Chapter 3 (Gara-gara hujan)

10 0 0
                                    

*****

Rintik demi rintik air hujan turun membasahi bumi. Gemerisik suara hujan juga aroma tanah yang segar menguar dengan semerbaknya.

Malam hari itu untuk pertama kalinya Ayara dapat merasakan dinginnya air hujan setelah bertahun-tahun lamanya. Iyah, seorang Ayara Rodrick tengah bermain hujan-hujanan di malam hari dengan setelan kaos biru lautnya.

Gadis itu nampak asyik ke sana kemari, loncat-loncat dengan girangnya, berlarian di halaman depan kediaman keluarga Rodrick yang sangat luas itu. Tertawa riang seperti anak kecil.

Mrs & Mr. Rodrick hanya menyaksikan kegiatan Ayara dengan menggelengkan kepala. Mereka berdua memang sudah melarang Ayara, namun jangan panggil dia Ayara Rodrick jika tidak bisa mengeluarkan jurus memohonnya. Alhasil, dengan helaan napas panjang Mrs. Rodrick mengizinkan Ayara untuk bermain hujan-hujanan di malam hari.

Di saat Ayara masih asyik dengan kegiatannya, tiba-tiba saja sebuah payung berwarna abu-abu menghalangi dinginnya air hujan mengenai tubuhnya. Sontak Ayara terkejut dan berniat untuk protes, namun saat ia mendongakkan kepala, Ayara terkejut saat mengetahui Niko lah pelakunya.

"K-kkak Niko,"

Seketika jantung Ayara berdegup dengan kencang, perasaanya berdesir sampai membuat pipinya merona.

"Masuk."

Perkataan Niko terdengar seperti sebuah perintah bagi Ayara.

Dengan gugup, Ayara memilin jari jemarinya, manik matanya kesana kemari, menghindari tatapan mata Niko yang selalu berhasil membuatnya salah tingkah.

"Tapi Ara masih pengen main hujan-hujanan." Ucap Ayara sembari menggembungkan pipinya.

Ayara memberanikan diri menatap Niko dengan sorot mata menggemaskannya. Ugh! Wajah Ayara yang sedang memerah di tambah dengan ekspresi imutnya terlihat sangat menggemaskan di mata Niko.

Seulas senyum hadir di wajah rupawan Niko. Membuat Ayara tertegun sejenak, baru kali ini Ayara melihat senyum Niko yang terlihat tulus tanpa adanya paksaan.

"Bentar!"

Ayara mengangkat tangan kanannya tepat di depan wajah Niko. Membuat Niko menaikkan alis bingung. Bingung dengan apa yang di lakukan Ayara.

"Haishh! Ayara gak bawa ponsel lagi, akh!" Jeritnya frustasi.

"Buat apa?"

"Ya buat mengabadikan moment langka ini lah. Kan jarang banget ngeliat Niko senyum kaya gitu." Kata Ayara dengan lesu

"Gak usah sedih. Jelek lo nambah kalo sedih."

"Idih nyebelin banget sih jadi cowok, au ah! Ayara duluan aja."

Setelah mengatakan itu, Ayara langsung pergi meninggalkan Niko sendirian dengan masih memegang payung abu-abu ditangannya. Sebenarnya alasan Ayara pergi bukan karena Niko mengatai nya jelek. Ayara sudah kebal dengan kata-kata sarkas Niko, tapi alasan utama ia pergi adalah karena Ayara tidak tahan di tatap seintens itu oleh Niko. Melihat senyum Niko barusan saja sudah hampir membuatnya pingsan di tempat.

"Dasar cowok kulkas! Bisa gak sih, sehari aja jangan buat Ayara jantungan, kenapa coba harus pake senyum segala, mana Ara gak bawa ponsel lagi, kan jadi mubazir senyumnya, mana senyumnya Kak Niko manis banget lagi manisnya bahkan ngalahin manis gula, Ara jamin tuh gula-gula pasti langsung insecure pas liat senyumnya Kak Niko. Akhh! Jangan-jangan Ara udah kena diabetes lagi. Mamah.... Ara harus ke dokter."

Ayara terus saja merengek dan mendumel tak jelas. Tanpa mengiraukan Niko yang mengikuti langkahnya dari belakang sambil terus menatap punggung Ayara yang naik turun karena Ayara yang terus saja mengomel tak jelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIKORA[ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang