Part 43. Sungguh Pelik

2.1K 175 18
                                    

Cinta itu butuh perjuangan termasuk merelakan seseorang demi kebaikan dan keselamatan bersama meskipun terasa begitu menyakitkan
-🦋Love with Innocent Girl🦋-

***

"Cha, kata Kak Devano, dia nungguin lo di parkiran," pesan Marsya menyenggol lengan Icha berniat menggodanya.

"Iya, Icha ke toilet dulu bentar baru ke sana. Icha kebelet!" pekik Icha seraya meraih tas ranselnya lalu berlari keluar kelas.

Tasya dan Marsya hanya menggelengkan kepalanya. Berbeda dengan Lia yang justru tersenyum licik. "Kesempatan emas."

Icha dengan tergesa-gesa masuk ke toilet. Karena begitu terburu-buru Icha justru masuk ke toilet kaum laki-laki.

"Heh, lo ngapain di sini?" tanya Ahmad menatap Icha yang baru saja keluar dari dalam toilet.

"Loh, Kakak ngapain di toilet cewek? Kakak mesum, ya?" tanya Icha polos.

Lelaki bernama Ahmad itu menepuk jidatnya sendiri. "Mata lo gak katarak, 'kan? Coba lo lihat di pintu tertulis jelas "toilet laki-laki" di sana."

Icha menurut. Ia melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu membaca tulisan yang tertera di sana. "Eh, ini toilet cowok? Berarti toilet cewek di sana, dong? Siapa yang mindahin?"

Ahmad mengelus dadanya lembut. Ya Allah cewek kayak gini kah yang jadi rebutan itu? Polos banget gila walaupun cantik, sih, batin Ahmad.

"Dari zaman Dinosaurus, toilet cowok juga di sini," kata Ahmad geram.

"Tua banget, dong, sekolah ini. Berarti di sini banyak hantunya, ya?" celetuk Icha tanpa dosanya.

"Gila lo cantik-cantik gini bego juga rupanya. Bodoamat dah, minggir gue mau kencing. Lo mau lihat, hmm?" Ahmad hendak membuka rit celananya.

"Enggak! Icha keluar aja. Papai!" teriak Icha lalu berlari meninggalkan sejuta rasa malunya di toilet.

Icha menutupi kedua pipinya. "Besok-besok Icha gak mau ke toilet Kakak kelas, deh. Malu, huwa!"

Icha segera mempercepat langkahnya tak mau Devano menunggu terlalu lama karenanya. "Icha harus cepat sebelum singa jantan bangun dari tidurnya."

Langkah Icha terhenti. Kedua mata dan hatinya mulai memanas menyaksikan apa yang dilihatnya. "Ada hubungan apa, sih, mereka?"

Icha merasa mood-nya menghilang begitu saja. Icha terus mendekati Devano dan-Lia. Icha melirik sekilas ke arah Lia yang memeluk lengan Devano, sedangkan Devano diam menatap Icha tanpa berkedip.

Icha merasa kecewa pada Devano. Ia berharap Devano mencegahnya pergi, namun lihatlah apa yang terjadi? Devano hanya diam menatap kepergian Icha.

"Kalau lo gak bisa bahagiain Icha mending dia buat gue!" sarkas Arkan memukul perut Devano.

Devano tersungkur ke tanah. Ia hanya diam tidak berkutik sedikit pun. Bahkan ada niat untuk membalas pukulan itu saja tidak. Padahal ia sangat mampu mengalahkan siapa pun.

"Lo sayang sama dia gak!? Jangan pernah sia-siain dia! Lo pasti bakal ngerasain apa yang gue rasain dulu! Gue nyesel sia-siain Icha! Gue nyesel!" Arkan terus memukul dan menendang Devano.

Dan Lia? Ia justru pergi menjauh dari keduanya setelah puas membuat Icha terluka sekaligus menjauhkan Icha dengan lelaki pujaan hatinya. Sungguh wanita ular.

"Gue pastiin Icha balikan sama gue! Dan lo silakan pacaran sama cewek murahan itu!" ketus Arkan.

Mendengar itu tangan Devano mengepal kuat. Sebuah pukulan mendarat mulus di sudut bibir Arkan dan berhasil merobeknya. "Jangan pernah lo dekatin Icha. Gue gak akan biarin lo dapatin Icha lagi!"

[☑️] Love with Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang