02. Bimbang

19 1 0
                                    

Keempatnya pun berakhir di kamar mandi. Buat yang bertanya mengapa Rama ikut dihukum, itu karena ia bolos dari rapat osis yang harusnya dia yang bernotabene ketua osis menghadiri rapat tersebut. Kelakuan Rama diketahui karena salah satu dari anggota osis melaporkan ke Bu Wenda, bahwa Rama tidak menghadiri rapat yang mereka lakukan.

Mereka pun mendapat bagian-bagiannya sendiri. Bella dan Sheren membersihkan westafel, Mauren membersihkan toilet wanita, serta Rama membersihkan toilet pria. Keempatnya tidak diizinkan pulang jika toilet siswa belum bersih.

"Ini semua salah lo! Gue pindah sekolah mau tenangin diri malah dihukum kayak gini!" cicit Mauren saat keluar dari toilet wanita.

Sheren memutar bola matanya jengah, "Salah lo numpahin teh kotak di muka gue sama Bella."

Rama mendengar perdebatan tersebut keluar dari toilet pria, menatap tajam mereka bergantian. Padahal, baru saja Bella ingin melemparkan lap yang ada digenggamannya.

"Kamu capek?" tanya Rama lembut ke Sheren. Sheren menggelengkan kepala, menandakan ia tidak capek. Tapi Rama tidak percaya, ia melihat wajah Sheren seperti kelelahan.

"Mending pulang deh, aku yang lanjutin semuanya." ucap Rama lembut lagi.

Sheren mengelap keringat yang ada di dahinya, "Gapapa, dikit lagi selesai kok."

"Gaboleh, nanti kamu kecapean. Mending balik gih. Bella, gue bisa nitip cewe gue ga? Lo balik bareng ya." pesan Rama kepada Bella.

Dengan senang hati, Bella menaruh lap yang ia pegang di westafel sembarangan dan menarik Sheren untuk ikut bersamanya. "Makasih kak!" teriaknya.

Tersisalah Rama dan Mauren. Keadaan sekolah yang sudah sepi membuat Mauren gugup, karena benar-benar hanya tersisa mereka berdua di toilet sekolah.

Rama mengayunkan kakinya menuju kembali ke toilet pria, namun ditahan oleh Mauren. "Ram, do u miss me?" tanya Mauren lirih.

"No." jawab Rama dingin dan melanjutkan melangkahkan kakinya kedalam toilet pria.

Tidak lama, ia merasa hangat di perutnya. Bagaimana tidak, Mauren memeluknya dari belakang. Rama tidak bisa menolak, bahkan ia menikmati pelukan hangat dari Mauren.

"Aku gapercaya kamu segampang itu lupain aku Ram," ucap Mauren sendu, membuat Rama berbalik menghadap kepadanya.

Rama mendengus pelan, menangkup kedua pipi Mauren. "Sorry, gue udah punya Sheren. Jadi, tolong jangan ganggu gue lagi ya? Dan juga lo jangan ganggu Sheren."

Mauren memegang tangan Rama yang masih bertengger dikedua pipinya, mengusapnya pelan dan mencium keduanya. "Aku gabisa, aku ga suka lihat kamu sama Sheren!" ucap Mauren menitikkan air matanya.

"Please, jauhin gue. Lo pantes dapat yang lebih dari gue." ucap Rama lagi, menatap Mauren dalam. Luka lama yang ia pendam kembali muncul, membuat mata Rama berkaca-kaca.

"But i still love you." ucap Mauren singkat, mengecup bibir Rama singkat. Rama tidak menolak, di hati terdalamnya ia masih memiliki rasa kepada Mauren.

"Rama, kamu tahu? Aku pindah ke Jakarta untuk bisa kembali sama kamu." ucap Mauren kembali mengusap hidungnya yang berair.

"Bagaimana keadaan mama?" tanya Rama memegang kedua pundak Mauren.

Mauren terdiam, "Mama di rumah sakit jiwa. Dia sakit mental." ucapnya lirih.

Rama memilih untuk diam, memeluk Mauren dalam. Mauren membalas pelukan Rama penuh hangat dan berkali-kali menciumi pundak Rama.

"Rama, bisakah kita kembali seperti dulu?" tanya Mauren disela pelukan mereka.

Rama menggelengkan kepala, "Ga Mauren. Gue cinta sama Sheren."

SherenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang