10 × Different Ending [END]

0 0 0
                                    

Oliv POV

Sudah seminggu sejak kejadian itu Olin menjadi sosok yang pendiam, bahkan nyokap gue pun sampe heran dengan kelakuan anak itu. Gue selalu meminta dia untuk bercerita ke gue, tapi dia tetap kekeh menutup diri. Gue gak ceritain kejadian itu seperti yang Olin minta.

Dan Faisal, gue benar-benar menghindarinya. Gue gak mau liat wajah sampahnya, gue benci sama dia. Gue kira dia berhenti jadi playboy karena yang gue lihat dia udah jarang bareng cewe-cewe gebetannya. Tapi gue salah, kelakuan dia bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Gue gak ngerti gimana jalan pikirnya, sampai ngajarin anah SMP hal gak bener kayak gitu. Apa mungkin sekarang gebetannya anak SMP semua? Dasar bajingan.

"Liv lo beli minum, biar gue beli makanan." Ucap Shabi, saat ini kami sedang berada di kantin.

Gue mengangguk dan berjalan menuju stand minuman, kantin belum terlalu penuh karena bel istirahat belum berbunyi. Gue juga males kalau harus ngantre panjang, panas.

Gue mencari meja kosong untuk gue dan Shabi. Gue menunggu Shabi sambil bermain ponsel, tak begitu penting, hanya menscroll sosial media yang gue punya.

"Nih," Shabi datang dari belakang dan meletakkan dua piring nasi goreng ke atas meja.

Gue tersenyum girang, "thanks."

Lalu gue merasa ada yang duduk di sebelah gue, gue menengok ke samping. Brengsek, siapa yang bawa dia kesini?

Gue berdiri dan berniat untuk pergi dari sana. Tapi, tangan Shabi mencekal gue.

"Lo mau kemana?" Tanya Shabi.

"Pergi," balas gue.

"Tapi lo belum makan,"

"Gue udah gak mood makan sejak liat sampah," ucap gue sambil melirik sinis Faisal.

Gue berniat melespaskan cekalan Shabi, tapi dia semakin mengeratkan cekalannya.

Shabi mengerutkan dahi, "lo ada masalah apa sih sama Faisal?" Tanya Shabi.

"Beberapa hari belakangan ini lo berdua aneh tau gak," Delfan dan Andra membenarkan itu, entah sejak kapan mereka berdua sudah duduk di sebelah Shabi.

Gue menggidikan bahu. Gue gak mau bahas ini, gue mau pergi dari sini. Kenapa Shabi gak ngertiin gue sih.

Shabi menghela napas, "lo berdua kalau ada masalah omongin baik-baik, selesai-in baik-baik, jangan kayak gini. Kita bertiga bingung harus apa."

Gue udah tersulut emosi karena perkataan Shabi, dia ngapain sih bela si Faisal? Di bayar berapa dia buat kayak gini.

Gue menghentakkan tangan gue sampai cekalan Shabi terlepas, "lo kalau gak tau apa-apa lebih baik diam."

Shabi tercengang karena perkataan gue, mungkin dia gak nyangka gue akan ngomong kayak gitu.

Gue segera pergi dari sana.

×××

Faisal POV

Gue menatap kepergian Oliv dengan sendu. Entah sampai kapan Oliv marah sama gue yang bahkan gak salah apa-apa. Oliv menutup semua akses untuk gue menghubunginya, semua media sosial gue diblockir. Dia tutup telinga saat gue mencoba menjelaskan. Dia menghindar dari gue.

Jujur gue sedih liat keadaan kita kayak gini. Apalagi Oliv bilang gue brengsek, bajingan, sampah dan kata-kata menyakitkan lainnya. Oliv benci banget liat gue, gue menghela napas lesu. Sekarang gak ada lagi yang bikin gue semangat.

Gue memejamkan mata. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang tangan gue, sontak gue membuka mata gue.

Di depan gue, Andra tersenyum, "semangat Sal, lo pasti bisa lewatin semua ini."

Faisal vs Olivia | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang