✨1. Awal pertemuan

24 0 0
                                    

"Barang-barang nya semua sudah di packing belum Nil?" Sesosok cewek berambut hitam kecoklatan tengah membereskan semua barang ke dalam koper.

Pagi ini dirinya akan berpindah ke rumah baru yang di beli ayahnya hasil tender yang di menangkan oleh perusahaan ayahnya. Sungguh, saat dia mendengar dirinya akan pindah ke rumah baru hatinya berbunga-bunga sebab dia selama ini tinggal satu rumah dengan neneknya. Ada perasaan senang dan sedih di benaknya karena akan meninggalkan neneknya bersama tantenya yang belum menikah bisa di pastikan neneknya itu akan merasa kesepian, biasanya ada dirinya dan adiknya yang selalu menghibur sang nenek walau nenek kadang suka bawel dan marah-marah kepadanya tak di sangka dirinya dan adiknya itu sangat sayang dengan sang nenek.

"Sudah, sikat wc perlu di bawa nggak?" Lelaki paruhbaya yang di yakini adalah ayah dari perempuan ini tertawa kecil.

"Nggak usah. Kita udah beli kok buat di rumah baru." Perempuan itu mengangguk dengan mulut yang membentuk seperti 'o'

"Pi, nanti kamar aku, aku aja yang dekor yah?"

"Nggak. Nanti papi dekor kamar kamu warna pink terus papi tambahin koleksi barbie–"

"Ih, Nggak. Biar aku aja yang dekor pi." Ayah terkekeh melihat tingkah anaknya yang merengek padanya.

"Iya iya." Mata berbinar terbit di mata perempuan itu dengan cepat dia memeluk tubuh ayahnya yang lebih tinggi darinya.

"Pamit dulu gih sama oma." Perempuan itu mengangguk lalu melepaskan pelukan dan berjalan menuju teras rumah yang dimana omanya berada.

***
Nila memandang penuh takjub kamarnya yang sudah dia dekor dengan idenya sendiri. "Keren juga ide gue."

Nila berjalan ke tempat belajarnya lalu menduduki bokongnya di kursi belajarnya, dengan gerakan cepat Nila membuka laptopnya dan memakai kacamata lalu mengamati tulisan-tulisan yang tertulis di layar laptop.

"Nil, ada Gaby nih." Nila yang mendengar seruan dari Mamanya langsung keluar kamar dengan kacamata yang masih bertengreng di atas hidungnya.

"Eh Gab, Masuk aja." Ajak Nila yang di angguki Gaby lalu keduanya masuk ke dalam kamar Nila.

"Nil, gue denger-denger deket sini ada lapangan basket, main basket yuk?" Nila menoleh ke arah kasur yang di duduki Gaby.

"Nggak punya basket gue. Main badminton aja mau nggak?" Gaby langsung mengangguk setuju.

Nila mengganti celana hotpants nya dengan celana basket lalu berjalan keluar bersama Gaby dan berpamitan dengan Tante serta Mamanya.

Keduanya berjalan menuju lapangan komplek, Komplek ini terlihat sepi karena mayoritas masyarakatnya suka berada di dalam rumah di banding berinteraksi dengan sesamanya ataupun tetangganya sekalipun.

"Kok sepi ya? tadi gue dateng lumayan rame tapi cowok komplek gitu seumuran sama kita lho." Jelas Gaby sedangkan Nila yang baru pindah ke komplek ini hanya bisa mengangguk karena sebetulnya dia juga kurang tahu.

"Tapi pas lo dateng langsung matanya pada melotot ya? ngeliat bidadari gini." Ujar Nila mengundang gelak tawa Gaby.

"Tadi gue juga ketemu cowok ganteng banget gila!" Ucap Gaby antusias saat menceritakan pertemuanya dengan cowok ganteng di komplek perumahan baru Nila.

"Gebet lah." Gaby tertawa lalu mengancungkan kedua jempolnya.

Nila dan Gaby berjalan dan tidak terasa keduanya sudah sampai di lapangan. mereka berjalan ke arah tempat duduk untuk menaruh botol air. Lapangan komplek ini begitu sepi mungkin karena belum terlalu sore dan masih panas jadi jarang ada yang bermain siang-siang seperti ini.

Dua jam berlalu, waktu sudah menunjukan pukul lima sore tetapi keduanya masih asik dengan kegiatan ini.

"Gab, jangan smash lah gue nggak bisa nyamain kok nya nih." Gaby tertawa mendengar protesan Nila tetapi dia tidak mengurungkan kegiatan nya yang selalu Smash sampai Nila kewalahan dan kook itu mendarat di belakang Nila.

"Lo mah capek gue nunduk mulu." Gaby tertawa tetapi perlahan luntur.

Nil membalikan badan tetapi ketika dia menunduk kook yang seharusnya terjatuh di belakangnya sudah tidak ada lalu dia menenggakan badanya sampai wajahnya setara dengan dada bidang seseorang. "Nyari ini?"

Nila memundurkan badanya beberapa langkah karena jarak Nila dengan orang itu hanya tersisa satu cm, "Iya, sini balikin!" Nila merebut Kook dari tangan orang itu tapi gagal.

"Lo tau ini lapangan apa?" Dengan polos Nila mengangguk

"Basket."

"Terus kenapa lo malah main badminton?" Nila menghela nafas pelan karena dia cinta damai jadi dia mengalah saja.

"Lo mau main? main aja gue juga udahan." Nila langsung merebut kook itu lalu mengajak Gaby ke tempat duduk.

"Cantik ya vin." Kevin mendelik kala temannya berujar seperti itu.

"Gab, balik yuk udah mau malem." Gaby mengangguk lalu keduanya berjalan keluar.

"Eh, Lo." Gaby berhenti tetapi Nila tidak dia tetap berjalan tanpa membalikan badan.

"Nil, lo di panggil tuh." Nila berhenti lalu membalikan badannya.

"Lo manggil gue?" Kevin mengangguk.

"Pinjem ponsel lo?" Nila mengernyit bingung

"Buat?... oh gue tau. Lo mau modus kan? terus ngecek-ngecek No gue buat lo simpen?" Kevin memutar bola matanya malas dengan ocehan Nila.

"Udah mana sini."

"Nggak. Ntar lo malah curi ponsel gue lagi!" Tanpa banyak basa-basi lagi Kevin merebut kasar ponsel yang ada di tangan Nila, Nila hanya diam ketika ponselnya sudah berpindah tangan karena percuma saja jika dia berteriak atau merebut kembali, rasanya. Mustahil. Nila tau jika cowok ini adalah cowok keras kepala.

"Jangan aneh-aneh lo ya!" Kevin tidak menghiraukan Nila dia tetap menatap layar ponsel Nila lalu mengotak atik selang beberapa waktu terdengar suara deringan ponsel di bangku yang barusan Nila dan Gaby duduki.

"Thanks. Gue cuman nyari ponsel gue yang hilang aja." Kevin tersenyum manis tetapi Nila yang melihatnya menjadi enek seperti ingin muntah saja di wajah Kevin.

"Modus lo!"

-&-
A/n : Happy great day and thanks for you reading my story!

S T R I C TWhere stories live. Discover now