Chapter 11

99 31 8
                                    

Bel pulang berbunyi beberapa menit lalu. Para murid langsung berhamburan keluar kelas, ingin segera meninggalkan sekolah. Ada yang ingin cepat-cepat pulang ke rumah, maupun main bersama teman, atau main ke tempat tongkrongan.

Kalau kalian termasuk type mana?

"Gifta. Itu ada orang yang nyariin Lo diluar kelas." Ajeng kembali lagi memasuki kelas. Padahal awalnya dia sudah keluar sejak dua menit yang lalu. Dari ekspresi wajahnya, terlihat terkejut.

Gifta mengernyit, bingung. Tanpa menjawab. Ia segera manyampirkan tasnya ke sebelah bahu, berjalan keluar dari kelas. Terlihat begitu ramai, banyak murid yang bergerombol disitu. Emangnya ada apaan sih? Otaknya berpikir seperti itu.

"Gifta." Tiba-tiba seorang cowok asing berdiri di hadapannya lalu berjongkok dengan menumpukan kaki kanannya, tangannya terulur menampakkan setangkai bunga mawar. Tentu saja Gifta kaget. "Gue suka sama Lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"

Wait.. wait.. Otak Gifta masih loading menangkap situasi ini. Banyak murid kelas X yang masih berada di sekolah, melingkarinya sembari menatap Gifta dan cowok itu dengan tatapan berharap akan diterima. Masalahnya Gifta tidak mengenali cowok didepannya ini. Kan aneh.

Lalu kepalanya berputar sembilan puluh derajat, menatap ketiga sahabatnya untuk meminta pertolongan. Namun biadapnya mereka malah menahan tawanya, dibelakang gerombolan ini.

"Gimana? Lo mau gak? Nanti kita bakal berjuang bersama."

Ucapan cowok itu sontak membuat lamunan Gifta buyar. Oke. Gifta tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

Memasang tampang judesnya sambil bersedekap dada. "Diperlakuin kayak putri sama Papa dari kecil, tapi malah diajak jadi gembelan kucel jelek idup lagi kayak Lo."

"Gak sudi gue."

"Maaf, gue terlalu subhanallah buat Lo yang astaghfirullah."

Kemudian Gifta berbalik badan, berjalan santai meninggalkan cowok itu yang kini memasang wajah murungnya. By the way, begitulah cara menolak cowok dengan sopan, namun nyelekit sampai ke ubun-ubun.

Felina menyamai langkah Gifta, disusul oleh Ajeng dan Luna. Lalu ketiganya tertawa puas. Padahal tiada hal yang lucu. Punya sahabat kok gini banget ya.

"Puas ya Lo ngetawain gue! Bukannya bantuin ngumpetin gue, malah nunjukin gue!" Marah Gifta dengan wajah ditekuk. Ia sengaja menapakkan kakinya keras saat menuruni tangga sehingga timbul suara.

"Gak nyangka gue. Ternyata Lo punya pengagum rahasia di sekolah ini." Tutur Felina yang masih tertawa di akhir kalimatnya.

"Au ah gelap! Gak peduli gue!" Lalu Gifta berjalan lebih dulu, namun cara berjalannya itu terlalu aneh.

Segera Ajeng bertanya, "Kenapa Lo, Gif, jalannnya kayak gitu?"

"Kejerapahan!" Jawab Gifta asal lalu dia berhenti berjalan.

"Kesemutan kali!" Balas Felina cepat.

"Kalo manusia kesemutan, semut bisa juga gak ngerasain kemanusiaan?" Otaknya Luna bekerja tiba-tiba muncul pemikiran aneh seperti itu. "Dan juga kalo kesemutan berarti kaki Lo lebih manis dong dari muka Lo."

Mendengar pernyataan Luna kontan semuanya diam, ikutan berpikir juga.

"Secara gak langsung, Lo ngatain muka gue jelek, Luna!" Balas Gifta sengit. Lalu dia lanjut berjalan lagi karena kesemutannya telah usai.

"Udah udah jangan bahas kesemutan lagi." Ucapan Felina mampu membuat mereka berhenti berpikir keras. "Mending mampir ke baksonya Pak Udin yok!" Ajaknya.

Kami Sahabat Sejati 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang