"adek? ini anak gue?"saya kaget, jelas. dia masih terlihat muda mungkin seumuran saya. saya pun memberanikan diri bertanya. "kok ga sama ayahnya? kerja ya?"
wanita itu tersenyum tipis "ayah ya. .? hahaha gua dihamili tapi gamau tanggung jawab". seketika itu bibir saya terkatup rapat. tangan saya terangkat mengelus pipi bayi itu. cantik seperti ibunya.
"kamu sudah makan belum?" saya bertanya ke dia. "makan siang? gue belum makan dari kemarin sore". saya hanya bisa menggeleng heran.
"yasudah kamu ikut saya ayo makan dirumah saya, lagian bayi kamu butuh asi kan?" ajak saya, ya mau bagaimana. siapa yang tidak kasihan kalau seperti ini. dia juga korban laki laki ga bertanggung jawab.
"gak deh gue udah banyak repotin lo, oh iya gue Sahara dan anak gue Kiara.
lo?" dia lebih pendek dari saya jadi untuk berbicara dengan saya harus sedikit dongak."Saya Royen. kamu gak usah segan segan. kamu tinggal dimana?"
"Gak tau juga gue baru diusir. mau ngekos rencananya tapi ntar gak ada yang ngurus anak gue. panti deket sini dimana yen?" apa katanya tadi? panti? dia mau nitipin anaknya di panti?
"kamu mau nitip kiara di panti?" tanya saya heran dan dia mengangguk pasti.
"iya lagian gue gak sanggup jadi single parents. ayahnya aja ninggalin" denger jawaban dia emosi saya agak naik, tapi tetep saya tahan cuma bisa hela nafas.
"kamu nganggep ayahnya jahat ga udah ninggalin kamu sama kiara?"
"ya jahat lah"
"ya sama saja artinya, kamu juga jahat kalau ninggalin kiara ke panti. cukup dia kehilangan sosok ayah, ini mau kehilangan seorang ibu? ga ada bedanya kamu sama pacar kamu berarti. menilai orang tapi lupa mengaca" saat itu saya tidak lagi memandang wajah gadis itu. saya tidak mau dia terintimidasi dengan kata kata saya.
wanita itu hanya diam. waktu saya tidak banyak. "terakhir kalinya saya kasih tawaran, tinggal dirumah saya masih ada kamar kosong. gausah sungkan, nanti akhirnya susah sendiri. saya hanya menawarkan sekali. menawarkan itu sekali kalo lebih namanya memaksa. itu hak kamu saya hanya berniat menolong"
"gue ikut, boleh? gue gatau mau tinggal dimana. gue ada mobil kok nanti cari kerja sendiri" saya nunjuk rumah saya yang disebrang jalan.
"Disana masuk saja saya tunggu"
saya langsung nyebrang jalan masuk ke rumah. ternyata mama sama papa udah pulang. saya langsung peluk mama dari belakang. saya bisa rasakan mama sedikit terkejut."loh gantengnya mama kapan pulang sayang? kamu naik apa? kok ga bilang mama ? kan bisa papa yang jemput. kamu tadi lewat mana kan mama kunci" wanita paruh baya didepan saya itu mengomel tidak ada hentinya. bukan seram malah cantik.
"satu satuuu nyonya besar bingung jawabnya nih mas. pulang tadi pagi habis subuh kemas. tadi mas naik bus. ya emang mau kasih kejutan masa harus bilang maa. tadi mas lewat jendela." saya hanya terkekeh dan memeluk wanita yang saya sayangi itu.
bisa saya rasakan tangan lembut yang mengusap surai saya. "mas kangen mama" bisa saya dengar tawa lepas mama.
"Gantengnya mama manja ya? mau balik jadi bayi lagi?" kalo bisa saya akan jawab iya. saya beranjak dewasa tidak serumah. ya mau bagaimana lagi namanya mencari ilmu. saat asik bermanja bersama mama saya denger pintu diketuk. oh pasti wanita tadi, saya langsung bukain pintu.
"silahkan masuk" dia langsung masuk bawa koper dan perlengkapan mereka. saya langsung jelasin ke mama sebenarnya ada apa.
"mama gabisa kasih ijin, tanya papamu gih di ruang kerjanya. Mama juga mau ngomong sama Kiara"
saya mengerti memang semua yang ada disini harus ijin kepala keluarga jadi saya ke ruangan papa. setelah dipersilahkan masuk saya duduk disofa.
"pa mas mau minta ijin, ada orang yang mau tinggal disini. mas tadi nolong orang dia diusir. nanti kalo udah dapet kerjaan dia beli apartemen kok pa"
"asal gak macem macem aja silahkan lagian papa lama ga lihat bayi. nanti papa nyusul ke bawah. suruh aja tidur disini"
"oke makasih papa"
saya langsung turun nyamperin mama yang kesenengan gendong kiara. "Sahara mana ma?"
"oh tadi mama suruh mandi gantian" saya seneng lihat mama, saya bisa lihat gimana penyayang nya mama. udah gak penasaran gimana mama memperlakukan saya waktu bayi.
"kiara can-"
"ASSALAMUALAIKUM BEBAN KELUARGA PULANG"
"ASSALAMUALAIKUM BEBAN KELUARGA PULANG"
Omongan mama kepotong sama kedatangan dua bocah rusuh mana kompak seperti paduan suara. Kiara langsung nangis mungkin kaget denger suara seperti knalpot jamet.
"Waalaikumsallam kak, dek kasian ini kaget nangis."
"waalaikumsallam"
Mereka adik adik saya, memang akhlak baiknya tidak ada. sudah dikasih ke saya semuanya makanya mereka sisa akhlak buruk.
Yang satu Bertha kembaran saya yang satu Athar adik laki laki saya. Gak kebayang gimana frustasinya mama kalo mereka barengan.
"weh bang lo kok pulang pulang bawa bayi, jangan jangan . . ." itu athar yang ngomong, udah keliat dari pertanyaan nya emang tidak tampak adanya akhlak suci disana.
"sembarangan jadi itu . . . . . ." mama ceritain semuanya ke Bertha sama Athar.
gak lama sahara selesai mandi dan nyamperin kita. tatapan Athar sama Bertha gak teralihkan dari Sahara.
"oh jadi lo yang bunting duluan sebelum nikah? kok mauan si"