Ekstra Chapter 6

65 27 0
                                    

Di tengah perkumpulan murid, Ajeng memperhatikan acara api unggun sembari memakan cemilannya. Sempat dikomentari oleh kelima sahabatnya karena Ajeng terlalu banyak memakan cemilan, tetapi Ajeng tidak terlalu mempedulikannya. Yang terpenting yaitu perutnya kenyang dan bahagia.

Setelah acara api unggun selesai, Ajeng segera berdiri dan menjauh dari daerah perkumpulan para murid. Rencananya Ajeng mau balik ke tenda untuk mengambil minum. Namun ditengah perjalanan Ajeng dikagetkan oleh sosok makhluk halus.

"Bwaaaaaaaaaa!!!"

"KYAAAAAAA! ADA GUNDURUWO!" teriak Ajeng lantang membuat beberapa murid yang berada disini menatapnya setelah meneriakkan sosok hantu mengerikan. Namun mereka bukannya takut, justru tertawa.

"Eh, gue bukan gunduruwo! Mata lo buta ya!?" omel seseorang itu.

Ajeng menurunkan kedua tangan dari wajahnya. "Lagian sih lo serem banget tiba-tiba turun gitu aja dari pohon."

Ajeng memicingkan matanya. Tampaknya sosok didepan ini terlihat tidak asing di matanya seperti Ajeng pernah bertemu dia sebelumnya. Oh ya! Ajeng ingat! Cowok itu yang berada di markas bulan saat Ajeng terjebak disana. Dan juga Ajeng ingat kalau dirinya pernah akting kesurupan dan tumbalnya adalah cowok itu, yang tak lain dan tak bukan namanya Gerald.

Namun yang membuatnya Ajeng bingung, kenapa cowok ini berlagak sok kenal padanya?

Gerald menggaruk-garuk tengkuknya. "Boleh minta nomer hp lo nggak?"

Ajeng memicingkan matanya. "Kalo lo minta, terus gue pake nomor siapa?" tanyanya pura-pura tidak tahu saja.

"Bego sama polos kayaknya nggak ada bedanya. Untung sayang."

"Sayang-sayang, baru ketemu aja udah bilang sayang!"

"Baru ketemu? Bukannya udah pernah ketemu sebelumnya ya?"

"Iya, udah. Dan gue punya dendam pribadi sama lo," ungkap Ajeng dengan emosi menggebu-gebu.

Gerald memasang wajah tak enak. Mengingat masa lalu membuatnya merasa jadi malu sendiri. "Yaudah, gue minta maaf deh. Sekarang boleh nggak gue minta nomor hp lo?"

Wajah Ajeng yang semula cemberut langsung berubah menjadi tersenyum. "Syaratnya lo sanggup nggak?"

"Sanggup."

Ajeng semakin memperlebar senyumnya membuat Gerald merasa jadi was-was sendiri.

Selepas itu, Ajeng merogoh sakunya mengambil ponsel lalu memberikan nomornya pada Gerald. Meskipun Ajeng bingung kenapa Gerald minta, tapi Ajeng tetap memberinya karena lumayan untuk dijadikan korbannya.

"Syaratnya apa?" tanya Gerald sesudah menyimpan nomor Ajeng diponselnya.

"Syaratnya gue mau lo beliin seratus snack, lima puluh cokelat, lima puluh susu kotak, dua puluh lima permen, lima belas yoghurt," ucap Ajeng yang disambut pelototan tak percaya oleh Gerald. Ini nih yang namanya deskripsi tidak tahu diri.

🍂🍂🍂

Tanpa sadar, semenjak pertemuan mereka yang kedua kalinya, mereka jadi semakin dekat bahkan disebut oleh orang-orang yang melihatnya seperti kucing dan anjing. Menurut Ajeng itu aneh. Padahal setahunya kucing dan anjing tidak pernah akur.

Dan juga semakin hari hubungan mereka semakin dekat sampai menyandang status 'sahabat'. Jika Gerald ada masalah berat, disinilah Ajeng mengambil peran untuk menghiburnya. Sebaliknya juga, Gerald selalu menyemangati hari-hari Ajeng. Yang paling menjijikkan dari seorang Gerald, dia itu sangat senang menggombali Ajeng secara blak-blakkan.

Hari ini, setelah dari pura bersama-sama untuk beribadah, Ajeng dan Gerald memilih berjalan-jalan sebentar. Paling tidak berjalan keliling kota sembari menikmati pemandangan kota Jakarta. Ditengah perjalanan Gerald memberhentikan mobilnya karena rengekan Ajeng yang meminta es krim. Karena tak tahan, Gerald pun turun dari mobil dan sekembalinya dari mobil Gerald membeli es krim untuk Ajeng yang dibelinya di warung.

Kami Sahabat Sejati 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang