1🌰

14 3 0
                                    

Hai..

Jan lupa follow & vote ya!
Ok tankyu😙

Typo beterbangan dimana-mana~
Jadi, kalau ada typo saya minta maaf dan tolong di benerin ya!

Hargain karya orang ya! Luv U😘

Happy reading🐙


Kring~

Semua keluarga besar sekolah mendengar suara bell pulang, dan disusul suara ricuh siswa siswi yang berbondong-bondong  keluar dari kelas masing-masing, saling berdesakan, mendorong dan menarik supaya cepat sampai di rumah masing-masing.

Tapi, tidak dengan dua orang siswi yang masih setia duduk di kursinya, dengan sabar menunggu lorong sekolah sepi, sehingga tak perlu berdesakan dengan siswa lain.

"Arin, nanti kamu ada acara ga pulang sekolah?"
Ucap siswi didepan, siswi yang bernama Arin tersebut, dengan raut wajah penuh harap.

"Maaf ya Mel, aku nanti pulang sekolah di ajak pergi sama mamaku." Arin menjawab dengan penuh rasa bersalah.

Siswi bernama Melodi tersebut kecewa, tapi ia tetap tersenyum, "yaudah ga pa pa deh rin, yuk pulang udah sepi tuh!" Ujarnya seraya menunjuk lorong depan kelsanya yang di rasa sudah sepi.

"Sekali lagi maaf ya Mel!, yaudah yuk pulang!" Arin langsung berdiri dan menggandeng tangan Melodi, mengajaknya berjalan bersama sampai depan sekolah.

"Iya ngga pa pa, yuk!" Ucap Melodi, menerima tangannya digenggam oleh sahabatnya tersebut.

15.30. Arin melihat jamnya, "Kamu bareng aku aja ya pulangnya?" Ajaknya pada melodi.

"Engga usah rin, aku di jemput ayahku hari ini." Tolaknya kepada Arin, dia melihat sebuah mobil Jazz  yang melaju mendekat, "itu Ayahku udah sampe rin,  duluan ya! Babay~" ujarnya sembari melambaikan tangannya kepada Arin.

"Iya, see yaa!" Balas Arin dengan melambaikan tangannya ke arah mobil Ayah Melodi.

15.45. Arin melihat jamnya. 'Ini Mama ke mana sih, lama banget.'  Arin menggerutu sambil matanya yang masih menengok kanan kiri, menunggu kedatangan sang Mama.

Lima menit kemudian ada sebuah mobil Ferari hitam berhenti di depannya, seorang Pria muda yang berumur sekitar 25 tahun, turun dan berjalan menghampiri siswi berbaju biru putih tersebut, ya, Arin.

'Waah, tampan sekali dia. Tinggi, gagah, bajunya kaya orang kantoran, pasti dia punya roti sobek. Tapi, kenapa dia berjalan ke arahku ya?  Emm.. aku pe-'  batin Arin mengagumi ketampanan pria tersebut.

"Kamu pulang sama saya." Suara datar dan dingin tersebut membuyarkan lamunan Arin.

Dengan mata yang membulat, dan jantung yang berdebar karena kaget Arin bertanya. "Emang om siapa, aku di jemput Mama, jadi aku ga bisa bareng om!?" Ucapnya sambil mengambil HP di saku bajunya, ia ingin mengkubungi Mamanya, iamemencet tombol home berkali-kali tetapi tetap tak mau menyala, 'aduh, hp ku mati lagi, emm.. gimana yaaBatin Arin, dengan tangannya  yang refleks menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Saya di suruh Mama kamu, sekalian mengantar kamu ke butik." Suara berat nan datar pria itu sekali lagi mengagetkan Arin dan membuyarkan lamunan gadis itu.

"Emm... om temennya Mama ya?" Arin bertanya dengan penuh harap, 'mungkin Mama ga bisa jemput kali ya?' Tanyanya dalam hati, sambil kepalanya yang mengangguk mengerti.

"Ja-" pria itu akan mengucapkan sesuatu.

"Ya udah deh aku pulang sama om aja" imbuhnya memotong ucapan pria tersebut, ia berjalan mendekati mobil di depannya, dan membuka kursi penumpang.

"Saya bukan sopir" ucapan datar tersebut membuat Arin yang akan masuk menghentikan langkahnya.

Seraya menoleh, Arin nyengir mendengar apa yang di ucapkan pria tersebut, "emm.. iya ya, haha" ucapnya dengan reflek menggaruk kepalanya yang tak gatal, dan tertawa garing.

Pria tersebut, membuka pintu penumpang samping kemudi, "Masuk!" Ucapnya datar, terdengar tidak ingin di bantah.

***

Suasana berubah jadi canggung di dalam mobil tersebut, ya walaupun itu mungkin hanya di rasakan oleh Arin.

"Bara." Ucap pria itu di tengah kecanggungan di dalam mobil tersebut.

"Ha."  Dengan wajah cengo Arin mengalihkan pandangan nya dari pemandangan di luar mobil.

"Nama saya Bara." Ulang pria bernama Bara itu.

"Ooh, Aku Arin om!" Ucap Arin dengan semangat memperkenalkan namanya.

"Jangan panggil saya om!" Ucap Bara tegas, tak ingin di bantah.

"Terus panggil ap-" ucap Arin belum selesai.

"Bara" ucap bara dengan suara bass nya.

"Masa aku panggil om nama aja sih om, kan ngga sopan, yaudah aku panggil pak aja kali ya! Ah engga, masa pak, tua banget, em.. mas aja gimana?" Ucap Arin sambil jari telunjuknya di bawah dagunya, dan matanya yang melihat ke atas, seperti orang yang sedang berfikir keras.

"Terserah." Balas Bara, bibirnya terangkat sedikit mendengar ocehan Arin, yang tidak di sadari oleh  gadis SMP itu, 'lucu juga calon ku' kekeh Bara di dalam hati.

"Ah iya, mas Be aja!" Ujarnya dengan senyum puas di bibir merah ceri tersebut.

***

Makasih udah baca cerita aku!

✍✍✍

Selasa, 15 Des 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A & B [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang