Pudar

217 112 52
                                    

Beberapa hari belakangan, aku selalu mimpi buruk. Berawal dari dicium ular, diselamatkan ibu yang mempunyai sayap dan terakhir yang baru kualami pagi ini membuat kecintaanku terhadap kartun Jepang atau anime perlahan memudar.

Di sebuah daerah yang tidak terlalu tandus, sekelompok wanita dikumpulkan. Mereka sebaya denganku. Per kelompok dijaga oleh seorang tentara berseragam lengkap dengan senapan dan bayonet. Tampak seram sekaligus gagah. Terlebih wajah mereka khas orang Jepang.

Aku bingung. Bukankah hari kemerdekaan telah usai satu bulan yang lalu? Atau ... ada event cosplay yang tidak aku ketahui?

   “Segerarah bergabung daram barisan!” perintahnya membuyarkan lamunan

Apakah dia pribumi Jepang? Dia tak bisa melafalkan huruf "L" secara jelas.

Aku melihat salah seorang teman laki-lakiku sedang berbicara pada tentara. Pangkatnya lebih tinggi dari yang lain. Terbukti dari lencana yang ia gunakan.

   “Subete no junbi ga dekite imasu? (Apakah semuanya sudah siap?)

Aku menyela, “Ada acara apa?”

   “Ikutin aja," ucap Rezel, teman laki-lakiku sedatar papan tripleks

***

   “Yesus, tolong aku!!!” teriak salah seorang wanita histeris

Ia menampar-nampar wajahnya, menarik-narik rambutnya serta membentur-benturkan kepalanya. Terlihat sangat memprihatinkan.

Dua hari yang lalu, wanita cantik itu diambil paksa oleh tentara berwajah Jepang lalu dikembalikan sehari kemudian. Begitu kembali, ia yang periang seperti sakit jiwa.

   “Sia-sia aku menjadi Kristiani yang baik selama ini. Mereka ... Mereka memperkosaku bergiliran ....”

   “Bajingan!!” maki wanita yang berambut dibonding, “Aku pikir cuma orang kampung yang akan jadi pemuas nafsu.”

   “Jangan salah,” ketus wanita berambut digerai sebahu, “Semua jadi budak. Tak peduli kota-desa.”

   “Tolooong!!” teriak wanita itu lagi, histeris

Wanita yang sedari tadi tak bersuara mendekapnya seraya menghibur.

Satu jam

Dua jam

Tiga jam

   “Nayaka,” panggil seseorang

Aku terus berontak akan tetapi kalah kuat. Sejurus kemudian, aku berganti ruangan. Hatiku tak tenang sekarang. Terlebih mereka menatapku dengan aura predator yang kuat. Sementara Rezel, sibuk memainkan ponselnya.

   “Welcome to Mobile Legend.

Keparat!

   “Mama!!!” pekikku kala selaput dara dirobek paksa

Mama menghampiri dengan gelisah. “Ada apa??”

Aku hanya mendekap, mencari perlindungan supaya mimpi itu tidak jadi kenyataan.

Aku masih terus mengingat mimpi itu bahkan setelah beberapa hari berlalu. Biasanya aku mudah melupakan sesuatu tapi kali ini, kesucianku direnggut mana mungkin aku melupakannya. Walau hanya mimpi aja.

   “Ada apa denganmu? Aku benar-benar tidak mengerti. Otakku sulit mencerna semua yang terjadi padamu jika sikapmu tiba-tiba seperti musuh padaku," tutur Rezel

   “Ah, nggak apa-apa. Duluan ya. Udah dijemput mama soalnya.”

Ya, memang sejak mimpiku hari itu, aku berusaha menjauhi Rezel. Bukan apa-apa, aku hanya tidak ingin mimpiku jadi nyata dan kegemaranku maraton anime per hari perlahan aku kurangi menjadi seminggu sekali.

Ketika Aku SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang