"ma.. mas mau angkat kiara jadi anak sekalian saha-"
"gak"
terkejut? jelas baru kali ini mama bilang ke saya nggak.
"tap-"
"mama bilang enggak ya enggak"
saya tersenyum lalu memegang tangan mama. berbicara baik baik sama mama.
"coba kasih tau mas apa alasan mama gak ngijinin mas?"
tatapan mama dingin, memang gak biasanya mama seperti ini. apa saya mengecewakan beliau? sefatal itu keinginan saya?
"Dia sudah rusak, gabisa mas. mama mah garela restuin anak mama buat perempuan yang sudah bekas sebutanya" saya cukup kaget dengar penuturan mama yang terbilang kasar, gak biasanya mama seperti ini.
"Tapi ma.. itu cuma masa lalu sahara, dia udah gak berada di sana lagi. begitu juga sama mas yang punya masa lalu. soal bekas atau gak nya mas gapeduli yang mas tau cuma mas cinta sama sahara" jelas saya buat meyakinkan mama.
"Terserah mau mas, gak dengerin omongan mama? silahkan kamu bisa milih baik buruknya kamu sendiri" mama langsung berdiri ninggalin saya. terlihat dari tatapan mama ada cukup amarah disana.
"Udah gue bilang, kita punya keinginan tapi semesta punya kenyataan" saut Bertha yang lagi nyiram tanaman.
"Pikir lagi bang mungkin mama emosi, gue mau pergi main. kak, gue mau kerumah Genta ntar kalo ada apa apa samperin gue disana. Assalamualaikum" imbuh Athar
"waalaikumsallam"
saya cuma bisa sandarin kepala sambil merem, ternyata sepedih ini tidak dapat restu. keinginan saya yang terlalu macam macam apa memang mama yang tidak mau memberi restu.
.
.
Kali ini saya berada di pesantren menemui Romo ingin meminta ijin, besok sudah keberangkatan saya. Ternyata Romo sedang mengajar ngaji jadi saya berkeliling lagi di pesantren.
saya merindukan tempat suci ini.Saya melewati mading pesantren. mayoritas wajah saya terpampang disana. bibir saya terangkat. biasanya wajah saya yang terpampang disini nanti wajah siapa? pandangan saya melirik rak buku disamping mading.
Rapi diurutkan mulai edisi pertama sampai edisi 12, yang dimana 4 diantara 12 itu cover majalahnya saya. mungkin ini hal yang sedikit patut dibanggakan. anak yang diluaran sana dikenal kenakalanya harus malu bukan malah bangga.