✨2. Janji

10 1 0
                                    

Kevin memandang punggung kecil Nila yang perlahan menjauh lalu senyuman nya terbit,"Vin, ngapain lo?"

"Ayo ikut gue." Ujar Kevin tanpa menoleh ke belakang.

"Lah terus ini latihan–"

"Udah nanti aja, bawa aja basketnya." Teman Kevin bernama Peter, Bintang,  Justin menghampiri Kevin yang sudah mulai keluar dari lapangan.

Justin yang tau siasat Kevin pun bertanya," Lo mau ngapain si ikutin cewek itu?" Kevin mendelik.

"Gue mau tau rumah dia dimana, kayanya nggak jauh-jauh dari sini." Ucap kevin kembali mengikuti Nila dan Gaby dari belakang.

Nila dan Gaby yang merasa di ikuti dari belakang menengok sedangkan yang di tengok kelabakan dan menyuruh teman-temannya berbalik badan dan berpura-pura bermain basket, " Main basket kok di jalanan." Ujar Nila tak acuh lalu berjalan kembali.

"Lo ngapain si ngajak–" Ucapan Peter terpotong kala ada motor yang melintas tepat di sampingnya.

Tin Tin

"Mati." Lanjut Peter, jika saja dia tidak menghindar mungkin sekarang dia sudah berada di rumah sakit.

"Udah lanjut." Kevin berserta temanya berjalan kembali mengikuti Nila.

Setelah berjalan cukup jauh Nila dan Gaby sampai di rumah Nila lalu masuk ke dalam rumah.

"Gila, ini yang lo bilang deket?" Kevin mengusap keringat yang ada di dahi lalu menatap Teman nya dengan cengiran.

"Eh, ini kan rumah si justin deket sama rumah lo vin." Kevin memandang rumah Justin yang berada di depan Rumah Nila lalu memandang rumahnya yang tak terlalu jauh juga dari sini.

"Nice."







***






Nila mengusap peluh keringatnya yang ada di kening dengan gerakan cepat dia kembali menendang lawanya dengan tumit lalu memukul tepat di ulu hati secara bersamaan membuat si lawan kewalahan karena serangan yang di berikan Nila bertubi-tubi.

"Satu, dua, ti–ga!" Tangan Nila di angkat oleh wasit pertanda jika Nila memenangkan pertandingan ini.

Nila tersenyum lalu berjalan ke tempat duduknya mengambil botol minumnya lalu menengak habis.

"Hebat. Inget ya nil kata papa jangan sombong." Nila mengacungkan jempolnya.

"Keren. Gimana-gimana rasanya menang?" Nila menaruh botol minumnya ke tempat semula lalu menatap temannya yang bernama Daniel.

"Ya.. seneng jadi, latihan gue selama ini nggak sia-sia." Daniel merangkul sahabat Nila sedangkan Nila mencoba melepaskan rangkulan Daniel karena sedari tadi ayahnya melihat Daniel dengan tatapan yang benar-benar mengerikan.

"Kenapa si?" Nila menyikut pinggang Daniel sehingga rangkulan itu terlepas.

"Anjir, eh.. ada Om Rey, Maaf ya om anak gadisnya saya rangkul doang kok om, Peace." Daniel menatap Rey dengan penuh takut.

Nila tertawa diam-diam melihat wajah Daniel yang ketakutan. "Pa, aku ke ruang ganti dulu yah." Rey mengangguk lalu kembali menatap Daniel penuh intimidasi.

Nila meninggalkan keduanya, "Sejauh mana hubungan kamu dengan Nila?"

***

Nila keluar dari tempat latihan nya dengan menenteng tas yang berisikan baju ganti, berjalan ke arah mobil yang di parkirkan.

S T R I C TWhere stories live. Discover now