Surat Viona

73 3 0
                                        

Khalid beranjak dari kursi dan berjalan mendekati Fauzan, ia melihat surat dari Viona tergeletak di sudut meja ditekan dengan siku tangan saudaranya.

"Sudah waktu Zuhur." Khalid menepuk pundak Fauzan.

"Kamu benar." Pria tampan itu tersenyum dan menutupi semua berkas yang ada di atas meja serta mematikan computer.

"Ayo pergi bersama." Fauzan beranjak dari kursi dan merangkul Khalid. Dua pria tampan itu berjalan bersama menuju Masjid Kerajaan. Surat berbentuk Jas berwarna hitam telah terjatuh dan terbang terbawa angin seakan ia ingin mengelilingi Istana Kerajaan Arab. Setelah salat mereka menuju ruang makan keluarga. Semua berkumpul untuk menikmati makan siang bersama.

"Fauzan, kapan saudaramu akan datang semuanya?" tanya Raja pada Fauzan ketika mereka telah berkumpul di ruang keluarga.

"Sepertinya bulan depan Ayahanda." Fauzan menunduk.

"Bagaimana dengan surat dari putri Negara lain, apa kamu sudah membaca dan membalasnya?" tanya Raja lagi.

"Maafkan saya Ayahanda, saya belum membukanya." Fauzan melirik Khalid yang hanya diam begitu juga dengan Kenzo dan Ayesha.

"Ayah telah memilih beberapa kandidat yang pantas untuk dirimu mungkin kamu bisa memilih salah satu dari mereka yang pasti lima Negara terkaya." Raja tersenyum.

"Baiklah Ayah." Fauzan tersenyum.

"Kalian berdua kapan memberikan kami cucu?" pertanyaan Raja mengejutkan Kenzo dan Ayesha.

"Apa?" Kenzo dan Ayesha serempak bertanya.

"Maaf Ayah, karena masih bulan madu kami belum bertemu dengan dokter." Ayesha tersenyum lembut.

"Baiklah, jangan terlambat." Raja dan Ratu beranjak dari kursi.

"Khalid, laporkan semua pekerjaan kamu pada Fauzan!" Raja berjalan meninggalkan putra dan putri mereka diikuti Ratu.

"Iya, Ayahanda." Khalid menunduk.

"Kak, apa aku harus melaporkan sekarang?" Khalid melihat kearah Fauzan.

"Beristirahatlah di istana kamu terlebih dahulu." Fauzan tersenyum.

"Terima kasih saudaraku, istanaku bersebelahan dengan dirimu." Khalid tersenyum tampan.

"Ayesha, apa kamu akan menetap di istana?" tanya Khalid pada adiknya.

"Aku akan mengikuti kemanapun suamiku pergi." Ayesha tersenyum, ia memeluk lengan kekar Kenzo.

"Kamu sangat beruntung Kenzo membuat aku iri." Khalid menepuk pundak Kenzo.

"Terima kasih Pangeran Khalid." Kenzo tersenyum.

"Aku akan kembali ke Istanaku." Fauzan beranjak dari sofa.

"Aku juga." Khalid mengkuti Fauzan.

"Bagaimana dengan kita berdua sayang?" Kenzo menatap lembut pada istrinya.

"Aku akan menuruti perintah suamiku." Ayesha tersenyum.

"Bagaimana jika kita membuatkan cucu?" Kenzo tersenyum menggoda dan Ayesha hanya tersipu mendengarkan ucapan Kenzo.

***

Khalid berjalan menyusuri pinggiran istana Fauzan, ia melihat surat yang tadi direbut dari tangannya tergeletak di depan jendela raksasa yang terbuka. Pria tampan dan masih lajang itu mngambilt surat Viona.

"Tertiup angin atau ia buang?" Khalid tersenyum dan membawa surat itu ke kamarnya.

Khalid−pangeran kedua membuka jas dan kemeja yang ia gunakan, merebahkan tubuh lelah di atas tempat tidur yang empuk, memperhatikan surat unik yang ada di tangannya.

My Prince FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang