✨3. Ketemu

5 0 0
                                    

"Jangan aneh-aneh ya lo!" Nila melepas cekalan yang ada di tanganya lalu kembali duduk menghadap Kevin yang masih tersenyum.

"Emang lo siapa sampe berani ngomong gitu ke bokap gue?!"

"Calm down! emang nya kenapa kalo gue bilang ke bokap lo?" Nila bungkam tetapi matanya memancarkan kemarahan.

"Takut? emang dasar anak kecil." Kevin menertawakan nasib Nila. Jujur, Nila juga tidak mau seperti ini tetapi dia bisa apa?

"Gue nggak bisa telfon lo.." cicit Nila, Kevin terdiam lalu menatap dengan intens Nila yang menundukan wajahnya.

Nila mendongakan wajahnya kala matanya menatap mata biru Kevin, Nila merasa jika dirinya sebentar lagi akan terlepas dari suruhan Kevin.

"Gue nggak peduli."

Tetapi semuanya tidak ada di dalam Kevin. Nila salah.

***
Nila berjalan masuk ke dalam rumah dengan perasaan cemas dan takut sebab dirinya pulang tidak sesuai dengan yang di tentukan ayahnya.

Saat memasuki ruang tamu hanya ada keheningan seperti tidak ada orang, Nila kembali memasuki ruang keluarga ternyata ayahnya sudah pulang!

"Jam berapa ini?"

"empat.. " suara pelan Nila membuat Rey bertambah kesal

"Duduk." Titah Rey lalu Nila duduk di samping adiknya yang sedang bermain.

"Bagus, pulang sekolah jam berapa? kencan dulu sama pacar baru?" Nila terkejut mendengar penuturan Rey segera dia menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak punya pacar." Jujur Nila tetapi sepertinya ayahnya itu tidak percaya.

"Kata mama kamu, tadi pagi kamu di jemput pacar kamu itu.." Mata Rey memancarkan kemarahan membuat Nila tidak bisa menahan buliran air matanya.

"b-bukan pi itu ojol." bisa-bisanya Mama dan papanya mengira bapak ojol itu adalah kekasih Nila. Nila tidak habis pikir.

"Masa? kata mama, kamu ngomong-ngomong pacar gitu, coba jujur." Nila menggelengkan kepalanya. Dia sudah jujur.

Nila mulai menceritakan kronologis peristiwa tadi pagi kepada ayahnya dengan buliran air mata yang sedikit demi sedikit turun membasahi pipinya yang putih bersih itu.

"Emang siapa yang kamu bilang pacar?" Rey bersedekap dada dan matanya lurus memandang Nila sesekali melirik ke anak bungsunya.

"Hwang in yeop.. " Rey menaikan alisnya tak mendengar jelas.

"Apa? sekop?"

"Hwang in yeop" Rey mendengar jelas sekarang dan dia mengerti siapa yang di sebutkan anaknya tadi.

"Jangan pernah pacaran ya. Awas kalau papa dengar kamu pacaran! kamu itu tugasnya belajar jangan mikirin hal yang nggak penting buat hidup kamu." Nila mengangguk lemah walau dia bosan mendengar kata itu berulang kali.

"Yaudah sana mandi habis itu makan."

***

Nila menurunkan knop pintu lalu menutup pintu kamarnya dan berjalan ke pinggir kasur mengambil ponsel yang berada di atas nakas.

Nila menatap nama yang tertera di layar ponselnya, sejujurnya dia enggan mendial nomor ponsel cowok yang sudah mengganggu hidupnya belakangan hari ini. Karena dia tidak mau menerima resiko jika dia tidak menelfon cowok itu jadi, dengan malas dia menklik gambar telefon. Selang beberapa detik telfon itu terangkat.

"Halo?" Nila diam tanpa membalas sapaan dari sebrang.

"Kenapa?"

"Lo yang telfon gue harusnya gue yang tanya kenapa?" Nila menarik nafas dalam-dalam mencoba sabar menghadapi cowok ganjen ini.

S T R I C TWhere stories live. Discover now