𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐈𝐈.

50 9 0
                                    

𝐌𝐎𝐍𝐎𝐊𝐑𝐎𝐌 | 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟐

"Ji, udah selesai jam terakhir nya?"

"Udah." 

"Mau pulang bareng gue nggak?"

"Gue ada kumpul OSIS di luar sekolah, gak bisa."

"Yaudah gue anter kalau gitu."

"Nggak usah, gue bareng yang lain aja. Udah dulu ya."

Sambungan itu terputus secara sepihak, dan secara tidak sadar pemuda itu langsung menghela napas lelahnya. Gurat keringat cukup membasahi bagian wajahnya akibat menunggu hampir lima belas menit dibawah terik panas matahari menjelang petang ini.

Tubuh miliknya masih ia sandarkan pada sebuah dinding tak rata yang terdapat di parkiran sekolahnya, sejenak ia memejamkan kedua netranya. Keenand memang selalu merasa lelah, tapi kenapa hari ini rasanya lebih lelah dari biasanya?

Apa karena pdktnya gagal lagi?

Ah entahlah ini sudah yang ke berapa kalinya ia gagal untuk mengajak sang pujaan hati pergi bersama, padahal inginnya bisa duduk berdua di bangku taman lalu menyatakan isi perasaannya. Atau mungkin si gadis sudah tahu mengenai perasaannya? Karena menurut Keenand, ia terlalu terang-terangan dalam melakukan pendekatan.

Atau tidak ya? Terserah lah.

Setelah berdiam diri selama berbelas-belas menit, pemuda Wiyata itupun beranjak pergi dari tempatnya menuju vespa putih kesayangannya yang terparkir rapih disana. Berniat untuk segera pulang agar dapat mendaratkan punggung lelah miliknya ini pada permukaan ranjang yang empuk.

Namun ketika Keenand baru saja selesai menggunakan helm pada kepalanya, ada si pemuda yang cukup lama tak menyapa. Galenaksa namanya.

"Bola kesayangan lo nih," Sosok Pramaheswara itu melempar sebuah bola basket yang dibungkus tas khusus berwarna hitam kepada Keenand.

Lelaki itu dengan spontan menangkap bola yang dilempar, baru mengingat kalau hampir saja ia melupakan benda kecintaannya ini. Kemudian Keenand pun segera bertanya dengan alisnya yang bertaut, "Lo nemu dimana, Sa?"

"Lea yang nemuin, tapi dia minta gue yang kasih," Ujar Galenaksa yang netranya menolak untuk mengarah pada eksistensi Keenand.

Namun Keenand yang masih bertahan dengan posisi bingungnya itu pun tiba-tiba mengerutkan keningnya, dan berujar, "Kenapa dia nggak kasih langsung ke gue deh?"

Yang satu lagi, sadar akan apa yang keluar dari mulut Keenand, dirinya pun berujar kembali,

"Tadi katanya sih lagi buru-buru, tapi kalau kata gue mungkin canggung buat ketemu."

"Canggung? Ke gue?"

Si pemuda yang berada disebelah presensi Keenand itupun terpaksa menoleh, mengernyitkan kening miliknya. "Emang lo gak nyadar apapun, Nand?"

Dengan polosnya Keenand pun mengucap kata tanya, "Apaan?"

Yang pada akhirnya kata itu terabaikan dan kedua eksistensi tersebut malah saling bertatapan dengan masing-masing pertanyaan yang bercokol di kepala mereka.

"Gue cabut dulu." Itu kata si Galenaksa yang kemudian langsung beranjak melangkahkan tungkainya.

Sedang salah satunya yang masih dirundung tanda tanya itu tiba-tiba berujar pada sosok yang biasa dipanggil dengan sebutan Aksa, "Lo udah lama gak nyapa, kenapa?"

MONOKROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang