Chapter 3

272 59 8
                                    

09:32 p.m.

Kumpulan orang-orang berpakaian formal nan mewah kini berbincang-bincang di tengah aula luas restoran Park Cafe.

Entah hanya untuk mencari muka atau saling menyindir apapun itu Minho tidak begitu peduli. Termasuk pada ayah dari pemilik acara yang kini berjalan menghampirinya.

"Minho, kau terlihat tampan hari ini." Yang dipuji hanya memberikan senyum sopan kepada calon ayah mertuanya.

"Ayah mertua juga tampan. Bagaimana keadaan Trigger akhir-akhir ini? Apa sudah membaik?"

Tangan Minho menerima gelas wine yang baru diantarkan seorang wanita dengan pakaian khas pelayan.

"Sudah membaik, bantuanmu sungguh membantu keadaan Trigger." Ujarnya sambil menepuk bahu berbidang Minho.

"Ayah mertua, bantuanku tidak membantu begitu banyak-" Pria itu mendekatkan badannya sekilas, berbisik pelan dengan nada mengintimidasi andalannya.

"-jika pemimpinnya masih tidak berguna. Bantuan yang kuberikan bukan untuk mengisi perutmu, Tuan Kim." Kekehan canggung keluar dari mulut Wonpil. Mengiringi senyum tampan Minho yang menyodorkan minumannya kepada yang lebih tua.

"Wine Krug 1928, tidak pernah mengecewakan." Minho menggoyangkan sekilas gelas Wine di tangannya sebelum akhirnya gelas itu di terima oleh sang ayah mertua.

"Saya pamit dulu." Minho membungkukkan badan sebelum akhirnya melangkah pergi, meninggalkan Wonpil yang akan meminum wine pemberiannya.

Prang!

"Ahh, Maafkan saya Tuan Kim." Hyunjin membungkukkan badannya meminta maaf, kemudian memanggil pelayan untuk membersihkan pecahan gelas wine bersama dengan cairan merah tua itu.

"Akan saya ambilkan yang baru."

"Tidak usah, terimakasih." Ucapan ketus Wonpil menghentikan gerakan Hyunjin untuk membawa wine yang baru. Pria berumur setengah abad itu memilih melangkah pergi meninggalkan laki-laki dengan setelan formalnya yang kini menatap ke laki-laki lain yang tersenyum sinis padanya.

•••

"Kau tidak berubah ya, masih menggunakan cara murahan seperti tadi." Langkah kaki Hyunjin terhenti sejenak tanpa membalikkan badannya. Dia tau siapa yang sedang berbicara padanya.

"Bagaimana kau tau?" Kekehan kecil keluar dari mulut orang itu, langkahnya mulai mendekati Hyunjin. "Dia bukan pelayan disini." Name tag pelayan tadi diserahkannya disertai beberapa tepukan yang jatuh pada pundak Hyunjin, lalu melanjutkan langkah meninggalkannya sendirian membeku di lorong restoran.

"Diam dan lihat saja, pecundang."

Hyunjin menoleh ke arah pergi orang itu. Apa katanya?

•••

Minho tersenyum ke arahnya begitu si gadis melirik kehadirannya. Dengan langkah pasti, laki-laki itu mendekat ke calon tunangannya lalu memeluk pinggang rampingnya, menatap ke dua gadis lain yang masih bersama Seungmin.

"Oh, Jeongin? Tadi sepertinya aku melihatmu berjalan ke basement."

"Ah, ta-tadi aku em..." Gumam gadis berkacamata itu. Kedua tangannya meremas erat gaun yang dia pakai.

"Kenapa begitu gugup? Apa ya-"

"Bicara apa kau? Dia disini sedari tadi." Ucapan Minho terpotong oleh gadis dalam rangkulannya. Tatapannya jatuh pada gadis di pelukannya sejenak lalu mengangguk kecil.

"Bagaimana? Apa kau bahagia sekarang?" Tanya Minho padanya.

Anggukan menjadi jawaban dari Seungmin. Gadis itu tersenyum lalu mengecup sekilas pipi Minho.

용의자: Premeditated Murder (GS) || Hyunmin × 2minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang