Lorong-lorong di rumah sakit begitu sunyi dan sepi saat aku tiba untuk bekerja shift malam. Sebelumnya aku mengambil cuti selama 3 hari karena aku terkena tifus sehingga kerja ku akan diganti menjadi satu shift malam setelahnya.
Aku bekerja sebagai tukang bersih-bersih di suatu rumah sakit, ada yang bilang rumah sakit ini berhantu lah, banyak jin nya lah, nama juga rumah sakit tua. Terlebih, rumah sakit ini dekat dengan hutan, dibagian belakang rumah sakit terdapat gedung optometri dan gedung pemeriksaan dalam, dan juga terdapat sebuah sumur tua yang dulunya dipakai saat pertama kali rumah sakit ini dibangun.
Permasalahannya bukan sumur tua itu yang jadi perhatianku, tapi tepian menjorok yang tak jauh dari situ. Tepian menjorok itu dipakai untuk membuang sampah karena dibawahnya tidak ada sungai dan sangat dalam untuk sampai kedasarnya, yang dibuang disitu adalah sampah apapun, dari sampah biasa sampai sampah medis. Menurut aturan sih dilarang tapi apa daya rumah sakit ini jauh dari pemukiman dan butuh biaya banyak untuk mengangkut sampah tiap hari nya.
Malam ini aku tidak sendirian kerja nya, ada dua rekan kerja yang biasa nya ikut shift pagi bersama ku. Saat aku tiba dirumah sakit, mereka sudah bekerja duluan, mereka membersihkan gedung utama dan gedung rawat inap yang terletak bersebelahan.
Kalau mereka disana, berarti bagianku di gedung bagian belakang dong. Dari semua bangunan, cuma gedung belakang yang paling tua, mereka sering menyebutnya gedung tua. Soalnya kalau nyebut optometri pasti lidahnya pada kaku-kaku. Apalagi gedung pemeriksaan dalam masih banyak yang pake bahasa asli alias bahasa belanda.
Sore tadi hujan deras sekali sehingga baru reda habis maghrib, tapi lantai di koridor-koridor gedung tua pasti kotor banget. Ah masa sih aku harus bersih-bersih digedung tua sendiri, emang kedua rekanku itu penakut, padahal keduanya cowok.
Karena ngeluh sampai subuh pun lantai gak akan bersih, maka aku mulai bekerja untuk mengepel koridor yang panjang dan sepi itu, lampu nya yang tergantung diatas langit-langit ngajak ribut karena berulang kali berkedip-kedip kaya nyawa baterai hp 10 persen.
Aku memutuskan untuk fokus membersihkan lantai sampai akhirnya angin dingin berhembus dibelakangku. Positif aja itu kan habis hujan jadi hawa dingin pasti normal, lagian koridor ini berada diluar sebagai jembatan penyebrangan antara gedung optometri dan pemeriksaan dalam.
Saat sedang mengepel, aku mendengar ada seseorang dari belakangku yang meletakkan ember dilantai dan mencelupkan pel nya kedalam ember, aku menoleh kebelakang dan mendapati seorang wanita sedang memeras kain pel lalu mengepel lantai disisi lain koridor.
Setahu ku hanya 3 orang yang bekerja di shift malam hari ini, mungkin ada tambahan pekerja lain. Tapi aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya, memang aku hanya bekerja saat shift pagi biasa nya tetapi wanita itu nampak asing.
"Permisi, kamu dapat shift malam juga?" tanyaku.
Wanita itu yang sedari tadi menunduk sambil mengepel menghentikan pekerjaannya dan menoleh padaku. Wajahnya sangat pucat dan kantung mata nya begitu hitam, seolah dia belum tidur selama seminggu.
Dia tersenyum padaku, "Aku selalu kerja malam kok."
"Oh gitu," pantas saja kantung matanya tebal gitu.
Aku tidak sengaja melihat name tag yang tergantung di saku bajunya, nama nya buram aku tidak bisa membacanya.
"Namaku Ratih," ucapnya seolah bisa membaca pikiranku.
"Sukma," kataku singkat sambil menjabat tangannya yang dingin.
"Tanganmu dingin banget ya," candaku.
"Tadi kehujanan pas mau kesini."
"Waduh, ntar masuk angin lho."
"Tenang, udah biasa kok."

KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes of Jane, The Short Compilation of Horror Side
HorrorTerkadang kita tidak perlu bercerita panjang lebar untuk menjelaskan kengerian suatu peristiwa. Malah cerita yang singkat dan mengundang banyak pertanyaan daripada jawaban lebih membuat pikiran kita bertanya-tanya tentang realita disekitar kita. Kum...