𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐕𝐈𝐈.

70 9 7
                                    

𝐌𝐎𝐍𝐎𝐊𝐑𝐎𝐌 | 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟕

Keenand tengah duduk di salah satu kursi kantin, hanya sendiri, beberapa teman-temannya sudah beranjak sedari tadi untuk pergi tetapi entah kemana. Dirinya juga tak peduli. Keenand merasa sangat mengantuk hari ini, semalam pemuda itu baru bisa terlelap sekitar pukul dua dini hari. Diakibatkan dirinya yang belajar hingga larut demi mata pelajaran matematika hari ini.

Terhitung sudah hari ke empat sejak ujian semester ini dilaksanakan. Sisa satu hari esok lalu semuanya selesai. Iya, urusan sekolah selesai dan tinggal menunggu hasil. Pemuda dengan jaket abu-abu yang digunakannya itu bukanlah pribadi yang rajin jikalau soal belajar, namun setidaknya ia tetap berusaha agar mendapatkan hasil yang terbaik.

"Keenand, lo kenapa?" Presensi Keenand dikejutkan dengan datangnya seorang pria bernama, Alendika, yang saat ini sudah mendudukkan diri tepat dihadapannya.

"Gue gak apa-apa kok. Ngantuk aja, pengen balik rasanya."

Pria itu mengangguk mendengar jawaban dari Keenand, dan tak lama ia pun kembali berujar, "Lo di panggil ke ruang guru, bentar lagi akhir tahun. Pasti sekolah ngadain acara, kemungkinan elo jadi panitia."

Awalnya saat Alen berkata 'dipanggil ke ruang guru', Keenand sempat berpikir bahwa ia mungkin membuat masalah, tapi ternyata tidak. Pemuda Wiyata itu memang cenderung sering dimintai tolong oleh guru-guru sekolah, namun bukan dalam artian dibudaki dan lebih tepatnya adalah dia dipercaya. Keenand memang memiliki jiwa leadership yang bagus. Jadi ya, wajar saja jika hal itu terjadi padanya.

"Oke, gue ke sana dulu, Mas. Nanti traktir kopi ya." Dengan cekikikan dirinya segera beranjak dari duduknya, kemudian melangkahkan tungkai miliknya menuju ruang guru. Sedang pemuda yang satunya itu hanya mampu menggelengkan kepalanya.

Sesampainya Keenand di ruangan guru, dapat ia lihat bahwa yang dipanggil bukan hanya dirinya, tetapi juga ada sekitar tiga atau empat murid kelas sepuluh lainnya. Dan diantara murid itu, salah satunya ialah presensi Talea yang pemuda itu dapati.

"Ah, dia pasti dipanggil juga."

Keenand memperhatikan ke sekelilingnya, dan mendapati sosok guru yang mengintrruksi agar pemuda tersebut datang ke arahnya. Itu Pak Teguh, guru BK. Kebetulan ia cukup dekat dengan Keenand.

Maka dengan segera Keenand pun berjalan ke arah guru tersebut, "Sekolah bakal buat acara akhir tahun di daerah Bandung nanti, kurang lebih acaranya sekitar tiga hari dua malam." Ujar Pak Teguh kepada Keenand, seharusnya sedari tadi pemuda itu sudah harus datang ke ruangan guru namun dirinya sedikit telat. Jadi guru tersebut harus menjelaskan ulang pada Keenand terlebih dulu.

"Jadi, saya tugasnya apa?"

"Bantu reservasi. Nanti kamu dateng ke ruang OSIS, di sana sudah saya bagi kelompok nya. Kamu bisa lihat." Ujar Pak Teguh yang dijawab berupa anggukan mengerti dari Keenand.

"Oh ya Keenand, sekalian antar berkas ini ke ketua OSIS ya. Bapak lupa tadi."

Pemuda itu kembali mengangguk, meraih beberapa lembar kertas untuk ia bawa kemudian dirinya beranjak. Namun sebelum Keenand keluar ia mencari keberadaan Lea di sekeliling, namun nihil. Eksistensi gadis itu telah menghilang dari ruang guru, sepertinya sudah keluar terlebih dulu sebelum dirinya.

•••

Sepasang tungkai itu berjalan dengan sedikit cepat, Keenand hendak menuju ke ruangan OSIS, namun ditengah saat berjalan dirinya mendapati sepasang murid yang terlihat sedang berdebat. Dan hal itu juga mampu Keenand dengar menggunakan rungu miliknya.

MONOKROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang