Kue Tart

7 0 0
                                    

Dua kue tart berukuran besar itu diletakan di hadapan bocah berpakaian layaknya peri. Dengan sayap imitasi di punggung dan juga tongkat di genggaman. Senyumnya merekah tiada henti. Yang hadir pun ikut tersenyum bahagia termasuk Rina, gadis kecil berusia enam tahun yang kini sibuk memperhatikan balon warna-warni di atas kepalanya. Ini kali pertamanya ia datang ke acara ulangtahun, ulang tahun tetangga dekat rumahnya.

_____

"Bu ... kapan rina ulang tahun?"

"Rina ulang tahun masih dua bulan lagi, Nak. Masih lama." Mia tersenyum sambil mengelus pucuk kepala putrinya yang masih belia itu.

"Kalo Rina ulang tahun, nanti beliin kue sama balon yang banyak kaya Elis tadi ya, Bu? Nanti panggil temen-temen juga buat datang ke rumah kita. Supaya Rina dapat banyak kado." Binar di kedua iris kecoklatannya menggambarkan harap teramat kepada ibunya.

Mia hanya tersenyum mendengar celotehan putrinya.

"Ibu janji ya, Bu?"
"Jangan diem aja. Ibu harus janji sama Rina? Kini bocah itu menuntut jawab yang tak kunjung didengarnya.

"In Syaa Allah ya, Nak."

Jawaban itu cukup membuat mulut kecil Rina berhenti merengek. Matanya mulai terlihat sayup-sayup kemudian terpejam karna belaian lembut di pucuk kepalanya.

Rina menjadi yatim sejak ayahnya mengalami kecelakaan kerja dan meninggal tiga tahun lalu. Ibunya hanya bekerja sebagai buruh cuci sejak kematian ayahnya. Hasil dari mencuci hanya cukup untuk makan dan membayar beberapa keperluan hidup lainnya.

"Ibu gak bisa janji bisa ngerayain pesta ulang tahun untuk Rina. Tapi ibu janji akan bahagiain Rina walau tanpa pesta dan kue tart." Bisik Mia lirih ke telinga putri kecilnya yang kini tertidur pulas di atas bantal usang yang mulai kehilangan warna. Isak pelan terdengar di antara riuh rendah suara binatang malam. Dalam tangis, doa kepada sang pencipta ia agungkan. Berharap putrinya selalu diberkahi kesehatan dan kebahahagiaan meski hidup dalam segala kesederhanaan.

Moral KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang