Bab 14

2K 129 6
                                    

~CALEB~

Aku masih merenungi ucapan gadis desa itu. Siapa namanya tadi? Bella? Aku memang tidak pernah menyebutkan namanya hingga aku hampir lupa siapa namanya.

Saat dalam perjalanan ke bandara tadi, Bella mengatakan bahwa dia menerima separuh harta yang diberikan oleh kakekku. Lalu, dia memberikan harta itu kembali padaku. Benarkah?

Jika memang benar, aku jadi bingung. Aku sama tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu. Seharusnya, itu kesempatan yang baik baginya, bukan? Tapi, kenapa dia malah menolak lalu memberikan semua harta itu padaku?

Dan apa katanya tadi? Dia memberikan harta itu padaku karena dia ingin aku terus teringat dan merasa berhutang padanya? Pada awalnya, aku sempat tercengang dan tidak bisa berkata saat mendengar alasannya. Namun, setelah kupikir-pikir alasannya itu sangat berlebihan dan tidak masuk akal. Sekarang, aku tidak percaya dan hampir tertawa saat teringat dengan alasannya.

Untuk apa aku harus selalu teringat lalu merasa berhutang padanya? Sejak awal, harta dan rumah itu memang milik keluargaku, bukan? Aku rasa alasan sebenarnya dia memberikan harta itu padaku karena dia cukup tahu diri bahwa dia tidak berhak memiliki separuh harta dan rumah keluargaku. Dia mungkin malu untuk mengakui itu. Tapi, baguslah kalau begitu. Dengan begitu, aku tidak perlu terikat lagi dengannya sekaligus harta dan rumah keluargaku tidak berkurang sedikit pun karena harus diberikan pada gadis desa itu.

Setelah berkendara dari bandara selama hampir satu jam, kini aku sudah sampai di rumahku. Aku keluar dari mobil dan langsung masuk ke rumah. Ketika sampai di ruang tamu, orang tuaku sudah duduk di sana. Sepertinya, mereka sedang menungguku.

"Hai, Mom, Dad...", aku menyapa mereka dengan riang. Aku sudah tidak kesal lagi pada mereka karena gadis desa itu sudah tidak ada di sini.

"Caleb, duduklah. Kami ingin berbicara denganmu.", ayahku berbicara dengan ekspresi yang sangat serius padaku.

"Ada apa, Dad?"

"Kami ingin tahu, sebenarnya apa alasanmu mempermalukan Bella di villa beberapa hari yang lalu? Sungguh, Caleb. Kau membuat kami malu. Kau menunjukkan pada Bella bahwa kami adalah orang tua yang buruk yang tidak dapat mendidikmu dengan baik."

Aku tersenyum remeh.

"Daddy ingin tahu apa alasanku? Aku sengaja melakukan itu untuk membuat gadis itu menderita. Aku tidak ingin bertunangan dengannya. Aku malu mempunyai calon tunangan gadis desa seperti dirinya. Jika kalian mendengarkan penolakanku sejak awal bahwa aku tidak ingin bertunangan dengannya, gadis itu pasti tidak akan mendapatkan perlakuan buruk dariku seperti kemarin.", balasku tidak mau kalah.

Setelah mendengar jawabanku, ayah justru menamparku.

"Kau sangat keterlaluan, Caleb. Sifat aroganmu itu sudah sangat melewati batas. Apa yang membuatmu merasa bahwa kau lebih dari segalanya hingga kau berhak bersikap seperti itu pada Bella? Jangan-jangan, selama ini kau juga selalu bersikap seperti itu pada orang lain? Kau selalu bersikap sombong dan membanggakan kekayaan keluargamu. Apakah begitu?", ayah bertanya dengan marah.

"Jika benar memangnya kenapa? Lagipula, keluarga kita memang seperti itu. Aku tidak mau bergaul dengan orang-orang yang statusnya berada jauh di bawah kita. Apalagi, sampai menjalin hubungan dengan mereka."

"Kami benar-benar kecewa padamu, Caleb. Kami salah karena telah memanjakanmu selama ini. Akibatnya, sekarang kau menjadi orang yang arogan seperti ini.", ibuku juga ikut mengungkapkan kekecewaannya padaku. "Asal kau tahu, Caleb. Selama ini, kau selalu hidup nyaman dan berkecukupan karena kekayaan dari keluargamu, bukan atas hasil kerja kerasmu sendiri. Jadi, Mommy sarankan agar kau segera memperbaiki sifatmu. Hilangkan sifat aroganmu itu. Atau kau akan menyesal suatu saat nanti.", imbuh ibu.

My Arrogant FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang