GET STUCK 3

20.3K 647 16
                                    

Sudah beberapa hari ini aku menjalin hubungan dengan Marcel. Aku selalu merona saat dia memberikan perhatiannya kepadaku. Dia selalu bersikap manis kepadaku. Aku sampai tidak bisa menahan diriku untuk mulai membuka hatiku untuknya. Seperti hari ini dia menciumku sebelum keluar dari mobil. Aku hanya bisa menunduk malu saat kami masuk ke kantor karna bibirku yang bengkak. Aku menyentuh bibirku yang masih terasa kehangatan Marcel. Aku yakin pipiku merona sekarang ini. Aku berusaha mengontrol diriku untuk membuat rona diwajahku menghilang. Aku tidak ingin orang mengira aku habis bercinta dengan panas dengan Marcel tadi. Fikiran kotor mendadak menyerbuku hingga aku tidak bisa menahan diri untuk mendesah kesal kepada diriku yang selalu gagal dalam hal mengontrol diri.


*A*


Saat aku sedang ke toilet, tiba - tiba ada seseorang yang menjambak kasar rambutku. Dia menyeretku ke bilik toilet dan membenamkan wajahku di kloset. Aku berusaha melepaskan diri namun nihil. Setelah dia puas dia menyiramkan air seni yang dia taruh di ember. Aku menatap Cleo yang nampak senang melihatku berantakkan karna ulah teman - temannya. Aku mual mencium bau yang berasal dari tubuhku. Mereka mengunciku di toilet dalam keadaan menjijikkan seperti ini. Aku mencoba menggedor pintu, namun sia - sia. Aku baru ingat kalau aku membawa ponsel. Aku menelfon Alia sahabatku yang menjadi reseptionis diperusahaan ini.

"Alia tolong aku," ucapku terisak.

"Adel kau kenapa?" Tanya Alia dengan nada khawatir.

"Adel?" Ucap suara yang sangat familiar.

Aku terdiam saat sadar ini Marcel. Aku tidak boleh membuatnya datang ke sini sekarang. Aku tidak ingin dia melihatku dalam keadaan memalukan seperti ini.

"Halo, Alia," ucapku kembali.

Aku masih tidak yakin ini Marcel. Aku berharap aku salah mendengar tadi.

"Kau di mana, Sayang? Apa yang terjadi mengapa menangis?" Tanya Marcel.

Sial aku benar - benar tidak bisa mengelak. Aku terdiam memikirkan apa yang harus aku katakan kepada Marcel. Aku tidak mau dia marah. Aku berusaha menjaga nada suaraku agar tidak bergetar.

"Maaf Marcel boleh aku bicara dengan Alia?" Tanyaku pelan.

"Adel aku tahu kamu tidak baik - baik saja. Katakan kamu di mana," ucap Marcel.

"Tidak. Ini masalah perempuan," ucapku dengan nada memohon.

Marcel tiba - tiba memutuskan telfonnya. Aku bingung karna aku tahu dia akan mencariku melalui ruangan monitoring. Aku berusaha membersihkan diriku dengan air di wastafel tapi nihil karna air terlalu sedikit. Aroma air seninya masih melekat kuat ditubuhku. Aku mendengar suara dari luar. Aku buru - buru mengunci diri di dalam bilik toilet. Aku tidak ingin Marcel melihatku dalam keadaan seperti ini.

"Adel buka," ucap Marcel.

"Marcel jangan," ucapku lirih.

"Tolong percaya kepadaku," ucapnya tegas.

"Jangan.."

Terlambat Marcel sudah mendobrak pintu bilik dan melihatku. Aku menunduk malu saat dia menatapku. Saat dia mendekat aku menggeleng agar dia tidak mendekat. Dia membuka jasnya dan melampirkan ditubuhku. Tanpa ragu dia menggendongku dan membawaku pergi. Aku tidak mengerti mengapa Marcel bisa tahan dengan aroma tubuhku. Aku melihat Marcel nampak marah menatap sekelilingnya.

"Pecat mereka! Aku ingin mereka di tuntut karna berbuat begini kepada calon istriku!" Seru Marcel kepada asisten pribadinya yang mengikuti kami.

"Baik, Tuan," ucap pria itu.

Get StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang