5. Kutukan Takdir

102 20 0
                                    

⋅•⋅⋅•⋅⊰⋅•⋅⋅•⋅⋅•⋅⋅•⋅∙∘☽༓☾∘∙•⋅⋅⋅•⋅⋅⊰⋅•⋅⋅•⋅⋅•⋅⋅•⋅

Pemilik bibir tebal yang sudah sejak tadi berada didalam ruangan kecil itu mengerucut lucu, menunggu seseorang yang menjadi konselornya. Sudah 30 menit terbuang dan dia hanya diam menunggu dengan tangan terikat jaket restrain. Ayolah itu sangat melelahkan. Padahal jadwal dadakan konsul hari ini adalah pukul 09 pagi dan sekarang sudah 30 menit berlalu, si manis itu belum juga datang.

Jisung tentu ingat pertemuan tak sengaja malam itu mungkin membuat pandangannya terhadap Jisung menjadi berbeda, apakah hal itu menjadi alasan dokter magang itu untuk mangkir dari pertemuan dadakan kali ini. Bukan kah itu artinya dia menyalahi kontrak.

Jisung ingin berbagi cerita menarik pada si manis tentang apapun itu yang berhubungan dengan sisi hitam dibalik gemerlap kota yang tampak baik-baik saja. Tapi sepertinya bukan tempat yang tepat untuk membongkar kejahatan di tempat kejahatan itu sendiri berasal.

Malam itu gubernur dan para anteknya sedang merayakan pesta yang cukup besar atas keberhasilan terpilihnya dia kembali memimpin kota besar itu. Sang penguasa kota sengaja mengunpulkan banyak relasi termasuk Jisung yang menjadi tokoh utama dibalik kejayaannya. Apalagi kalau bukan menyokong biaya dibalik panggung kemajuan partainya. Niat mengabdi pun perlahan pupus mengikuti sandiwara sang dalang pembuat skenario sistematis.

Jisung bukanlah orang kolot yang tidak memahami konsep kehidupan para petinggi negeri ini. Dimana persekongkolan itu dimulai maka kehancuran pun akan dengan setia mengintai. Jisung sangat paham konsep sebab-akibat bahkan sebelum terjun pada dunia hitam ini sepenuhnya. Jisung berakhir di penjara saat ini pun karena permainannya sendiri. Untuk itu Jisung harus benar berhati-hati.

"... kepemimpinan yang ada pada dunia ini sudah terhubung dengan sistematis oleh rantai kekuasaan yang tentunya tidak kasat mata. Aku beri tahu, ada seseorang yang jauh lebih berkuasa daripada pemerintah pembangun negara-negara itu sendiri. Diantara mereka ada yang disebut pemegang kendali, dan salah satu itu akan menjadi dirimu."

Jisung tentu ingat salah satu kalimat dari percakapan intens yang dilakukan pada malam ketika semua kekacauan mulai terjadi. Setelah itu segala beban di pundaknya menjadi lebih lebih lebih berat dari sebelumnya. Kriminalitas atas namanya semakin meluas. Itu menjadi kalimat yang terus menghantuinya seperti sebuah penyakit terminal. Sampai kapanpun itu akan terus menyakiti hingga tubuh itu menyerah dan mati.

45 menit kemudian pintu terbuka, sepasang kaki jenjang memakai high hils masuk kedalamnya dengan berbagai umpatan nyaris terdengar seperti gumaman keluar dari bibir Red Cherry-nya. Terlihat seksi dengan balutan lipgloss transparant. Jisung tertegun menyaksikan kedua belah bibir itu mulai menceritakan alasan klasik memuakkan telinga. Tapi dia tidak peduli, karena bibir itu lebih menarik ketika berucap.

"Maaf tuan Park aku telat. Kau tau kan kemacetan dipagi hari. Suara orang berteriak mengumpatkan sumpah serapah belum lagi suara klakson mereka. Ahh aku hampir dibuat gila setiap hari....eumppp......"

Jisung refleks mencondongkan tubuhnya melewati atas meja itu lalu menautkan bibirnya pada bibir cherry yang terus meracau tidak jelas mengeluarkan segala keluhannya.....dan itu berhasil membungkamnya dalam sekejap. Jisung terpejam dan saat merasa tak terjadi perlawanan, Jisung perlahan melumat bibir itu secara bergantian, antara atas dan bawah, menyesapnya lembut. Dokter itu melenguh tertahan diantara aksi erotis Jisung. Seolah tersihir, sang wanita tak mau tinggal diam, dia sengaja sedikit membuka bibirnya agar dominannya dapat dengan leluasa memainkan kelihaian lidah didalam rongga mulutnya. Dokter itu tahu ini salah tapi drinya memang butuh disentuh di pagi yang gila ini. Dan ini membuatnya sedikit lebih tenang.

FATALISM: Takdir yang mengikat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang