Terbenam dalam hiruk pikuk dunia abu-abu, aku mencipta rupa dari manusia-manusia yang tidak putih pula tidak hitam. Bila kau sudi untuk menilik mereka barang sebentar, maka kau mungkin akan tersentak pada betapa mereka semua sebenarnya hidup di sekitar; namun tak pernah terpotret lamun tenggelam di muara warita bunting sunting. Kau lantas akan mulai merajuk, melayangkan awan-awan tanya yang justru menutupi pandang mata; mengapa ini dan mengapa itu. Tak ada yang mengerti. Kabar baiknya, itu adalah tanda bahwa kau telah menjadi manusia yang berwarna dan bukan abu-abu.

Memoar ialah kenang-kenangan sejarah atau catatan peristiwa masa lampau yang ditulis dengan menekankan pendapat, kesan, dan tanggapan pencerita atas peristiwa yang dialami tokoh. Muara ialah tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau, atau sungai yang dekat dengan laut. Menggabungkan dua pengertian itu, aku adalah pencerita yang menulis berdasarkan peristiwa yang benar terjadi tentang mereka yang menyerupai muara; orang-orang yang tengah mengalir ke tempat yang lebih luas, orang-orang yang bukan sungai bukan juga laut, orang-orang yang tidak putih tidak juga hitam, orang-orang yang tidak baik tidak juga buruk, orang-orang abu-abu.

Dikemas dalam dunia yang bagaikan cermin dunia kita, jika ada yang ingin kau perbincangkan, kau cukup memanggilku Elisian. Elis, Eli, Sian, manapun yang kau suka; aku akan menoleh. Bukan berasal dari bahasa ibuku, melainkan sebuah kata sifat dari bahasa Yunani yang memiliki arti "beautiful and creative; divinely inspired; peaceful and perfect" sebagai doa yang kupanjatkan pada diriku sendiri; agar menjadi seorang penjinak pena yang demikian.

Tak hanya di sini, kau juga bisa menemukanku di berbagai tempat lain berikut.
Instagram: @memoarmuara
X/Twitter: @memoarmuara
YouTube: @memoarmuara
TikTok: @memoarmuara