Keesokan harinya, karena Tiara merasa dirinya sudah sehat. Ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua dan berpikir setelahnya ia akan bersiap diri untuk kembali pergi bekerja.
"Kamu udah sehat, Ra?" tiba-tiba Darwin datang dari ruang tamu, mendekati Tiara.
"Iya, udah." Jawabnya sambil membalikkan telur dadar.
"Sini, aku cek ." menempelkan punggung tanggannya ke jidat Tiara. Memastikan. "Panas, Ra."
"Ya, panaslah. Aku 'kan lagi dekat sama api. Lagi m-a-s-a-k." jawab Tiara gemas.
"Benar juga. Hahaha. Hari ini kamu mau berangkat kerja, Ra?"
"Iya. Nanti pulang tolong temani aku ke supermarket ya? Belanja."
"Oke. Siap, Bu Bos."
***
"Ra, aku udah ada di bawah ya. Aku tungguin kamu di dekat perpustakaan."
"Oke." telepon pun terputus. Tiara segera menghampiri Darwin, turun menaiki lift dari lantai 5 menuju ke lantai 1.
"Sorry ya, telat."
"Iya, udah biasa nungguin kamu."
Mereka pun berjalan, bergegas masuk ke dalam mobil dan Darwin dengan cepat memutarkan kemudi, membawakan mereka pergi dari tempat parkir basemen gedung kantor. Dalam perjalanan, tiba-tiba Tiara teringat dengan panti asuhan yang dulu ia tinggali. Terlintas di dalam benaknya untuk pergi berkunjung ke sana, sebentar.
"Kenapa bengong?" tanya Darwin yang melihat Tiara.
"Hmm. Bukan apa-apa."
"Cerita aja ke aku." pinta Darwin.
"Hmm. Sebenarnya jalan ini mengingatkan aku saat masih kecil. Waktu itu, sore hari, biasanya aku dengan anak-anak panti yang lain berjalan pulang dari taman kota. Aku jadi ingin berkunjung ke panti sebentar."
"Hmm. Ayo kalo kamu mau. Aku temani ya."
"Wah... serius? Makasih Darwin, kamu memang paling baik sama aku." Darwin hanya menanggapinya dengan mengangguk sambil tersenyum.
***
"Iya, Nak. Sekarang banyak sekali yang membantu panti asuhan ini. Semakin banyak orang-orang baik yang peduli dengan anak-anak."
"Saya ikut senang ibu." jawab Tiara.
"Oh, iya. Sudah lama ibu ingin kasih kamu sesuatu, tapi ibu tidak tau sekarang kamu tinggal di mana. Tunggu sebentar ya."
Setelah menunggu Ibu Narwa penjaga panti datang. Tiara pun menghampiri Ibu Narwa lebih dekat.
"Ini apa ya, Bu?""Ibu juga tidak tahu, Nak. Ada seorang lelaki muda yang mengirimkan kotak ini ke panti atas nama kamu. Ibu pikir ini sangat penting. Nanti kamu buka ya." jawab Bu Narwa sambil menepuk tangan Tiara.
"Baik, Bu." sekarang perasaan Tiara campur aduk. Dia merasa kotak ini berisi tentang informasi keberadaan orang tuanya. Ucapan minta maaf, lalu menunggu dirinya untuk bertemu dengan mereka, kedua orang tuanya.
"Ra, kamu kenapa melamun?" pertanyaan Darwin memecahkan pikiran Tiara yang penuh dengan pertanyaan.
"Kalo gitu kita permisi dulu ya, Bu. Terima kasih udah menemani kami dari tadi." pamit Tiara kepada Bu Narwa, penjaga panti dan diiringi Darwin yang juga berpamitan.
Mereka berjalan menuju tempat mobil Darwin diparkirkan dan langsung masuk ke dalam mobil tersebut. Buru-buru Tiara langsung membuka kotak itu, penasaran dengan isinya yang ia harap menjadi petunjuk keberadaan kedua orang tuanya sekarang. Benda yang pertama kali Tiara lihat adalah foto bayi, foto tersebut sama persis dengan foto yang diberikan kepadanya oleh penjaga panti waktu dulu. Lalu terdapat surat di dalamnya. Tiara membacakannya dalam hati, tanpa disadari air matanya pun jatuh ke pipinya.
"Kenapa, Ra?"
"Mama sama Papa aku ternyata udah enggak ada lagi." jawab Tiara dengan air mata yang semakin deras mengalir, membuat Darwin buru-buru menenangkan Tiara dengan pelukannya.
"Ternyata yang kirim semua ini adalah adik laki-laki aku. Selama ini mereka berusaha mencariku tapi tidak pernah ketemu." tambah Tiara dengan suara yang tidak terlalu jelas terdengar.
Mereka diam dalam hening, yang terdengar hanyalah suara isak tangis Tiara yang belum berhenti sejak tadi. Suasana sedih yang tengah menyelimuti Tiara diiringi dengan air hujan yang tiba-tiba turun. Gemercik air yang jatuh pada kaca mobil seperti menggambarkan dirinya yang jatuh berkali-kali dengan rasa sakit. Hari ini Tiara kembali bersedih karena kekecauan hidupnya. Darwin yang sedang memeluk Tiara untuk menenangkannya, tanpa disengaja melihat surat yang lain yang bertuliskan alamat adik laki-lakinya berada.
"Ra, maaf. Sepertinya kamu harus baca surat ini. Ada alamat adikmu, kalau kamu mau kesana, aku temani kamu sekarang." Tiara hanya membalasnya dengan anggukan.
***
Mereka sudah tiba pada alamat yang tertera pada surat itu. Rumahnya telihat sepi sekali, seperti sudah lama ditinggal. Darwin yang penasaran mencoba mendekati pintu rumah tersebut dan melihat seperti ada surat dibawahnya, mengambil, dan kemudian membacanya.
Januari, 2017
Kak Tiara, ini Cleon adik kandung kakak. Jika kakak baca surat ini berarti Cleon udah pergi ke Australia untuk melanjutkan perkerjaan yang Papa tinggalkan untuk kita. Maaf bila kakak sudah menunggu kami dan mencari kami selama ini. Ada alasan dibalik kakak dititipkan ke panti asuhan, Papa dan Mama menitipkan pesan tersebut kepadaku. Di tahun 2020 nanti aku akan pulang kembali ke Indonesia, aku harap nanti kita bakal bertemu di bandara tanggal 15 Februari.
Sampai jumpa,
Cleo
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Yang Kutitipkan
Historia CortaPerempuan tangguh yang menjalani kisah hidup yang pahit, hingga ia bertemu dengan sosok laki-laki. Mampukah dirinya menjawab segala pertanyaan di dalam hidupnya?