RATHER THAN HIM 彡
Catharsis; the purging or release of emotional tension, esp, through kinds of art or music
SaiShimuraSai.
.
.[11:06 PM] 19 Feb, 2020
Kuda besi hitam mengilat itu berhenti di atas permukaan licin jalanan, menimbulkan suara berdecit kecil bersama gerungan mesin pada ruas-ruas horizon yang nyaris sepenuhnya ditutupi benda putih identik dengan musim dingin itu. Kiba membuka helm, hendak bertanya, namun si penumpang di belakang sana malah duluan turun dari jok belakang, tampak jelas buru-buru hingga dalam perjalanan pun si Inuzuka tidak punya cukup kesempatan untuk bertanya ada apa karena Shikamaru malah terdiam sibuk memikirkan sesuatu, dia jelas enggan mengganggu.
"Shikamaru! Oi tunggu!"
Langkah kakinya tergesa menapak salju, menuju punggung yang membungkuk lima meter di depan sana. Kiba mengatur napas saat pria yang dipanggil urung menyahut. Jangankan membalas, merespons saja tidak. Sempurnalah dia merasa diabaikan, namun jika pria Inuzuka diperkenankan menebak, maka si jenius Nara satu itu pasti tengah berusaha menemukan sesuatu. Sejak kedatangannya dengan mobil Neji ke tempat kejadian dimana Shimura Sai ditemukan, Shikamaru memang sudah terlihat agak aneh. Pria itu memang bukan tipikal orang yang gemar banyak bicara atau berteriak macam dia dan Naruto, tapi bukan berarti Shikamaru adalah manusia yang mulutnya kerap terkunci setiap waktu. Tidak. Shikamaru tidak begitu.
Layar di ponsel masih benderang, tangan-tangan Shikamaru menggali salju di bawah kaki. Kiba tidak lantas bertanya kembali, langsung membantu, sadar tidak akan dijawab juga. Mereka menggali beberapa saat hingga kain berwarna merah marun timbul samar-samar. Muncul senyum penuh keseriusan dalam wajah menggigil Shikamaru yang tak Kiba lewatkan begitu saja. Dia tahu, ada hal baik terjadi di sekitar mereka, atau hanya si tunggal Nara yang menemukan petunjuk baru. Mereka kembali menggali, terus dan terus, Shikamaru tampak lebih bersemangat, Inuzuka semakin penasaran ada apa di balik tumpahan salju sana.
Satu mantel merah marun terangkat, terpampang jelas, baru keluar dari kuburan salju, di baliknya tersimban tas hitam yang terlihat tidak dibuka sama sekali. Shikamaru meronggoh mantel tersebut, tampak tak ragu sedikitpun hingga menemukan satu benda pipih berbentuk persegi panjang yang masih bisa dinyalakan dengan normal. Senyumnya muncul lebih lebar kali ini. Tangan si Nara langsung membawa tas hitam yang tak asing, dia menukas, "Di sini. Akhirnya ketemu."
"Ini hanya mantel, ponsel, dan tas tapi milik siapa?" Pertanyaan itu akhirnya keluar juga. Kiba menunggu-nunggu, berjongkok sambil menggigil sementara Shikamaru lantas mengenakan sarung tangan dan memasukkan tiga benda itu ke dalam kantong plastik yang didapat dari ransel di bagasi motor.
Pria bermantel hijau gelap mengembuskan napas lalu berdiri, menatap ponselnya lagi yang saat ini tidak berdenyar kemerahan. Signalnya sudah mati. Dia berpikir sejenak kala menatap ransel. Jika mau berasumsi bahwa penyerangan Sai ini dilandasi dengan niat perampokan, maka Shikamaru jelas bisa menampik bahwa tuduhan tersebut jelas keliru, buktinya ponsel dan tas si pucat masih aman-aman saja bahkan seakan ingin disembunyikan dengan cara dikubur begitu. Mana ada pencuri yang meninggalkan barang buruan begitu saja setelah pemiliknya lumpuh hilang kesadaran? Konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sho-Ai] RATHER THAN HIM 彡 • SasuSaiIno
Fiksi Penggemar[daripada dia] Sai dan Sasuke adalah musuh abadi, sebelum keduanya terikat dan memutuskan untuk beradaptasi. Bersama dengan Yamanaka Inojin, bayi baru lahir yang dititipkan pada kedua pria itu, akankah Sai dan Sasuke memulai hidup sebagai orang tua...