Yang namanya pemakaman pasti ada aura mistis nya apalagi malam Jum'at. Sebagus apapun pemakaman itu. Beneran deh Reiga gak bohong karena dia lagi ngerasain sekarang.
Reiga sekarang lagi megang senter sambil liat kanan kiri, atas bawah depan belakang. Kalau-kalau mbak Kunti serta kawan kawan nya muncul lalu bilang
"halo selamat datang di pemakaman Nerunggeng berbagai macam makhluk astral tersedia disini anda mau join?"
Masalah nya Reiga gak punya rencana buat ikut klub supranatural, gak mau dia belum nikah. Walaupun sekarang Reiga tetap stay cool.
Apa yang akan di katakan para fans nya kalau beredar kabar. 'Ultraman Raiga takut dengan hantu!, Pahlawan yang mengalahkan Grimudo itu terlihat ketakutan ketika menjalankan misi di pemakaman setempat!'
Sebagai headline Ultra news today, gak lucu. Ia akan jadi bahan ejekan selama setahun penuh! Oleh kakak kakak nya yang kelihatan sudah laknat.
Makanya dari tadi ia tetap jaim, liat kanan, kiri sok mengawasi sekitar dengan alasan 'kalau ada musuh'. Nyatanya kita semua tahu kalau Reiga cuman takut setan.
Beda jauh sama rekan nya, yang dari tadi menampilkan wajah datar tar se-datar datarnya. Tanpa ada raut ketakutan, ataupun kedinginan karena udara dingin menusuk kulit.
Reiga gak heran sih, lah? Gimana enggak. Orang rekan nya ini penguasa dunia gaib! Yang ada setan bukan nya nakutin, malah nunduk hormat atau takut lari terbirit-birit kayak dikejar rentenir ketemu Ultra satu ini.
"Hei Tera kau merasa ada yang aneh gak sih?" Reiga mengusap tengkuknya yang rada ganjil, kayak ada yang niup gitu dari tadi.
"Tidak." Jawab Tera singkat, padat dan jelas.
"Beneran deh kayak ada yang ngikutin, apa mungkin musuh." Reiga menengok ke belakang tapi gak ada. Sumpah beneran tadi ada yang nyolek dia.
"Tidak, hanya ada aura biru disekitar sini tidak ada aura merah." Ucap Tera membuat si rekan bingung.
Reiga mana tahu aura merah, aura biru itu apa. Sebaiknya emang gak perlu tahu, nanti yang ada Ultra ini pingsan kalau tahu.
Nah, pas mereka melewati sebuah pohon besar yang kayak nya udah sepuh. Mereka liat anak kecil, lagi duduk sambil nangis sesegukan. Entah karena apa anak itu nangis, tapi rasa empati Reiga tergerak.
"Hei dek ada apa?" Tanya Reiga mensejajarkan tinggi nya dengan anak itu. Saat Reiga pegang tubuh anak ini dingin banget, beneran kayak es batu.
"Hiks! Aku kangen ibu kak... Hiks!" Anak itu mengangkat wajahnya menatap Reiga, benar-benar pucat wajah anak ini. "Aku mau main sama ibu lagi."
"Eh, kamu pucat tuh ke rumah sakit yuk nanti kakak cari ibu mu ya." Bujuk Reiga tapi anak itu menggeleng.
"Hiks, aku gak bisa keluar dari sini kak tapi aku mau main sama ibu." Ujar anak itu, masih menangis sesegukan. Tapi membuat Reiga bingung, bukan bukan karena anak ini makin menangis.
Tapi apa maksud anak ini gak bisa pergi dari tempat ini?, Bukan nya tinggal jalan aja ke rumah sakit selesai?. Atau jangan-jangan kaki anak ini luka atau keseleo ya, makanya gak bisa jalan.
"Kau gak bisa jalan ya, yaudah sini kakak gendong ke rumah sakit yuk." Reiga memperlihatkan punggung nya, meminta anak itu untuk naik ke gendongan nya. "Ayo, jangan malu-malu."
"Gak bisa kak, hiks... Ada Tante disana aku gak bisa naik." Nah, Reiga makin bingung ada Tante siapa?. Disini gak ada orang selain dia dan anak itu, eh Tera kemana?.
"Hei Reiga ayo pergi, markas musuh tak ada disini." Yang di cari datang, ia sepertinya habis menyusuri tempat ini sendirian. "Sepertinya mereka salah menyangka kalau itu musuh."
"Eh lalu anak ini bagaimana?" Kok Tera ninggalin sih. Tera melirik anak itu, anak yang masih sesegukan di tanah.
"Dia mau apa?" Tanya Tera menatap punggung Reiga, awal nya Reiga merasa risih. Tapi setelah itu punggung nya terasa ringan, padahal tadi berat kayak lagi gendong orang gitu.
"Ah, dia mau main sama ibu nya tapi aku gak tau siapa. Kau tahu Tera?" Tanya Reiga.
Bukan nya menjawab, Tera malah berlutut mensejajarkan tinggi nya dengan anak itu. Menatap anak itu lekat-lekat, kemudian mengelus puncak kepala anak itu.
"Kau pergi ya, lepaskan semua nya." Ucap Tera.
"Hiks, tapi aku masih pengen main sama ibu kak... Hiks." Anak itu masih sesegukan.
"Kau bisa menemani ibu mu, kalau kau mau melepaskan semua nya... Kau bisa bersama ibu mu nanti." Ujar Tera berusaha membuat anak itu mengerti.
Sementara Reiga masih bingung, apa nya yang melepaskan semua nya. Kok rasanya agak ngeri gimana gitu ya, padahal tadi biasa aja.
"Benarkah! Apa itu benar kak?" Tera mengangguk, meng-iyakan pertanyaan si anak kecil tersebut. "Terima kasih kak, kakak kucing juga!"
"Eh aku?" Reiga kaget menunjuk dirinya sendiri, gak nyangkal sih kalau kepala nya emang mirip kucing.
"Dadah, kak kucing jangan nyangkut lagi ya." Reiga bingung, nyangkut apaan karena dari tadi dia gak nyangkut di mana-mana.
Dan entah ajaib atau enggak, anak itu tiba-tiba ngilang entah kemana. "Anak itu kemana?"
"Ke sana." Tera menatap langit diikuti Reiga. Membuat si Ultra itu makin bingung. "Ke alam sana maksud ku."
Otak Reiga loading, memproses apa yang di maksud Tera. Seketika itu juga semua pertanyaan nya terjawab, dengan gemetar dia menunjuk ke arah tempat anak tadi duduk.
"Ja-jangan jangan a-anak itu." Tera menepuk pundak Reiga." Jangan ke tempelan lagi ya."
Tera jalan duluan, tapi dengan cepat di dahului Reiga yang lari sambil teriak membuat para penghuni pemakaman merasa terusik walau tak melakukan apa-apa.
"Ibu!" Anak yang mereka temui tadi kini sedang berpelukan dengan sang ibu di alam sana."aku kangen ibu, maaf ya bikin ibu nunggu."
"Gak apa-apa nak, ayo pergi." Mereka bergandengan tangan, melewati gerbang ke alam arwah dimana mereka tak akan pernah di pisahkan lagi.
/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/
Silahkan vote dan coment, share cerita ini jika kalian suka.
Thank you see you next time
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxy's elite guardian unit
Fanficsebuah organisasi elite dengan anggota yang memiliki kepribadian luar biasa. Note: Ultraman milik Tsuburaya saya hanya membuat fanfiction nya saja OOC bertebaran OOT dimana-mana