DAY III. PANICC!! FIONA'S ADVENTURE BEGIN!!

116 19 2
                                    

[A/N: maap gais, folder nya ilang hikd :") ]

Atas permintaan sang tamu kecil mereka, ditemani dengan Bond, Moran dan Albert, Pyona berhasil berjalan-jalan di luar mansion. Netra hijau miliknya bersinar antusias mengingat ini kali pertama gadis kecil itu berkeliaran di kota tanpa harus berada di kereta kuda bersama sang papa kesayangan. Kaki kecilnya meronta-ronta meminta untuk turun.

"Tuluunn... Pyo mawu tulun!!" sang gadis kecil itu meronta-ronta meminta turun seraya tangannya menggerakkan boneka burung hantu kesayangannya. Hingga akhirnya Bond menurunkan sang gadis kecil tersebut dengan hati-hati walau parasnya nyaris terkena gerakan boneka kesayangan sang gadis cilik.

Sesaat kaki kecilnya menapak tanah, kaki kecil itu melesat ke berbagai kedai. Sinar antusias terpancar dari netra hijau besarnya. Tangan kecilnya memanjat sebuah toko buah.
"Pyo mawu itu!" Tangan kecilnya berusaha meraih sebuah apel yang terlihat manis. Kemudian ia berlari lagi kesana dan kemari. Tubuhnya yang kecil membuatnya mudah untuk selap selip di tempat kecil, yang tentunya membuat para pengawas hari ini amat kerepotan mengikuti langkah si kecil.

"Astaga mending kita ikat aja gak sih? Gampang banget ilangnya.." keluh Moran yang dihadiahi pukulan oleh Bond.

"Gila ya?! Anak manusia ini hei, bukan anak anjing." ucapnya Bond galak.

"Hahh... hahh... Fio, gak mau digendong lagi?" Bujuk Albert yang sayangnya di hadiahi gelengan cepat dari gadis kecil tersebut.

"Gaaaakkk!! HUWEEEENG..." Teriak bocah itu sambil memukuli Albert dengan boneka burung hantunya.

"Aaarrrghh!!! Berisik! Seumur hidup aku tidak akan mau menikah dan punya anak perempuan!!" teriak Moran frustasi. Sayangnya hal itu semakin membuat Fiona kecil menangis kencang.

"Moran, astaga Demi Tuhan, diamlah!! Nanti gadis kecil ini makin menangis!!" teriak Bond tidak kalah kencangnya.

"Makanya, kubilang ikat saja!!" 
"Mana bisa, Aho!! Masa gadis kecil mau kau ikat?!" Teriak Bond yang mulai lelah lahir batin.
"Kalian berdua sudahlah..." Albert menghela nafas lelah.

Adu mulut antara Bond dan Moran serta Albert sebagai penengah terus berlanjut hingga mengundang perhatian orang-orang sekitar. Fiona kecil yang sesugukan melihat sekeliling, penuh dengan orang tidak dikenal.  Maniknya kembali berkaca-kaca, pelukan pada boneka kesayangannya semakin erat hingga akhirnya Fiona kecil lari ketakutan. Sayangnya tiga penjaga ini masih sibuk adu mulut tanpa menyadari bahwa si kecil sudah tidak bersama mereka.

Kaki kecilnya berlari-lari tak menentu arah sambil menangis.

"Huweee.... Popo-shan, kita dimana?" tanya gadis kecil itu pada boneka nya.

Gadis kecil itu terduduk, memeluk erat sahabat bonekanya dengan tangan kecilnya.

'krucukk....'

"Unng ... Pyo lapel...." tangis sang gadis kecil.

"Eh? Adik kecil kamu kenapa?" sosok pria dewasa berjongkok didepan gadis kecil itu.

"Ungg.... Pyo lapel... Pyo mau choco..." jawab si kecil dengan mata hendak menangis.

"Yaampun, cup cup jangan menangis." Sosok pemuda itu menggendong Fiona dengan pelan dan tenang. Fiona kecil mengusakkan wajahnya (read: meperin air mata dan ingus) pada pakaian pria itu.

"Duhh bahaya sekali kalau ditinggal disini. Namamu siapa nak?"
"Pyona... Ini Popo-shan." Jawabnya malu-malu menunjuk sahabat bonekanya itu.
"Pyona? Ah, Aku John. Kita beli makanan dulu untukmu lalu kita ke pos pengamanan terdekat ya?" ucap John tersenyum.

[Sementara itu disuatu tempat...]

"Aku capek!! Aku lebih baik disuruh berburu deh daripada ngasuh anak!!" ucap Moran mencak-mencak.

"Duhh terima aja tugas kita!! Yang capek itu kita semua!!" Bond balas teriak

"Ayolah, Fiona sampai berhenti nangis lho. Iyakan Fio? Eh? Lho, mana Fiona?" Albert melihat sekeliling panik. Dia menyadari bahwa gadis kecil itu kini hilang.

"Hei, berhenti bertengkar!! Kita harus mencari Fiona!! Dia ilang!!" Ucap Albert yang akhirnya melerai keduanya.

Bond dan Moran berhenti sejenak, kemudian terbelalak kaget.

'Yaelah kerjaan lagi.' batin Bond meringis pilu.

[Back to Pyona]

"John milip mama!! Mamaa!!" Fiona berucap riang sambil memeluk John. Sementara John nampak kebingungan karna ia harus mengurus anak itu sampai pihak pengamanan menghubunginya lagi. Keduanya kini tengah makan dessert di sebuah restoran. John dengan piawai membersihkan bekas coklat pada wajah si kecil.

"Yo, John! Urusanmu sudah selesai bel--- eh? Kau habis nyulik anak ya? Atau itu anak gelapmu ya?" tanya seorang pemuda gondrong yang baru saja memasuki restoran dan menghampirinya.

"Enak saja!! Aku menemukannya menangis di pinggir jalan tadi. Aku sudah memberi tahu pihak pengamanan dan meninggalkan alamat kita agar kalau ada yang mencarinya bisa menemui kita." ucap John.

"Hah? Jadi maksudmu kau mau mengasuh dia?!"
"Mana mungkin! Nanti orang tuanya pasti mencarinya.." Ucap John yang masih menyuapi Fiona kecil.

Pemuda gondrong yang bernama Sherlock itu memperhatikan seksama sosok gadis kecil yang kini pipinya menggembung lucu.

"Jangan-jangan dia anak haram yang dibuang..."

"Sherlock!! Jangan bilang begitu, tidak bagus untuk anak kecil!" ujar John menutupi telinga gadis kecil.

Fiona kecil yang tengah menikmati kue coklat itu memperhatikan Sherlock dengan seksama.

"Aku Pyona. Ini Popo-shan!!" ujar si kecil memamerkan boneka burung hantunya.

"Oi bocah, mana orang tuamu?"
"Sherlock!! Yang lembut dong!" John melempar tatapan tajam pada rekannya itu.

"Mmm papa aghi pelgi. Pyo dan Popo-shan tinggal di lumah kak Wiyyam! Banyak choco!!" ujar gadis kecil dengan riang sembari memeluk erat boneka kesayangannya.

"Jadi, bagaimana rencanamu John?"  tanya Sherlock
"Oh, aku berencana membawanya pulang. Kita tidak bisa meninggalkan dia sendiri, kan?"
"Hah?! Gila, ya?! Aku sih ogah ngurus anak kecil!" ucap Sherlock berteriak-teriak.

"Uuuu.... P-pyo di buwang?" Manik hijau besar itu berkaca-kaca.

"E-eeh, tidak tidak! Om itu jahat ya? Jangan didengar ya." John buru-buru menenangkan Fiona kecil.

"Pihak keamanan bilang akan menyerahkan alamat yang sudah kutinggalkan pada mereka bila ada yang mencarinya. Jadi mau tak mau aku harus membawanya pulang." ucap John.

Sherlock pun menghela nafas mengalah.

"Haahh-- baiklah."

"Bagaimana cara kita menjelaskannya pada Miss Hudson?"  ucap John bingung.

"Tenang saja. Dia pasti suka anak kecil." ujar Sherlock.

Akhirnya kedua pemuda itu beranjak kembali menuju Backstreet bersama gadis kecil yang baru ia temui. Tentu saja gadis kecil itu terasa sangat senang dan antusias. Tanpa mengetahui bahwa mansion Morriarty saat ini tengah dilanda kepanikan hebat.

[DAY III. PANICC!! FIONA'S ADVENTURE BEGIN!! : END ]

.
.
.
.
.
[TBC]
[NEXT: DAY IV. WITH AUNTY HUDSON]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moriarty Days CareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang