Luka Ayumi

57 4 5
                                        

Ayumi−Putri Kekaisaran Jepang yang dibesarkan oleh seorang Bos Mafia bernama Tadashi. Gadis itu terlihat sedang berlatih di tempat latihan seorang diri. Berpakaian serba hitam, ia bermain dengan dua bilah Samurai. Sejak kembali dari Indonesia, Ayumi menghabiskan waktunya dengan berlatih. Ia dikurung di rumahnya sendiri dengan penjagaan dari Kekaisaran Jepang.
 
Keringat telah membasahi seluruh tubuh dari hijab hingga kaki yang hanya terbungkus kaos, Ayumi duduk, ia cukup kelelahan, ingin rasanya ia membunuh semua pengawal yang menjaga dirinya selama dua puluh empat jam itu.
 
“Ayumi.” Seorang wanita berhijap dengan wajah khas Indonesia berjalan mendekati putri yang telah ia asuh dari kecil itu.
 
“Mama.” Ayumi tersenyum dan merebahkan kepalanya di pundak wanita itu.
 
“Kenapa kamu menyiksa diri seperti ini?” Mama menggenggam tangan Ayumi, ia melihat luka pada jari-jari indah putrinya.
 
“Aku hanya berlatih, Ma.” Gadis campuran Jepang-Indonesia itu merasakan sesak di dadanya berusaha menutupi kesedihan dan kekesalan pada nasib yang harus ia tanggung.
 
“Bersihkan diri, Yakuza akan makan malam bersama kita.” Mama Ayumi tersenyum.
 
“Apa Yakuza bisa membawa diriku keluar dari Jepang?” Ayumi menatap lembut pada Mamanya.
 
“Yakuza bisa melakukan apapun untuk dirimu kecuali melawan kehendak Kaisar.” Wanita itu mengusap keringat Ayumi yang mengalir di wajah putih bersih.
 
“Apakah aku benar putri Kaisar? Apa hubungan diriku dengan Papa Mark? Kenapa aku bisa bersaudara dengan Annisa Salsabila? Kapan Mama akan menjelasakan semuanya kepada diriku?” Ayumi menatap lekat pada bola mata hitam di depannya.
 
“Pergilah mandi, Mama akan menunggu dirimu di taman belakang.” Wanita Indonesia itu tersenyum.
 
“Baiklah.” Ayumi beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamarnya. Gadis itu membersihkan diri menikmati dinginnya air dari  shower melewati setiap lekuk indah pada tubuh wanita yang sempurna. Ia mengganti pakaian dengan celana panjang dan tunik berwarna hitam serta hijab biru langit, berjalan menuju taman dimana Mamanya telah menunggu. Ayumi seakan tidak lelah.
 
Seorang wanita behijab duduk dan melamun seorang diri di kursi menatap kolam ikan yang tenang dengan bunga Lotus bermekaran indah. Pohon pinus melambai-lambai memberikan kesejukan pada manusia yang berlindung di bawahnya.
 
“Apa yang Mama pikirkan?” Ayumi melemparkan makanan ikan ke dalam kolam, terlihat air mulai beriak dan ikan berhamburan berebut makanan.

"Kemarilah sayang." Wanita itu tersenyum.

 
“Kamu adalah putri Kaisar tetapi bukan lahir dari Sang Ratu.” Wanita paruh baya itu menatap Ayumi.
 
“Apakah aku anak di luar nikah atau aku memang Anak Mama?” tanya Ayumi tanpa ekpresi.
 
Wanita itu menatap Ayumi dengan lembut, ia tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran dan hati putri angkatnya, sedih ataukah penuh dengan kebencian.  Ayumi dilahirkan oleh seorang wanita Indonesia yang terjebak cinta terlarang dengan Kaisar Jepang. Mama kandung Ayumi tidak mau menjadi selir di kekaisara sehingga lari dan tinggal bersama dengan Mama angkat gadis itu hingga melahirkan dan pergi entah kemana.

 
“Kamu anak sah dari Kaisar yang sangat mencintai ibumu, wanita yang sangat cantik dan lembut.” Mama mengusap kepala Ayumi.
 
“Apakah wanita itu masih hidup atau sudah mati?” Ayumi berjalan di tepi kolam.
 
“Ayumi, kenapa kamu berbicara seperti itu? Dia adalah ibu kamu.” Mama menatap sedih pada Ayumi.
 
“Jatuh cinta pada pria yang salah dan membuang darah dagingnya, aku tidak pernah tertarik pada wanita bodoh karena cinta.” Ayumi melempar makanan ikan dengan kasar.
 
“Ayumi, maafkan ibu kamu.” Wanita itu berdiri di samping Ayumi.
 
“Untuk apa aku memaafkan wanita yang tidak aku kenal sama sekali?” Ayumi tersenyum sinis.
 
“Aku hanya penasaran, kenapa kalian meminta diriku mengembalikan perusahaan Alexander pada Annisa Salsabila? Apa hubunganku dengan Papa Mark?” Ayumi menatap Mama angkatnya.
 
“Ibumu adalah saudara Mark.” Mama mengusap punggung Ayumi.
 
“Terima kasih, Ma.” Gadis cantik itu duduk di tepi Kolam.
 
“Aku akan melupakan semua orang yang berhubungan dengan wanita yang telah melahirkan diriku, dan Papa Mark, aku hanya suka berada di dalam pabrik robotnya.” Ayumi terus melempar makanan ikan.
 
“Cukup, ikan-ikan itu sudah kenyang.” Mama angkat Ayumi menahan tangan gadis itu.
 
“Apa kamu tidak ingin bertanya di mana Mama kamu?” tanya wanita itu.
 
“Mamaku hanya satu yang ada di depanku dan aku tidak mau mengungkit lagi tentang wanita itu.” Ayumi memeluk wanita yang sedang bersedih itu.
 
“Aku tidak suka dengan wanita yang dibodohi cinta,” bisik Ayumi dan melepaskan pelukannya.
 
“Kamu tetap harus jatuh cinta.” Wanita itu mengusap pipi Ayumi.
 
“Tentu saja.” Ayumi meninggalkan Mamanya.
 
“Jatuh Cinta, kurasa tidak perlu, itu hanya rasa bodoh yang akan memberikan luka.” Langkah kaki Ayumi berjalan menuju tempat latihan dalam ruangan. Ia melihat Papanya sedang berlatih bersama seorang pria muda.
 
“Ayumi, ganti pakaian kamu!” Tuan Tadashi menatap Ayumi.
 
“Tentu saja.” Ayumi tersenyum dan berjalan menuju ruang ganti, ia akan melampiaskan kemarahannya dengan menghajar seseorang.
 
Ayumi telah lama mengentahui tentang Mamanya hanya saja ia ingin mendengarkan sendiri dari wanita yang telah merawat dan membersarkan dirinya dengan penuh kasih sayang. Gadis mafia itu tidak tertarik dengan kehidupan orang tua kandungnya.
 
“Apa kamu mau berlatih dengan Papa?” tanya Tadashi melihat Ayumi masuk ke dalam arena pertarungan.
 
“Tidak, aku sedang bersemangat dan tidak mau melukai Papa.” Ayumi tersenyum.
 
“Baiklah.” Pria paruh baya itu sangat paham dengan putri angkatnya.
 
“Apakah ada penghianat di penjara?” tanya Ayumi.
 
“Ada Nona.” Pria yang tadi menjadi lawan latihan Tadashi membungkuk.
 
“Bawakan kemari!” Ayumi membungkus tangannya dengan kain.
 
“Baik.” Pria itu segera berlari. Tuan Tadashi duduk di kursi, ia  memperhatikan Ayumi dan tersenyum.
 
“Pasti gadisku sedang marah.” Tuan Tadashi meneguk air dari gelas yang telah disiapkan.
 
Seorang pria berdiri di depan Ayumi, ia menatap wajah cantik yang menyenderkan tubuhnya pada tiang raksasa berukirkan naga, tidak ada yang bisa menolak pesona gadis berdarah Jepang-Indonesia itu.
 
“Apa kesalahan kamu?” tanya Ayumi. Pria itu hanya tersenyum menatap wajah cantik yang pertama kali ia lihat selama berada di mansion itu.
 
“Hah.” Ayumi melayangkan tendangan berputar membuat tubuh pria yang berusia tiga puluhan itu terjatuh ke lantai dengan mulut pecah.
 
“Kamu pasti Ayumi.” Pria itu tersenyum dan berusaha untuk bangun. Ayumi tidak menjawab, ia mengambil dua batang tongkat dan melemparkan satu tongkat pada pria itu.
 
“Aku mau salah satu dari kita mati.” Ayumi tersenyum.
 
“Baiklah.” Pria itu bersiap.
 
Terlatih dari kecil membuat Ayumi memiliki kemampuan luar biasa dan tidak tertandingi, ia pandai menggunakan semua senjata. Pukulan demi pukulah hanya bisa di tahan oleh pria itu dan tidak punya kesempatan untuk membalas hingga terkapar di atas lantai. Sebuah pukulan akhir yang dapat mematikan akan diberikan Ayumi pada pria yang tidak berdaya lagi tetapi sepasang tangan kekar menahannya dengan rantai.
 
“Ayumi, tinggalkan sedikit rasa belas kasih di hatimu.” Yakuza menatap Ayumi yang langsung melepaskan tongkat. Wajah dan mata gadis itu merah karena lelah dan emosi.
 
“Kamu sudah datang.” Ayumi berjalan menuju kursi, ia melihat ruang latihan telah sepi, seorang pengawal membawa pria yang telah berada dekat dengan maut itu kembali ke penjara.
 
“Apa kamu tidak lelah?” Yakuza meletakkan rantai pada tempat semula.
 
“Apa kamu tidak mengenal diriku?” Ayumi balik bertanya, ia duduk di kursi dan meneguk air putih dari botol minuman miliknya.
 
“Baiklah, aku tahu kamu bosan.” Yakuza duduk di samping Ayumi.
 
“Ya dan aku sangat marah karena kamu tidak bisa membawa diriku pergi dari sini.” Ayumi menatap tajam pada Yakuza.
 
“Kemana kamu mau pergi? Jepang adalah rumah kamu.” Yakuza memandangi wajah basah penuh keringat tetapi tetap cantik.
 
“Kamu pasti tahu, aku akan melakukan apapun untuk membahagiakan dirimu.” Yakuza menatap Ayumi lembut.
 
“Aku akan membersihkan diri.” Ayumi beranjak dari kursi.
 
“Aku akan menunggu dirimu di taman.” Yakuza tersenyum, ia mencintai Ayumi dari kecil sejak mereka terus bersama hingga dewasa.
 
Luka di masa lalu kadang terlalu sulit untuk dilupakan membuat sakit hati yang berkepanjangan, ada dendam dan benci menguasai hati bahkan tidak ingin jatuh cinta. Kecewa yang terlalu berat begitu membekas menciptakan luka yang akan terus terulang. Memaafkan tidak semudah perkataan karena cukup sulit untuk dilakukan. Senyuman di bibir terlihat manis tetapi tidak ada yang tahu bahwa luka di hati terasa sangat pahit.
 
 
 

My Prince FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang