18

69 7 8
                                    



Jennie berusaha bersikap biasa saja saat Jungwoo mampir ke kelasnya dan bermesraan dengan Desi, Jinyoung dan Daehwi memilih ke kantin tak lupa juga mereka mengajak Jennie sehingga kelasnya sudah sepi.

Jungwoo menampilkan senyum manisnya sembari memeluk Desi, jantung Desi berdegup kencang. Tiba-tiba ia terpikirkan tentang Woojin. Lelaki itu merasa ada suara aneh yang keluar dari mulut gadisnya, maka dari itu ia menarik dagu Desi dari dadanya dan melihat gadis itu menangis, "hei~ kamu kenapa nangis sayang?"

"k-kak... aku merasa bersalah hikss..."

"a-aku seharusnya gak nyuruh Wo-woojin untuk temenin aku hikss..." Jungwoo merasa hatinya agak nyeri mendengar Desi menyebut nama orang itu lagi, tanpa sadar ia meremas kuat bahu Desi membuat gadis itu memekik kesakitan.

"AHH!! kak sa-sakit!" Lelaki itu tersadar lalu memeluk Desi sambil melayangkan kecupan di kepalanya dan permintaan maaf.

Jinyoung yang baru saja ingin masuk kelas karena ponselnya tertinggal pun berdiri diam di ambang pintu, tangannya mengepal kuat. Hatinya begitu sakit melihat gadis itu menangis tanpa tahu sosok gelap yang dimiliki Jungwoo juga gadis itu yang lebih memilih Jungwoo daripada dirinya.

tenang aja kak, gue akan membalas perbuatan lelaki brengsek itu - Jinyoung


Daehwi dan Jennie hanya bisa menatap Jinyoung dari kejauhan, setelah Daehwi tahu betapa bahayanya Jungwoo dari mulut Jennie. Lelaki itu lebih waspada saat kakel sekelas Jungwoo berada di kantin, maka dari itu mereka membawa makanan ke kelas. Jinyoung berbalik dan terkejut melihat mereka berdua. 

Mereka pun memikirkan waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya pada Desi tanpa menimbulkan rasa curiga psikopat itu.

Malam ini Jungwoo memaksa Desi untuk mengizinkan dirinya menginap semalam di rumah gadis itu, kebetulan juga hari ini mama Jennie memasak dirumahnya lalu pulang setelah selesai. Desi terharu, padahal wanita paruhbaya itu tak perlu repot-repot. Cukup mengizinkan dia tinggal di rumah itu saja Desi sudah merasa senang.

ternyata itu bukan malam pertama dan terakhir Jungwoo memaksa menginap di rumah Desi, Desi dilarang bertemu siapapun kecuali Jennie. Bahkan saat di sekolah pun, Jungwoo tak segan-segan memarahi Desi di depan publik karena gadis itu makan bersama teman-temannya.

"Huh! padahal dia aja sibuk ngobrol sama temennya, kenapa juga gue gak boleh makan sama temen gue..." Jennie menatap Euiwoong dan Daehwi bergantian, hanya mereka ber-empat yang baru tau tentang si psikopat itu. Ini sudah kedua kalinya si psikopat menentang keinginan Desi. Jinyoung? lelaki itu memilih kembali ke kelas aja.

Setelah kepergian Jungwoo dari kantin dengan langkah besar dan sengaja ia hentak keras agar Desi tahu bahwa lelaki itu sedang marah padanya, Desi pun menghiraukan tatapan teman-teman Jungwoo yang langsung menyusul lelaki itu.

Hari ini Jennie datang bersama Euiwoong, Daehwi dan Jinyoung untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah Desi. "Des gue pinjem ponsel lu boleh gak?" Desi memberikan ponselnya pada Jennie, Jennie langsung mengambil robekan kertas dan menutup kamera depan dan belakang ponsel Desi. Desi hendak memprotes tapi satu jari Jinyoung bertengger di bibirnya.

anjirr kenapa gue jantungan gini sih... batin Desi, ia merasakan pipinya memanas.

Jennie mematikan daya ponsel tersebut lalu diberikan pada Euiwoong yang sibuk dengan laptopnya, "nahkan bener!" 

"sstt!" sergah Jennie

"uda ga apa jen, gue berhasil sadap sebentar!"

"ma-maksudnya apa ya?" Desi melihat Euiwoong dan Jennie bergantian, akhirnya Jennie pun menceritakan semua yang dikatakan Tzuyu. Desi tak sanggup lagi menahan tangisnya, Jungwoo yang ia percaya menendang Woojin.

"Ponsel lu disadap dan artinya semua yang lu lakukan bakal ketauan sama dia dan juga dia memantau lu dari kamera depan dan denger semua percakapan lu dari mic, jadi gue minta agar lu berpikir bijak sebelum megang ponsel lu juga bersikap kayak biasanya aja, jangan sampai si Jungwoo curiga..." Desi mengangguk mantap, ia pun menatap Jinyoung, merasa bersalah karena harusnya ia tidak menganggap pesan Jinyoung yang ingin melindunginya itu bualan.

Bersyukurlah sebab Jungwoo sedang rapat dadakan sehingga ia tidak memantau Desi dari ponselnya. Untungnya Jennie menceritakan dengan singkat, lalu saat rapat selesai Jungwoo pun menatap layar ponselnya untuk melihat keadaan gadisnya,

"hmm...cantik, gak salah gue milih Desi." 

Desi Pov

Gue sedang masak bareng Jennie, sedangkan Jinyoung, Euiwoong, Daehwi sama Chenle lagi nonton di ruang tamu, gue juga gak tau kenapa Chenle dateng dadakan gitu anjirrr

Setelah gue denger semua yang diceritain Jennie gue bener-bener kaget, karena gak menyangka Kak Jungwoo bisa segitunya.

Mereka juga bakal mengusut tentang kematian Woojin yang gak wajar, lelaki itu meninggal karena nyeri dada mendadak tetapi apa yang bisa membuat dia tiba-tiba nyeri dada? Apa sekeras itu pukulan anak buah Yoongi?

"Woi makanan uda siap!" teriak gue dan keempat orang itu langsung duduk dan makan, gak lama kemudian gue denger pintu utama dibuka. Kak Jungwoo dah pulang

"sayang!" gue berusaha bersikap kayak biasanya sebab hati gue bergemuruh takut anj, dia dateng dan ngedusel-dusel leher gue, jujur aja gue gak nyaman karena makin lama dia makin agresif gitu.

Rumah gue uda kayak rumah dia sendiri, bahkan dia bawa pakaiannya. Dia menatap temen-temen gue sebelum duduk dan mengambil nasi, "yang, kok kamu gak kabarin aku sih kalo ada temen-temen kamu?" 

"hehehe lupa Kak."

"Padahal kalo tau ada mereka, aku bakal beliin cemilan." suaranya sangat lembut tapi matanya menajam, menatap Jinyoung tak kalah sengit. Setelah selesai makan, mereka pun pulang dan Kak Jungwoo mandi.

"yang pengen meluk~" dengan suara manja, dia mendekat dan meniban tubuh gue, gue menahan napas lalu berbicara pelan, "ja-jangan gini kak, gue gak bisa napas" dia mendongak dan berdecak tak suka, lalu menjatuhkan badan dia di samping gue dan menarik pinggang gue.

"Des, nanti abis lulus kamu mau kuliah atau kerja?"

"kerja kak."

"bagus deh, jadi aku bisa halalin kamu." pipi gue memanas, adohhh jantungan gue :)

"ka-kalo kakak?" gue gelagapan jadinya, ditambah tangan dia yang besar meremas pelan pinggang gue...

"aku? kerja juga supaya kamu gak pusingin uang bulanan, kamu cukup di rumah dan puasin aku aja ama anak-anak hehehe"



TBC

Stalker-JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang