2

7 1 0
                                    

Skip apart aska. 

Tok... Tok... Tok

Aska buka pintunya ini bibi "ucap bibi sambil mengetuk pintu apart bang aska

Aska pun membuka pintunya

"Tadaaaa bibi bawa siapa nih"

"Kila?"

"Bang askaaa"

Kila dan aska pun akhirnya berpelukan

"Kapan pulang de?"

"Tadi siang"

"Masuk yuu"

*ruang tamu aska*

"Mau nginep disini gk de?"

"Kila gk bawa baju tidur sama gak bawa seragam juga buat besok sekolah"

"Emang Kila besok udah mulai sekolah de?"

"Udah bi"

"Dimana?"

"Ditempat sekolahnya bang aska"

"Oalah, aska kamu jagain kila ya, kalo sampe lecet sedikit kamu bibi lempar pake panci punya bibi"

"Iya bi iya"

"Jadinya kila mau nginep gk?"

"Besok malen aja deh bang"

"Trus sekarang kila mau balik kerumah?"

Kila pun mengangguk

"Sama abang aja yaa, sekalian mau salaman sama mamah ayah"

"Yaudah yuu"

"Truss bibi?"

"Bibi pulang kerumah sendirian"

"Beginilah punya keponakan gk ada akhlaknya"

"Enak aja bibi"

*skip dh smpe rumah ayah mamah*

"Ternyata perasaan ini masih tetap sama, ya allah perkuatlah hamba jika nanti ayah  berkata menyakitkan kepadaku" batin aska

"Abang ayo masuk ko malah bengong"

"I-iya ayo kita masuk"

"Assalamualaikum kila pulang"

"Waalaikumsalam de"

Kila dan aska pun menuju ruang tamu karna ortu mereka sedang disana...

"Yah, mah kila bawa siapa nih"

Yg tadinya ortu mereka fokus ketv sekarang beralih menatap aska dengan tatapan yg tidak bisa diartikan.

"Askaa" beo mamah

"Mah, yah" ucap aska menyalimi tangan orang tuanya

"Kamu sudah besar nak" ucap mamah sambil mengelus lembut kepala anak lelakinya yaitu aska

"Ayah sama mamah sehat kan?" ucap aska sambil melirik ayah sama mamahnya itu

"Alhamdulillah sayang mamah sama ayah sehat, kamu sehat kan?"

"Sehat ko mah"

"Anak berpenyakitkan seperti kamu, mana ada sehat" ketus ayah

"Aska beneran sehat ko yah" ucap aska   pelan

"Diluar doang kelihatan sehat tapi didalam tubuh kamu penyakit mulu" ketus ayah

"Ayah ngomong apasi, askan kan juga anak kita"

"Dia bukan anak kita mah, anak kita gk berpenyakitan seperti dia" ucap ayah lantang sambil menunjuk kearah aska

"Ini ada apasi, yah aska itu anak ayah sama mamah, aska juga abang aku" ucap kila dengan mata yg berkaca kaca

"Diam kamu killa, kamu gk tau apa apa tentang anak ini" ucap ayah sambil melirik aska dengan lirikan tajam

"Sekarang kamu pergi dari rumah ini"

"Ayah apaansi bang aska tetep disini"

"Kila masuk kamar kamu sekarang"

"Enggak yah, kila gk mau kila mau sama bang aska"

"Kila denger ayah gk, masuk kamar kamu sekarang" bentak ayah ke kila

"Kamu masuk kamar aja yaa" ucap aska lembut

"Enggak bang, kila mau disini aja sama abang"

"Ini udah malam sekarang kila tidur yaa" ucap aska sambil mengelus kepala adiknya

"Jangan pernah kamu sentuh dengan tangan penyakitan kamu itu" lantang ayah

"Yah, ayah udah keterlakuan sama aska" ucap mamah menahan tangisan

ayah hanya diam.

"Sekarang kamu pergi dari rumah ini"
Bentak ayah

"Jangan aska kamu jangan pergi tinggal disini aja ya sama ayah mamah kila"

"Enggak bakal saya izinin anak penyakitan ini ada dirumah saya"

"Gk usah mah, aska punya apart ko" ucap aska dengan senyum mirisnya

"Bagus kalo gitu, sekarang kamu keluar dari rumah saya dan ingat jangan dekatin keluarga saya lagi"

"Aska juga keluarga ayah kan?"

"Jangan harap kamu, saya akui sebagai keluarga saya"

"Aska sekarang dah malam sekarang kanu balik ke apart yaa, dan omongan ayah tadi jangan kamu masukka kedalam hati kamu" ucap mamah lembut sambil membawa aska keluar rumahnya

"Aska pamit ya mah" ucap aska menyalimi tangan mamahnya

"Hati hati ya sayang"

"Iya mah"

Aska pun balik ke apart.

"Apa rasa benci ayah gk bisa tergantikan dengan rasa sayangnya? Aska juga pengen yah disayang sama ayah, dimanjain kaya kila, dipeluk sama ayah. Aska sama sekali belum ngerasain pelukan ayah, aska pengen banget denger ucapan sayang dari mulut ayah. Tapi itu gk bakal terjadi yah, rasa benci ayah terlalu besar buat aska entahlah salah aska apa sama ayah sampai ayah gk mau akui aska sebagai keluarga ayah. Walaupun ayah seperti itu, aska tetap sayang ayah" batin aska sangat sakit ketika ia mendengar ucapan tajam dari mulut ayahnya itu

"Apa aska harus mati dulu baru ayah sayang sama aska?"
"Eh astagfirullah ka luh ngomong apaansi"

Aska pun sampai keapartnya






First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang