Day I. Smile

420 52 10
                                    

Dibuat hanya untuk kesenangan semata.

Summary: Bagaimana keseharian para Bad Side Moriarty saat diminta menjaga gadis kecil berusia 3 tahun yang amat nakal?

Warning: a bit OOC,bahasa yang tidak baku, OC insert,dll
Enjoy!!

======||======||======||======||

Didalam ruang tengah yang amat luas, tujuh (?) orang pria dewasa serta satu orang gadis berkacamat berkumpul memperhatikan gadis kecil yang sedang asik memakan coklat kesukaannya.

"Jadi mahluk ini harus kita apakan?" ucap salah satu pria sebut saja Moran dengan wajah penuh ketidak sukaan tersirat pada wajahnya.

"Apa diantara kita tak ada yang berpengalaman dalam mengasuh anak?" tanya sang gadis berkacamata, Moneypenny yang dijawab dengan gelengan.

"Kakak mam choco.." si kecil dengan wajah riang duduk dipangkuan sang agen itu menjejalkan coklat pada wajah Bond.

"Uung... Nda ada yang mam choco na? Nda cuka choco?" tanya gadis kecil itu dengan mata bulatnya yang mulai berkaca-kaca. Sontak membuat seisi ruangan panik.

"Suka kok suka. Nih kakak makan aaamm..." Bond dengan buru-buru memakan satu butir coklat yang disajikan yang langsung membuat Fiona kecil kembali tersenyum lebar,mata bulatnya berbinar senang.

"Uumm... Nama kakak... Pyo panggil apa?"
"Bond. James Bond. Nona Fiona bisa memanggil saya Bond." ucap Bond membuat sang gadis kecil mengangguk-angguk.

"Kalo om celam ichu? Telus yang ichu? Cemua na Kak Bon kenal?" tanya Fiona dengan mata berbinar antusias sambil menunjuk Albert dan semua yang ada disana.

"Tentu kenal. Mereka semua teman kakak." ucap Bond tersenyum.
"Yang berambut coklat itu Tuan Albert,majikanku." lanjutnya
"Majikan? Bos? Bos becal??"  mata bulatnya berbinar antusias sambil memandangi Albert. Albert mendekat menghampirinya.

"Panggil saya Kak Albert. Bisa kan? Fiona kan pintar." ucap Albert mengusap kepala Fiona.
"Bica!! Kak Albelt!!" Fiona tersenyum lebar.

'ini toh rasanya punya adik perempuan..' batin Albert tersenyum senang.


Mata hijau besar sang gadis kecil itu kemudian memandang seisi ruangan dengan mata berbinar. Tubuh kecilnya melompat dari pangkuan Bond dengan lincah lalu berlari kecil menuju Louis.

"E-eh? Nona Fiona?" Louis keringat dingin saat tangan kecil sang gadis memeluk erat kakinya.

"Gendong Pyo.." pinta gadis kecil itu dengan mata bulatnya yang mulai berkaca-kaca. Membuat Louis mau tak mau menggendong anak kecil itu.

"Cakit cakit pelgilah.... Cakit cakit pelgiii" ucap Fiona saat sudah berada di gendongan Louis sambil mengusapkan tangan bonekanya pada pipi Louis yang terdapat bekas luka. Tingkah manisnya membuat para orang dewasa tersenyum.

"Terima kasih Nona.. Ah! Nama saya Louis,dan itu kakak saya kak William dan kak Albert juga kakak saya." ucap Louis tersenyum.


"Uis! Kak uis! Kak Wiyam!" Fiona menyebutkan nama-nama baru tersebut dengan ceria.

"Senang bertemu denganmu,Fiona." William tersenyum pada gadis kecil itu.

"Saya Moneypenny,senang bertemu dengan anda Nona." Sang gadis kacamata memperkenalkan diri.

"Kakak cancii! Kakak cancii!!" Fiona tertawa kecil sambil memeluk bonekanya membuat Moneypenny tersipu.

"Yang tinggi itu Moran dan yang disebelahnya Fred." ucap William turut memperkenalkan rekannya.
"Ossu"
"Salam kenal Nona Fiona."

"Molan,Fled..? Uuu cucah..." Fiona kecil cemberut karna kesulitan memanggil nama keduanya.

"Panggil saya senyamannya Nona saja." ucap Fred tersenyum tipis. Membuat Fiona tersenyum lebar.

"Ung! Fled!"

"Fiona,boleh kakak tanya satu hal?" William mendekat kearah Louis yang anteng menggendong Fiona.

"Biasanya Fiona melakukan apa saja seharian?" 
"Pyo mam choco, mayin, telus baca buku belgambal." ucap Fiona.

"Ah! Ini Poppo-shan.." tangan kecilnya menunjukkan boneka burung hantu besarnya pada William.

"Nona Fiona lapar? Bagaimana kalau kita makan siang? Aku akan menyiapkannya terlebih dahulu." ucap Louis.

Gelengan kepala dari si kecil dilontarkan sebagai jawaban.

"Nda mau." Fiona menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"E-eh??"

"Pyo mau main! Mau main!!" rengeknya meronta-ronta.

"O-oke oke mau main apa?" tanya Albert.
"Tulunin.." pinta sang gadis kecil pada Louis. Louis pun menurunkannya dengan perlahan.

"Pyo mau ngumpet telus kakak-kakak cali Pyo ya hihihi...." Tanpa menunggu respon gadis kecil itu sudah lari keluar ruangan.

"Hee petak umpet? Ini sih gampang,anak kecil begitu larinya lambat-"  ucap Moran berjalan santai keluar ruangan.

Namun sosok gadis kecil berambut hijau itu sudah hilang.

".... Cari!! Cepat cari!!" Kakek Jack berteriak panik. Tentu saja,sosok kecil itu sudah menghilang dari pandangan.

Semuanya berpencar mencari gadis kecil tersebut.
Sementara itu Fiona kecil itu merasa senang karna ruangan luas dan menjelajahinya.

"Ini kamal ciapa.. banyak buku na..." tangan kecilnya membuka pintu suatu kamar yang terdapat banyak sekali buku di lemari dan beberapa tergeletak di lantai.

"Poppo-shan, Pyo nda bica baca na hulup na milip cpaghetti..." ucap Fiona yang kini duduk di bawah meja dan membuka buku terdekat pada boneka burung hantu besarnya.

Tangan kecilnya asik membolak-balik halaman buku tersebut dengan air liur yang nyaris menetes. Ditengah kegiatannya membolak-balik halaman buku, rasa kantuk menyerangnya.

"Ung... Yilai..." Sang gadis kecil itu akhirnya kalah oleh rasa kantuk, terlelap menjadikan buku tersebut alas kepalanya. Tangannya memeluk erat-erat boneka burung hantu kesayangannya. Disaat yang bersamaan,pintu ruangan terbuka.

"Hm dimana ya..." William dan Louis memasuki ruang baca.

"Aku tidak menyangka gadis kecil itu pintar bersembunyi." ucap Louis yang sudah kepayahan.

"Gadis kecil yang amat bersemangat bukan? Hm? Sebentar.." William berjalan pelan menuju meja bacanya. Melongok ke arah kolong meja, dan benar saja sosok gadis kecil yang sedang terlelap nyenyak sembari memeluk boneka burung hantu kesayangannya ia temukan. Tangannya perlahan menggendong Fiona yang anteng tertidur.

"Ketemu."  ucap William pelan setelah berhasil menggendong Fiona. Louis pun ikut bernafas lega karnanya.

"Sebaiknya kita pindahkan dulu dia ke kamarnya, kak." ucap Louis yang dibalas anggukan singkat dari sang kakak sebagai jawaban.

Hingga akhirnya kedua kakak beradik itu memindahkan sang gadis kecil ke kamar yang telah dipersiapkan untuknya. Membiarkan gadis kecil itu beristirahat sejenak sebelum membangunkannya untuk makan siang.

[[DAY I. SWEET -END-]]
.
.
.
.

[[Next: DAY II. CHAOS]]

Moriarty Days CareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang