Hinata tak pernah meminta perasaan ini. Perasaan begitu mencintai. Perasaan yang membawa rasa sesak dan rindu di saat bersamaan. Pria itu. Pria sama yang menyelamatkannya dengan senyum mataharinya, semangat apinya dan..... rasa benci terhadapnya. Semua terasa begitu hambar. Yang hanya bisa dia lakukan ialah bersembunyi. Mengikuti pria itu ke mana pun dia pergi. Melukis setiap ekspresinya dalam lembaran kanvas suci. Menyaksikan segala kegiatan yang dia lewati, tanpa berani mendekat hanya untuk sekedar menyapa. . . . ....Karena dia tahu, pria itu tak pernah menginginkan kehadirannya.