Anak kecil itu selamat. Tidak dengan Tiara, ia dilarikan ke rumah sakit oleh orang tua anak kecil itu. Tiara tak sadarkan diri, kehabisan oksigen karena terlalu lama di dalam air. Untungnya, detak jatung Tiara masih berdetak. Buru-buru dibawakan ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan pertama yaitu oksigen.
"Pasangkan ventilatornya, Suster." Suster dengan sigap memasangkannya kepada Tiara. Dokter pun mengecek keadaan detak jantung Tiara, berjalan normal atau tidak. Ternyata, detak jatung serta penapasan Tiara semakin melemah.
Tittttttttttttttt. Alat monitor hemodinamik berbunyi. Detak jantung Tiara berhenti seketika.
***
"Ikutlah bersamaku Tiara...." terlihat sosok wanita paruh baya tersenyum mengajak Tiara pergi dari sana. Tiara terdiam. Bingung, ingin menuruti atau tetap menunggu di sini.
"Aku sekarang di mana? Lalu kamu siapa? Apakah kamu ibuku?" tanya Tiara kepada wanita itu. Ia berpikir ia sedang berada di akhir perjalanan kehidupannya dan dijemput oleh sang ibu yang ia cari selama ini entah kemana.
"Ayo, Nak ikut bersamaku." tidak ada sapatah pun jawaban dari wanita itu. Ia hanya mengajak Tiara untuk pergi ikut bersamanya.
Tiara semakin bingung. Bertanya dalam hati "Apakah ini memang sudah ajalku? Apakah itu benar-benar ibu kandungku?" Tiara memberanikan diri, melangkah mundur menjauhi wanita paruh baya itu.
***
Tiara perlahan-lahan membukakan mata, menyesuaikannya dengan silau cahaya lampu. Melihat keseliling ruangan, memastikan diri berada dimana.
"Wah... syukurlah kamu selamat, Nak." kata orang tua anak kecil itu sambil tersenyum lega.
Tiara hanya bisa mengerjap-kerjapkan matanya. Bukan karena tidak bisa berbicara lagi, melainkan masih bingung dengan keadaan yang ia alami hari ini, begitu cepat dan rumit. Seperti yang dikatakannya, "Hidupku kacau sekali...."
"Suster, pasien sudah boleh dipindahkan ke ruang rawat inap. Tolong segera dipindahkan dan tetap memasangkan infusnya kepada pasien."
"Baik, Dok." jawab suster dengan cepat.
***
Setelah semalaman mendapatkan perawatan di rumah sakit. Paginya Tiara sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Anehnya dokter tersebut memberikan kalimat motivasi kepada Tiara. Jarang sekali Tiara menemukan dokter yang seperti itu, bahkan tidak pernah.
Semua orang berhak sedih, semua orang berhak menangis. Meski kamu yang terkuat sekalipun, kamu boleh dan kamu berhak. Jangan sok tegar, sesekali rasakanlah sakitnya, sesekali tumpahkanlah kecewa. Itu tidak salah. Karena kamu manusia. Begitulah kalimatnya. Tiara bingung dengan dokter itu, seperti tahu bagaimana kacaunya kehidupan yang ia jalani.
Tiba di kontrakan kecilnya, Tiara kembali memikirkan pekerjaan yang bisa ia lakukan dan dapat menghasilkan uang. Menghela napas sambil merebahkan tubuhnya ke ranjang. Menatap langit-langit kamar dengan teliti.
"Apa aku harus mengasah bakat menyanyiku kembali? Mungkin dengan bernyanyi aku dapat bekerja di setiap café. Hmm... aku coba saja, tak ada salahnya juga mencoba." bertanya dalam hati, memantapkan keputusan dengan keberanian yang dimiliki Tiara. Tiara mulai memutarkan lagu asal korea yang berjudul "I Miss You" dari drama korea favoritnya.
barabomyeon jakku nunmuri naneungeon
waenji mollado
dolgo dora naege ogo isseotnayo
pihaejiji anhneun geu sarang
I love you love you love you
inyeonira bureujyo nan
And I miss you miss you
naui unmyeongin saram
seulpeun nunbicheuro wae nareul bonayo
ulji marayo
han nune nal arabongeon aningayo
ijeseoya wae naege watjyo
I love you love you love you
inyeoningeol neukkyeotjyo nan
And I miss you miss you
naui unmyeongin saramTiara punya kenangan khusus dengan lagu ini, ia jadi mengerti arti menunggu untuk bertemu dengan orang yang benar-benar ia sayangi dan cintai. Kedua orang tuanya.
Setelah latihan olah vokal yang dilakukanya berkali-kali, Tiara semakin yakin untuk mencoba bekerja dengan bakat yang ia miliki sejak kecil. Dulu saat ia masih kecil, tinggal di panti asuhan, Tiara selalu bersemangat bila diminta untuk mengikuti acara lomba menyanyi. Kakak penjaga panti asuhan selalu memberikan arahan bagi Tiara untuk selalu berlatih olah vokal agar lebih baik lagi. Tak jarang lomba-lomba yang diikutinya mendapatkan penghargaan juara di tiga besar.
"Baik... akan aku coba." kata Tiara sambil mengerakkan kedua tangannya menunjukkan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Yang Kutitipkan
Short StoryPerempuan tangguh yang menjalani kisah hidup yang pahit, hingga ia bertemu dengan sosok laki-laki. Mampukah dirinya menjawab segala pertanyaan di dalam hidupnya?