CHAPTER 6

33 4 4
                                    

Seorang gadis bersurai biru tengah duduk di pinggir kasur sembari membaca sebuah buku yang tampak usang. Wajahnya pucat, matanya sedikit bengkak, air mata yang setiap menit selalu membasahi pipi gadis itu.

Tok! Tok!

Ketukan pintu dari seorang pelayan yang tengah mengantarkan makan siang untuk si gadis. Si pelayan kemudian memasuki ruangan tersebut, lalu di letakkannya nampan berisi roti serta minuman di meja yang terletak di ujung ruangan itu. Pelayan itu kemudian berlalu pergi.

Gadis itu tetap membisu sembari membaca buku miliknya. Air mata kembali membasahi pipinya, namun segera dia mengusapnya tatkala melihat pangeran Arthur yang tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut.

" Kenapa kau tidak makan Miku?. Apa kau tidak lapar? ".

Tanya Pangeran Arthur sembari membelai pipi gadis itu. Miku hanya terdiam sembari mengangguk pelan.

" Atau.... Kau sebenarnya merindukan orang itu? ".

Tanya nya lagi. Gadis itu sedikit tersentak, yang dikatakan pangeran Arthur benar selama setengah tahun ini gadis itu tetap memikirkan Len.

PLAK!

suara tamparan terdengar keras dari luar ruangan.

" Dia kan sudah meninggalkan mu, kenapa masih memikirkannya? ".

Gadis itu tersungkur ke lantai sembari memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan keras dari sang pangeran. Gadis itu terdiam membeku, dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun atau menangis.

" Kenapa tidak menagis?, oh... Aku mengerti tangisanmu hanya kau perlihatkan padanya kan? ".

Ucapnya sembari mencengkram dan mengangkat dagu gadis itu dengan kuat.

" Kalau begitu tidak usah menangis saja selamanya, karena orang itu sudah mati! ".

Gadis itu masih membisu. Tiba-tiba Miku tersenyum sembari menatap mata si pangeran.

" Dia bukan orang selemah itu!, dia pasti akan kembali! ".

Ucap gadis itu dengan keyakinan penuh pada dirinya.

" He... Tapi bukannya kau waktu itu mengusirnya, bahkan dia berkata dia sangat kecewa padamu. "

Gadis itu sedikit tertegun. Ucapan pangeran memang benar, Miku sudah menghancurkan kepercayaan orang itu.

"Terus saja berharap! Dia tidak akan kembali. Aku sudah menunjukkan mayatnya padamu jadi silahkan berkhayal sesukamu. "

Arthur menghempaskan tubuh gadis itu hingga membentur dinding, pemuda itu kemudian berlalu pergi.

Gadis itu terduduk di lantai. Meskipun kata-kata yang ia ucapkan penuh keyakinan jika orang itu masih hidup, nyatanya tidak! Hatinya masih tidak yakin dengan hal itu, karena ketika Len menghilang malam itu ada beberapa penjaga yang melihat ada orang jatuh dari atas istana, banyak orang yang mengerumuni mayat itu dan tentu saja Miku juga lari untuk melihat siapa yang jatuh. Hatinya hancur ketika melihat bahwa tubuh pucat yang terbaring di tanah adalah Len.

Setelah kejadian itu pangeran Arthur membuka topeng kebohongan yang selama ini selalu dikenakannya.

Gadis itu masih terduduk di lantai yang dingin. Terlintas dipikirannya untuk melarikan diri tetapi dia sudah pernah mencoba dan gagal.

Satu-satunya cahaya hidup bagi Miku sudah hilang dan tidak akan pernah kembali lagi.

Akhirnya Miku memutuskan untuk berbaring di kasurnya. Mata terasa berat, hingga membuatnya tertidur pulas.

...

" Miku... "

" Siapa?. "

" Miku... "

THE LITTLE THIEFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang