Bab 14 - Panggilan Video [1]

2.5K 199 8
                                    

DILARANG MEMPLAGIAT

Vote & Comment nya silakan ^_^
Terima kasih

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓜𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪 ❣

***

Tujuh hari berikutnya, Evan datang berturut-turut untuk mengunjungi An tanpa henti. Namun, An telah membuat permintaan pada pihak rumah sakit untuk menolak semua kunjungan terhadapnya kecuali kedua orang tuanya, Tiyu, dan Chan. Selain mereka, semua harus ditolak, termasuk Evan. Evan selalu kembali tanpa sempat bertemu dengan An. Meski begitu, dia masih terus mencoba. Dia tidak mengerti mengapa An melarangnya untuk bertemu dengan dirinya sendiri.

Seperti sekarang ini, Evan telah menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah sakit di sela-sela jadwalnya yang padat. Dia bahkan mengendarai mobilnya sendiri tanpa didampingi asistennya, Rio. Dan seperti yang sudah-sudah, pihak rumah sakit menolak Evan.

Ketika Evan dengan kecewa berbalik untuk pergi, matanya tanpa sengaja melihat An yang sedang berjalan dengan tangan berinfus, sedangkan tempat infus didorong oleh Chan. Mereka tampak tertawa dengan hangat. Chan juga memiliki ekspresi wajah yang cerah. Kondisi An juga terlihat sangat baik. Mereka berdua sama sekali tidak menyadari bahwa mereka dilihat oleh Evan.

Evan tanpa ragu melangkah untuk mendekati keduanya.

"An," panggil Evan rendah.

An dan Chan menoleh terkejut. An tidak menyangka Evan ada di rumah sakit ini. Chan di samping hanya menatap Evan dengan tatapan datar.

"Ada apa?" tanya An ramah. Seminggu ini, dia telah memantapkan hatinya. Keputusannya sudah bulat. Meski di permukaan sikapnya pada Evan tidak berubah, hanya dia yang tahu, hatinya tidak lagi seantusias sebelumnya.

"Mengapa kamu memblokirku?"

An menatap lekat-lekat laki-laki tampan bersetelan jas hitam lengkap yang ada di depannya. Evan seperti biasanya, sangat gagah dan tampan. An menghela napas dalam hati, laki-laki ini adalah laki-laki yang telah menjadi impiannya sejak bertahun-tahun.

"Memblokirmu? Kapan aku melakukannya?" An pura-pura bingung. Chan di samping masih mengambil sikap tenang dan menonton dengan baik.

"Pihak rumah sakit telah menolakku berulang kali untuk menjengukmu, bukankah kamu yang menyuruhnya?" Pertama kalinya, Evan mau bertanya dengan kalimat yang agak panjang pada An.

"Ah! Ya, itu aku. Aku butuh istirahat lebih banyak. Aku tidak bisa beristirahat dengan baik jika kamu menjengukku. Aku akan sibuk menyenangkanmu jika kamu datang. Dengan begitu, istirahatku akan terganggu dan aku tidak bisa pulih dengan cepat. Apakah ini membuatmu marah?" suara jernih An tidak terdengar terlalu cepat atau lambat.

Evan memproses kata-kata itu beberapa saat. Terdengar masuk akal. Tapi, sepertinya ada yang janggal, apa itu?

"Lalu bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Karena aku tidak perlu menyibukkan diri untuk membuatmu senang dan terkesan, aku pulih dan sembuh lebih cepat. Terima kasih, Evan." An tersenyum manis. Chan hampir tertawa terbahak-bahak karena kata-kata penuh sindiran dari An.

Bukankah sedari tadi An hanya memperjelas bahwa kehadiran Evan sangat mengganggu kesehatannya? Membuatnya membuang banyak waktu istirahatnya dan membuat proses penyembuhannya tertunda? Chan berpikir demikian.

Evan tidak mengerti, tapi An berterima kasih padanya. Dia hanya mengangguk bodoh. Melihat ini, An menatap Evan dengan bertanya-tanya. Evan tidak menangkap sindiran halusnya?

BE GOOD, EVAN! [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang