ke mobil dan melaju ke rumah meninggalkan bandara. Asalkan jangan meninggalkan dia. Apaan sih Thor bucinnya ga nyambung banget.
°°°
Kini, mereka sudah sampai dirumah sang Nenek. Tidak besar, tidak kecil. Padahal iya mereka keluarga mampu, tapi sang nenek lebih ke tipe sederhana.
Dia tidak ingin di kenal dengan embel embel dari keluarga Alexander. Apalagi jika dilihat dari rumahnya seperti hanya orang biasa. Lihat saja, hanya ada halaman yang tidak besar juga tidak kecil.
Bangunan seperti rumah belanda dulu, terdapat tangga sebelum masuk kerumah. Di sebelah selatan rumah ada pohon yang besar. Diatas terdapat rumah pohon yang terbilang lumayan besar.
Dan sebelah samping utara, terdapat sumur tua untuk membuang sampah. Di belakang, hanya ada halaman kecil untuk menanam bungan. Didepan ada bangku kecil 4 dan satu meja kecil untuk bersantai. Rumah nya tidak tinggi dan besar. Hanya seperti pada umumnya.
"Assalamualaikum nenek ku yuhuuu. Ale mu yang paling gans tiada tara ini sudah sampai selamat ketujuan tanpa goresan hanya pujian ganteng dari para ciwi diluar sana. Mana sambutan mawarnyaa" Teriak Ale melentang ke penjuru rumah.
"ALEEEEE" Balas sang Nenek lebih kencang membuat Ale, Grac dan Linia meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad boy vs Beauty psycho
Teen FictionDari sekian banyaknya cewek yang ada di bumi. Pasti ada cewe yang sangat ceria, cantik, dan peduli. Namun, berbeda dengan gadis satu ini. Dia menyimpan segudang rahasia. menutupi nya rapat rapat, dan menyembunyikannya dengan sifat cerianya. kalian...