Kembang anila memecah di atas cakrawala pekat, mengirimkan debuman di langit, dan menciptakan percikan kebahagiaan. [Name] menatapnya dengan binar. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir dia memandang langit berhias kembang api. Selir angin yang menyapu dedaunan di trotoar taman mengajak surai pendeknya menari dan berakhir menutup sebagian wajahnya. Lalu lelaki yang berasamanya: Kaizo menyelipkan surainya ke telinga, merapikannya lembut. [Name] tidak bisa berbohong. Kaizo nampak sangat indah di bawah percikan kembang anila, di bawah bulan bulat purnama. Rambutnya, tatapannya, sikapnya, sentuhannya, [Name].... dia... tidak bisa tidak jatuh cinta. "[Name]..." Pipinya dihiasi rona asmaranti yang bersemu. "Ya?.." "Aku ingin jujur padamu." "Katakanlah," "Aku tahu kita saling membalas kasih," Kizo memalingkan wajah yang menyendu dan kalimatnya menggantung, "tetapi... kita," "Adalah orang yang salah di waktu yang salah." [Name] tersenyum setelah menjawab. Melankolis seketika menyusup ke sekeliling keduanya. Mereka bersitatap getir. [Name] dan Kaizo, mereka, adalah ketidak mungkinan. (Im) Possible (Tidak) Mungkin Cerita ini to be rewritten Characters belongs to Monsta