🌷5. Medusa🌷

1.5K 256 151
                                    

Believe merapatkan geraham, seraya mengepalkan jemari tangan kala netranya menangkap momen perempuan yang kulitnya berkilau karena keringat itu memeluk seorang laki-laki yang terlihat lebih tua.

Mendengkus keras, Believe merutuki sikap keingintahuannya. Suatu hal yang jarang ia lakukan karena selama ini ia cenderung tak peduli dengan urusan orang lain.

Believe melangkah lebar menapak lorong remang, tak ingin berlama-lama di situ. Namun, langkahnya terhenti saat suara melengking kecil itu memanggil.

"Pak Dokter!" seru gadis yang hanya memakai bra sport dan celana hotpants ketat. Menurut Believe pakaian itu tak pantas sekali dikenakan. Bahkan wajah Believe memerah seperti kepiting rebus saat Magda memperpendek ruang kosong mereka.

Kaki telanjang Magda melangkah kecil tapi cepat. Napas Magda terengah. Seolah ia mengejar Believe dengan berlari berkilo-kilo. Anak rambut yang dikucir kuda basah kuyup meneteskan bulir bening di bahu. Perut langsing yang terbuka itu terlihat berotot keras dengan jejak keringat yang masih menempel. Buru-buru Believe membuka jaket kulit coklat mudanya dan begitu Magda berhenti di depannya, Believe menyelubungkan jaket itu ke badan mungil itu.

Wangi parfum maskulin menguar saat jaket itu berkibar untuk menyelimuti Magda. Magda melongo saat jaket kebesaran itu menutup tubuhnya.

"Kamu ga malu lari-lari pakai baju kaya pakaian dalam? Persis wong edan (orang gila) pasar." Mata Believe memicing sambil menarik ritsleting ke atas.

Manik mata Magda menatap Believe tak berkedip, tak menghiraukan ucapan Believe. Believe pun berbalik hendak berlalu dari Magda. Bila berlama-lama di situ, ia tak yakin imannya kuat. Ia masih ingin melepas keperjakaannya setelah menikah.

"Dokter mau bertemu saya?" Suara Magda kembali terdengar menginterupsi kaki Believe menapak lantai gedung itu.

Tak ada jawaban dari Believe, Magda berseru lagi. "Tunggu saya di cafe. Saya ganti baju dulu."

Seharusnya Believe tak mendengarkan dan mengikuti titah Magda. Nyatanya, Believe mengurungkan niat ke luar dari club dan kini sudah duduk di sudut cafe. Ia sengaja memilih sebuah meja kecil dengan dua kursi yang mengelilingi meja.

Dua puluh menit barulah Magda datang dengan dress hitam yang terlihat lebih sopan. Rambutnya sudah rapi dikucir ekor kuda memperlihatkan lehernya yang putih dan mulus. Bahkan wajah Magda tampak segar dengan polesan riasan yang menonjolkan wajah polosnya.

Magda datang sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. Dua piring tenderloin blackpepper bersama dua gelas orange squash disajikan setelah perempuan muda itu menghampiri meja dan duduk di depannya.

"Aku nggak pesen."

"Aku traktir, Dok." Believe mengernyit, mengamati piring berisi daging has dalam dengan plating yang cantik.

"Jangan panggil 'Dok'. Ini bukan di rumah sakit." Magda tersenyum, mengerti.

Melihat ekspresi Believe yang memindai baik-baik makanan yang ia bawa, suara renyah tawa kecil Magda kembali terdengar.

"Aku ga racunin, Mas. Silakan dimakan. Ini menu favorit di cafe ini."

Memang aroma tenderloin steak yang menyusup di penciuman Believe itu menyentil lambung hingga gemuruh perut kosong terdengar.

Magda kembali tergelak, membuat diamond di giginya bersinar. Perempuan kecil di depannya begitu mudah tersenyum dan tertawa. Namun, memang Believe akui tarikan bibir yang membingkai wajah tirus Magda terlihat manis. Jantung Believe berdetak tak keruan setiap melihat lengkung birai mungil itu. Ia merutuk dalam hati, menyalahkan respon tubuhnya yang justru bergetar tiap kali berhadapan dengan gadis ini.

Menantu untuk Mami (Repost-Completed KBM Dan KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang