Matahari sudah menampakkan wujudnya dan bunyi ayam-ayam berkokok saling bersahutan juga terdengar memekik telinga. Udara sejuk pada pagi hari ini sangat terasa menyemangatkan bagi beberapa orang yang akan menunaikan aktivitasnya. Kecuali Luna. Gadis itu masih saja bergelung dalam selimutnya.
"Luna... Luna..." Suara Rania bersamaan dengan ketukan pintu menyatu ikut memekikkan telinga. Sementara yang dibangunkan masih sibuk dengan alam mimpinya.
"LUNA! BANGUN SEKARANG!"
"ANAK PUNGUT OHH ANAK PUNGUT! BANGUNNN!"
"KALO KAMU GAK BANGUN, MAMA BAKAL KASIH DUIT LIMA TRILIUN NIH!"
"LUNAAA BANGUN! ITU MALAIKAT MAUT UDAH NYAMPERIN KAMU TUH!"
Mendengar gemburan tak bermoral itu, tentu saja akan membuat kenyamanan Luna terusik. Gadis itu menggaruk-garukkan rambutnya yang sudah acak-acakan seperti benang kusut.
"Sebentar, Ma." Ujar Luna cukup keras tampak tak peduli tanpa membuka matanya. Ia justru memiringkan tubuhnya ke kanan untuk mencari posisi yang nyaman. Tangannya meraih bantal guling lalu memeluknya.
"Sebentar menurut kamu mah gak kayak orang normal! Bisa-bisa sampai seharian atau mungkin malah sampai sangkakala ditiup kamu gak bangun-bangun!"
"Ck. Ini kayaknya Mama gue termasuk haters gue sendiri deh!" Gumam Luna berdecak kesal. Pada akhirnya Luna terpaksa membuka matanya. Ada keinginan ingin turun dari kasur, tapi ia malas bergerak.
"LUNAAAAAAA!"
"IYA, MA! INI UDAH BANGUN KOK! TAPI BADAN LUNA GAK BISA GERAK NIH! BIASA, KALO HARI MINGGU MENDADAK JADI LUMPUH! JADI MAMA TOLONGIN AMBILIN KURSI RODA DONG!"
"JANGAN NGELUNJAK DEH ANAK PUNGUT! KAKI KAMU MASIH BERFUNGSI DENGAN BAIK! MASIH BISA JALAN SENDIRI! NGAPAIN PAKE KURSI RODA COBA!? MAMA MASIH KESEL YA GARA-GARA KAMU WAKTU ITU JADINYA ARISANNYA DITUNDA!"
"Astaghfirullah, Mama ini ya. Padahal udah lama masih inget aja. Emang dasar emak-emak! Kalo marah cuman sebentar, tapi kalo masalah ngungkit mah sampai gajah ngelahirin singa." Luna mendumal lagi.
"LUNA BUKA PINTUNYA CEPETAN! AYAM KAMU BAKALAN DIPOTONG NIH KALO GAK MAU DIBUKAIN PINTUNYA!"
"OH MY GOD!" Pekik Luna terkejut karena terjatuh dari kasurnya. Ini sih gara-gara Mamanya teriak-teriak mulu.
"LUNAAA! BENERAN NIH MAU DIPOTONG AYAMNYA!?"
"IYA, MA, IYA! JANGAN DIPOTONG!"
Alhasil Luna berdiri meskipun punggungnya sakit akibat insiden jatuh tak terduga dan berjalan membukakan pintu. Daripada tersenyum, Luna memilih memasang wajah cemberutnya menatap Mamanya yang berdiri di depan pintu sembari bersedekap dada.
"Pacar kamu tuh udah dateng. Katanya kamu ada janji buat jalan kan? Seharusnya kalo ada janji itu udah siap daritadi. Udah mandi. Udah segala macem. Eh ini malah belom ngapa-ngapain."
"Pacar Luna yang mana?"
"Lah emang kamu punya pacar berapa?"
"Hehe satu sih."
"Udah sana buruan samperin dulu."
Walaupun sangat malas, omongan Mamanya itu seolah sihir sehingga kedua kaki Luna bergerak menuju tangga. Diotaknya Luna bertanya-tanya. Seingatnya ia tidak pernah membuat janji apa-apa. Dasar tuh cowok! Seenaknya membuat alasan dan mengganggu kenyamanannya pada minggu ini!
•••
Sudah sepuluh menit Aldari menunggu Luna, namun pacarnya itu belum menampakkan diri juga sejak calon camer-nya itu mengatakan Luna masih tidur, jadi Aldari disuruh menunggu di ruang tamu terlebih dahulu untuk menunggu kemunculan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami Sahabat Sejati 2 [COMPLETED]
Ficção Adolescente(Sequel of Kami Sahabat Sejati) Semuanya nampak berubah. Sudah berbulan-bulan bahkan hampir mau dua tahun Alfia tidak kembali ke tanah kelahirannya. Hany, Felina, Ajeng dan Gifta merindukan dia. Ditambah lagi masalah itu belum benar-benar selesai da...