2.

4 2 0
                                    

Jeno mendengus kasar ketika Taeyong terus terusan menatapnya, kini mereka sedang berada di ruang konseling karena lagi lagi Jeno membuat ulah.

"Saya mau Jeno bertanggung jawab karena udah bikin wajah anak saya babak belur" Ujar Lena yang tak terima anaknya dipukulin sama Jeno hingga sudut bibirnya berdarah.

"Saya sebagai wali dari Jeno minta maaf, semua biaya pengobatan biar saya tanggung" Balas Taeyong yang terdengar berlebihan bagi Jeno.

"Lee Jeno, saya sudah sering kasih peringatan buat kamu untuk tidak berbuat ulah disekolah. Saya bisa saja meminta kepala sekolah ngeluarin kamu dari sini jika kamu terus terusan berulah" Ujar guru Kim memberi peringatan untuk kesekian kali kepada Jeno.

"Itu tidak akan terjadi, kepala sekolah tau kalau ayahku orang berpengaruh di Korea" Sahut Jeno dengan santai, sedangkan Taeyong sudah menatapnya tajam.

Guru kim terdiam sejenak. Jeno benar, mau berulah seperti apapun Jeno gak akan dikeluarin dari sekolah karena status ayahnya.

"Ada yang mau disampein lagi?" Tanya Taeyong, sebenernya ia malas untuk datang memenuhi panggilan, tapi ayahnya menyuruhnya untuk datang sebagai wali karena ayahnya sedang sibuk.

"Saya kira cukup, semoga Renjun cepat membaik dan mau memaafkan Jeno" Ujar guru kim dan mendapatkan anggukan dari Lena.

Setelahnya Lena dan Renjun keluar. Begitu juga dengan Jeno dan Taeyong.

"Berhenti membuat malu keluarga, Lee Jeno" Desis Taeyong, kini keduanya tengah berjalan beriringan.

"Ancaman ayah untuk mengirimmu ke Jepang masih berlaku, jadi berhenti bikin masalah jika kamu masih pengin tinggal di Korea" Lanjut Taeyong, ia geram saat Jeno hanya diam.

"Dan lo akan jadi anak kesayangan ayah selamanya" Balas Jeno dengan malas.

"Aku bisa saja membantu kamu buat bujuk ayah kalau kamu mau"

"Ya, Lakukan" Sahut Jeno

"Hmm, tidak semudah itu. ada banyak hal yang harus kamu lakukan"

"Sudah ku duga, dan gue tidak akan pernah mau menuruti permintaan konyol lo itu"

"Aku bukan seperti mu yang selalu minta hal hal konyol"

"Kemana saja kamu selama 3 hari ini? Kurasa diluar sana tidak ada yang orang yang mau nampung orang seperti mu" Lanjut Taeyong yang membuat Jeno menatapnya tajam.

"Kemana pun itu bukan urasan lo " Sahut jeno

"Setidaknya kabari orang rumah jika gak pulang. Semua orang nyariin kamu, terutama ibu yang gak bisa tidur dan terus terusan nunggu kamu pulang"

Jeno hanya mengendikan bahunya, ia malas membalas perkataan Taeyong yang menurutnya gak guna itu.

"Dimana kelasmu?" Tanya Taeyong, namun lagi lagi Jeno hanya diam tanpa menyahut.

"Jihoon Jihoon" Panggil Taeyong saat melihat Jihoon yang baru saja keluar dari kantin, mengingat sekarang lagi jam istirahat.

Jihoon menoleh dan berjalan menghampirinya.

"Apa kak?" Tanya Jihoon saat sampai di depan Taeyong dan Jeno.

Jihoon menoleh sejenak menatap Jeno, ia tahu pasti Taeyong kesini sebagai wali atas panggilan guru kim. Jihoon tertawa pelan.

"Dimana kelas kalian?"

Jihoon menunjuk ruang kelas dimana di depannya ada seorang perempuan sedang membaca buku dengan posisi membelakangi mereka.

Taeyong mengikuti arah jari Jihoon, karena Jihoon menunjuk kelasnya dengan jari.
 
"Jen, lo lihat perempuan yang duduk disana kan? Ah sudah pasti itu teman sekelas kalian" Ujar Taeyong menunjuk perempuan itu.

Become LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang