Cinta tumbuh subur di antara garis lintang yang berbeda. Jarak jauh yang bermula dari pandemi, berubah menjadi benang merah yang menghubungkan kisah ini dimana ialah pelukan emosional di dalam dunia digital yang bersifat tak terbatas. Setiap pesan menjadi bait lirik yang menyatu dalam simfoni cinta yang terdengar dalam hati mereka. Berkomunikasi melalui pesan elektronik, di mana kata-kata menjadi serangkaian langkah-langkah tarian yang menari di atas jarak dan waktu. Mereka saling membagikan mimpi, kegelisahan, dan keindahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan elektronik itu, seperti koreografi rahasia, membentuk suatu bentuk seni yang unik. Namun, di balik kecantikan kata-kata, terdapat tantangan nyata. Melawan tantangan jarak geografis, perbedaan budaya, dan rahasia-rahasia yang semakin menguat di antara mereka. Apakah cinta virtual ini bisa bertahan dalam tarian waktu yang berputar? Novel ini memperlihatkan betapa teknologi mampu menghubungkan hati-hati yang terpisah oleh jarak, tetapi juga merangkul kerumitan dan keunikan dari hubungan jarak jauh. Dengan sentuhan puitis dan momen-momen yang mengharukan, "Kita nanti" adalah kisah tentang cinta yang membebaskan, meskipun terjebak dalam dunia digital yang terkadang dingin dan abstrak.