06 || Why We Ever Say Goodbye? (bonus)

523 85 6
                                    

.
|
,

“Tolong, jawab aku.” Bibir itu terbelah setelah membisu sekian lama. Panggilan itu sepertinya tidak terdengar pada siapapun. Pintu di hadapan muka masih tertutup—terkunci rapat. Di sisi luar ini ia menunggu suatu hal yang tak pasti. Menanti penyebab sakit hatinya menampakkan diri; membukakan pintu, membiarkan dirinya masuk.

Sungguh, Mark hanya ingin berbicara. Tapi nampaknya sulit.

Apa benar Lucas masih tinggal di sini? Bisa saja iya, meski sepertinya tidak. Tirai jendela rumahnya tertutup—menghalangi pandangannya untuk menembus ke dalam. Rumah yang dulu nampak familiar kini jadi terasa asing. Benar-benar asing sampai Mark tidak bisa mengingat kenangan yang dulu pernah ia alami—terjadi—di sini. Mungkin karena ia memang tak punya kenangan dengan sisi ini.

Rupanya ia baru sadar ada sisi seperti ini. Dan ia benar-benar ada di sini asing tersebut sekarang. Sebuah sisi dingin yang mempertemukannya dengan kekecewaan. Sebuah sisi yang tidak akan bisa mempertemukannya dengan Lucas lagi.

Mark hanya ingin berbicara.

Hanya ingin melihat Lucas membuka mulutnya. Mendengarnya mengucapkan sesuatu yang hangat.

Sama seperti dulu.

Ah, Mark jadi berandai-andai. Setelah sekian lama berlalu, seperti apa suara Lucas akan terdengar di telinganya. Masih sama seperti dulu ataukah sudah berubah. Juga penampilannya, apa masih serupa atau tiada lagi sama.

Mark kini mencoba mengingat kenangan mereka dulu. Mencoba membuat reka ulang tentang dirinya dan juga Lucas. Mereplika setiap gerakan di dalam pikirannya. Setiap gestur, ekspresi, nada, dan warna.

Wajahnya, perawakannya, surainya, tatapan matanya, suaranya, tawanya, juga... semuanya.

Apakah sama seperti dulu? Entah.

Mark bahkan tidak bisa ingat mengapa mereka berpisah. Mengapa mereka mengucapkan kata selamat tinggal. Hanya kata maaf yang kini bisa diucapkan mulutnya.

Tapi untuk apa kata itu terucap?

Pada siapa ia meminta maaf?

Ia bahkan tak ingat untuk apa bibirnya terus-terusan berucap demikian. Mungkin ia meminta maaf karena meninggalkan Lucas, atau ia meminta maaf pada dirinya sendiri karena Lucas yang meninggalkannya.

Untuk apa? Jawabnya; tidak tahu.

Mark hanya ingin bertemu dengan Lucas. Ingin berbincang dengan Lucas.

Itu saja.

Tapi yang dicari tidak di sini. Lucas mungkin pergi untuk menghindarinya—menghindari hari seperti ini.

.
|
,

Sebuah bonus chapter untuk merayakan buku yang tamat dengan tergesa-gesa ini, haha. Awalnya hanya dibuat dengan rencana 3 chapter, namun berubah haluan di tengah jalan—entah kenapa ingin dibuat sampai panjang. Karena tidak kunjung digarap, akhirnya diputuskan untuk berhenti dengan akhir yang sekiranya—dan semoga—masuk akal.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak untuk yang sudah membaca sampai sejauh ini. :')

Salam,
Dian.

JULYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang