"den dah kelar mandinya?"
"Udah..." Ucapku sambil duduk dikursi makan.
"Ini pesanan mie ayam nya. ini sumpit, garpu dan juga ada sendok. Ini air putihnya ya den." Ucap mba yeni, art kelima di keluargaku.
"Mba... Delisa ikut papa lagi kah?"
"Delisa di kamar seharian den, Aden ngga tau? Non Delisa kan sedang sakit."
Degg.
"Ha?" Suapan pertama tak mendarat mulus di mulutku.
"Aku ke kamarnya dulu, mba tolong dipanasin lagi. Itu terlalu dingin buatku."
"Iya den."
Akupun bergegas menuju kamar delisa. Kalian tau? Delisa adalah adik kandungku, dia wanita tercantik setelah mama dan juga cici. Sangat cantik, baik, dan juga anggun. Umurnya lebih muda 5tahun dariku.
Toktoktok
"Delisaaa... Kakak masuk ya.. " akupun berjalan kearah kasur Delisa, ia seperti sedang tidak baik-baik saja. Ditutupi selimut setebal ini.
"Del, adek manis.. ah dingin, aku matikan ya AC nya." Sambil mematikan AC kamar ini, tubuhnya dingin. Mama pergi? Delisa tidak masuk sekolah?
"Kaaaaa..." Panggil delisa bangun dari tidurnya, ah mengganggu ya.
"Gara-gara aku matikan AC ya?"
"Bukaaan, kak jam berapa sekarang?"
"15.43"
"Ahh selama itu ya"
"Kamu sakit, sudah minum obat? Kenapa? Ada apa Delisa?"
"Kakak percaya? Kalo takdir itu ada?"
"Ah maksudnya?"
"Kakak percaya ngga kalo suatu saat kita ngga bisa sama-sama lagi?"
"Delisaa, kamu kayanya banyak banget fikiran ya. Sudah, semua itu biar sesuai alur aja. Kamu jangan banyak fikiran, kalo kamu banyak fikiran pasti kamu sakit lagi kaya gini. Kakak gasuka kamu terpuruk, kamu itu masih belum mengerti arti sebuah kehidupan yang sebenarnya dell..."
"Tapi kak, kakak bisa janji ngga?"
"Janji?"
"Iya, kakak bisa janji ngga? Kakak salah satu orang yang ngga bakal ninggalin aku selamanya. Sesulit apapun itu dan sesusah apapun itu. Delisa cuman mau itu, kakak orang yang selalu Delisa percaya selama ini."
"Iya Del kakak janji, kamu juga harus janji jangan berfikir terlalu keras lagi. Kamu sehat-sehat ya, mama dan papa juga selalu ada disini."
"iya selalu ada, tapi tak selalu mengerti." bisik delisa.
"Ha? Tadi kamu bicara?"
"E-enggak deh, kakak salah denger kali hehe."
"Yaudah kamu istirahat ya, kakak keluar dulu."
"Iyaa..."
Delisa, aku tau kenapa kamu selalu seperti ini. Masalah yang sedang dihadapi memang selalu penuh dengan pertanyaan, kenapa seperti ini? Kenapa harus begini? Dan kenapa juga tidak begini?. Delisa sabar ya, kuat, kita semua juga tau bahagia itu ketika kita semua bersama dengan rasa nya juga yang sama.
Klek.
"Den mie ayam sudah mba panaskan."
"Makasih mba."
Sambil melahap makanan ini, fikiranku terus melayang entah tujuannya akan kemana.
"Den, den, den kok ngelamun sih? Ini henponnya bunyi terus daritadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice
Teen Fiction"entahlah, banyak orang bilang memilih itu mudah. Tapi katanya, kataku tidak." Kisah seorang pria yang tidak pernah benar-benar mempunyai perasaan kepada lawan jenisnya, itu ceritanya dahulu sebelum ada seorang gadis tengil berandal membuka keras ha...